"Gede tapi isi sepi, apa gunanya? Aku juga jarang pulang." Brendon membuka pintu, bahkan bukan dengan kunci melainkan pengecekan identitas. Saat pintu terbuka pun ... semuanya gelap gulita.
Tak hanya itu, kala lampu dinyalakan ... debu, kotor ....
"Uh ... udah lama banget keknya ... aku punya pembantu rumah tangga, sih, tapi tanpa aku dia gak bakal bisa masuk," kata Brendon dengan wajah khawatir. "Maaf, ya."
Tyas menatap sekitaran, benar-benar berantakan.
"Aku bakal panggil pembantu rumah tanggaku sebentar!"
Tyas menahannya. "Semalam ini?" Ia menggeleng. "Biar aku aja."
"Jangan, harusnya kita bisa istirahat dengan tenang ...."
Tyas menggeleng lagi. "Enggak papa, gak masalah. Ini salah satu tugas seorang istri, dan lagian aku suka bersih-bersih," jelas Tyas menatap sekitaran, yang tampak tak hanya kotoran juga melainkan ... yah sebagai anak indigo ia melihat banyak insan abu-abu di sini.
"Ya udah kalau begitu ... kita berdua bersih-bersih! Oke?"
"Let's go!"
Mereka pun menyiapkan banyak peralatan bersih-bersih, dan mulai melakukan pembersihan.
"Mm ... Yas," panggil Brendon, Tyas menggumam menyahuti. Keduanya sibuk menyapu dan mengemocengi lainnya. "Kamu bisa lihat itu, kan? Apa di rumahku ...."
"Semua tempat ada penunggunya, sih."
Brendon merinding, ia memegang lehernya yang mulai meremang. "Termasuk di sini?"
Tyas mengangguk. "Termasuk."
"Banyak?"
"Lumayan." Tyas tertawa pelan melihat sang pria yang mulai ketakutan. "Mereka gak bakal bisa ganggu, kok. Soalnya kalau keganggu, itu pasti karena salah kita sendiri yang ganggu mereka duluan. Kayak kamu sama Abah."
"Tetep aja bikin merinding, seakan ... yah, kamu tau sendiri." Ia bergedik ngeri. "Mm ... kamu liat seseorang, gak? Apa ada yang kek di foto ... itu?" Brendon menunjuk salah satu foto yang tergantung, sebuah foto keluarga bahagia ... yang tampaknya Brendon kecil, Tuan Anderson dan Nyonya Anderson.
"Orang tua kamu ...." Tyas menatap sekitaran, mencari-cari wujud yang sama seperti foto itu. "Ada ...."
"Di mana? Aku bisa liatnya, gak?" tanya Brendon penasaran.
"Di sana ... di depan kamar itu ... mereka kayaknya mengulang-ulang hal yang sama doang."
Brendon mengerutkan kening bingung. "Maksud kamu?"
"Tabirnya melingkar, artinya mereka ngulang hal yang sama, mereka bukan roh yang sebebas itu ... mereka terjebak pada sesuatu." Tyas memegang tangan Brendon kemudian, pria itu merasakan sesuatu mengalir ke seluruh tubuhnya dan memfokus ke matanya. "Cuman dua, ya, Brendon. Aku gak sanggup banyak-banyak kalau berbagi begini."
Brendon membulatkan mata sempurna, dua sosok itu muncul di hadapannya.
"Me-mereka berantem?"
"Iya, mereka bakal terus begitu seumur hidup, mereka berantem tentang ... kamu. Sekalipun di akhir keduanya sadar kesalahan mereka pada kamu, mereka bakalan mengulang hal yang sama seumur hidup mereka karena faktanya mereka enggak bisa berdamai dengan masa lalu." Tyas menatap Brendon yang masih menatap ke arah sana dengan tercengang. "Kamu ... pengen nolongin mereka?"
"Aku tahu aku punya risiko besar hamil karena pengobatan kanker itu, aku tahu risiko kehamilan itu ... tapi kenapa kamu tega?! Kenapa kamu tega gak jujur sama aku?!"
"Maaf, tapi aku terpaksa ... aku harus punya keturunan yang bakalan mewarisi semuanya! Aku gak bisa dengan orang yang gak sedarah, enggak!" Pria itu memegang tangan wanita di hadapannya.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
CEWEK INDIGO VS BOS SONGONG [Brendon Series - A]
Romansa18+ Ketika bos songong dihadapkan dengan gadis indigo yang akrab dengan hantu ... apa jadinya? Berawal dari Tyas Yusuf yang menolak menjual sawah warisan ayahnya yang harus ia jaga ke seorang pemimpin perusahaan, Brendon Anderson. Siapa sangka, sete...