Part 8

11K 837 30
                                    

"I-ini, Pak." Sang sopir menyerahkan kunci mobil padanya, Brendon merampasnya dengan kasar. "Eh, Pak, ko ...."

"SSSTTT HUST!" Brendon menghentikan suara si sopir lagi, masuk ke dalam mobil kemudian keluar dari area rumah, dan menjalankannya dengan kecepatan lumayan tinggi.

Ia tak peduli, berkendara pun terkesan asal-asalan.

"HEH! Kamu kalau nyetir yang bener! Kalau kamu mati gimana kamu bisa tanggung jawab, hah?!" teriak suara itu, membuat wajah Brendon yang kusut langsung ketakutan setengah mati. "Jalan yang bener!"

Dan ia berkendara dengan kecepatan sedang, begitu hati-hati dan telaten.

"Gitu, dong. Kalau gini, kan, enak juga." Brendon masih kaku dan ketakutan. "Omong-omong, nama saya Yusuf, kamu pasti udah tau saya ayah gadis pemilik sawah itu, kan?"

Brendon menenggak saliva, mengangguk.

"Kamu bener-bener kurang ajar, pengen beli sawah warisan saya, itu hadiah untuk anak saya dan dia menjaganya dengan baik. Kami sekeluarga cukup dengan itu. Jangan kamu berani-berani gantikan desa makmur kami jadi kota penuh polusi kamu! Kamu enggak paham pentingnya keberadaan desa, pentingnya sawah, pentingnya itu semua bagi keadaan alam sekitar yang semakin tergerus bangunan modern yang tak terkendali! Dan terus, apa-apaan kamu, dengan teganya juga nyewa orang buat ngebakar gudang itu! Penghasilan kami dari itu semua! Kamu bener-bener laki-laki berengsek, pemimpin ditaktor!" Brendon mulai gemetaran, matanya berkaca-kaca dan ia mulai menangis lagi. "Saya heran kenapa masih ada orang kayak kamu, kek di sinetron azab aja. Oh, iya, sinetron aja. Azabnya dari saya, ngehantui kamu!"

"Ma-maaf ... saya janji bakal tanggung jawab ... tolong jangan hantuin saya lagi." Brendon tersedu-sedu.

"Kemarin juga sok banget, sekarang cengeng kek bayi. Dasar!" ejek abah tertawa pelan. "BTW, ini gimana caranya saya keluar, nih?"

"Keluar?" gumam Brendon bingung.

"Iya, keluar dari badan kamu ini." Mata Brendon membulat sempurna. "Keknya gegara dari kemarin rasukin kamu, terus ampe dibawa kamu tidur, saya kejebak di sini."

Brendon menenggak saliva.

Itukah alasannya tentang gerakan dan ucapannya yang bukan kehendaknya, kemudian kala ia melihat ke cermin ... sebenarnya posisi abah sama sepertinya, duduk di atas kasur. Dengan teramat ketakutan, Brendon menatap ke arah cermin, bayangannya perlahan-lahan berubah ....

Menjadi sosok abu-abu abah.

"HUAAAAAAA!!!" teriak Brendon, spontan banting setir yang membuat mobilnya oleng seketika. Di jalanan yang sepi itu mobil putihnya berputar beberapa kali sebelum akhirnya berhenti sebelum menabrak apa pun. Napasnya memburu setelah kejadian menyeramkan itu.

"Kamu apa-apaan, sih?! Biar saya yang nyetir, kamu enggak becus!" Dan tangan Brendon bergerak sendiri, mengendarai mobil dengan baik menyusuri jalanan yang hanya beberapa mobil saja yang lewat. Semakin ke perdesaan, semakin sepi isi jalanan karena hanya ada hutan di sisi kiri kanan. "Gini-gini saya lulus SIM mobil."

Brendon hanya bisa menenggak saliva, napasnya pun masih tergesa. Ribuan hal hinggap di kepalanya, namun kewarasannya yang menipis membuatnya memilih diam dan pasrah saja.

Jalan aspal berubah menjadi jalan tanah, semakin ke dalam semakin asri kelihatan pemandangan hutan serta sawah, beberapa warga desa pun berlalu dengan beragam kegiatan. Tidak lama, tak jauh dari tengah sawah, banyak warga yang kelihatan bergotong royong membangun sesuatu ....

"Itu gudang yang dengan tega kamu bakar, anak kurang ajar! Hanya memikirkan diri sendiri, senang mencelakakan orang lain, benar-benar perangai buruk!"

Brendon terisak mendengarnya. "Maaf ...."

"Maaf gak cukup, tanggung jawab!" Brendon hanya mengangguk.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CEWEK INDIGO VS BOS SONGONG [Brendon Series - A]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang