"Udah, Kang! Dia gak bakal bisa apa-apain gue. Udah, kalian pulang aja sana!"
"Siap, Neng!" Teman Reza berbalik dan mendahului pria itu.
"Eh, tunggu saya!" kata Reza menatap temannya yang sudah beranjak menjauh kemudian menatap Tyas lagi. "Ya udah, Akang pergi dulu, Neng! Jaga diri baik-baik! Dadah, Neng Cantik!"
"Dah, Kang!" Reza pun berlari pergi menyusul sobatnya itu.
Tyas menatap Brendon yang masih menunduk. "Ya udah, gue ke rumah dulu, mau ambilin lo makan malam. Lo kalau mau mandi silakan aja! Atau mau ngapain terserah."
Brendon hanya diam menunduk, wajahnya kelihatan begitu menyedihkan, dan Tyas hanya menghela napas panjang. Ia lalu meninggalkan Brendon untuk membersihkan diri, memasak makan malam kemudian, dan menuju ke gudang tempat Brendon berada bersama makanan dan minuman di tangannya.
Pria itu lagi-lagi makan dengan lahap akan makanan sederhana tersebut, cepat dan tanpa suara, hanya setelah menghabiskannya ia pun cuma berkata, "Terima kasih."
"Ya udah, sana lo istirahat! Malam, Bah."
"Malam, Sayang." Rasanya aneh ketika abah berkata dengan diri Brendon, Tyas tertawa pelan meski kemudian menatap sedih karena ekspresi pria itu yang cepat berubah.
Tyas pun meninggalkan pria itu bersama piring dan gelas yang kosong ke rumahnya, dan Brendon mulai membaringkan badannya di kasur tipis tersebut.
"Kamu lihat, sekalipun kamu udah bener-bener jahat sama keluarga saya ... Tyas tetep enggak sampai hati nyiksa kamu. Beda sama saya, andai gak ada Tyas udah saya siksa kamu terus-terusan!" kata abah di dalam kepalanya, Brendon hanya terisak pelan.
"Maaf ...."
"Udah, jangan banyak congor! Besok kamu harus bantu anak saya ke sawah, simpan semua tenaga kamu, jangan dipake nangis!" Brendon pasrah saja, menutup matanya kemudian dengan beberapa titik air mata yang masih mengalir.
Awalnya ... ia tidur dengan tenang.
Sampai suatu ketika, tubuhnya bergerak bak kejang-kejang, kepalanya ke kiri dan kanan, benar-benar gelisah. Keringat dingin membanjiri dan kemudian air mata mengalir sesekali. Lalu tanpa disangka lagi, abah terlempar keluar dari badan Brendon seketika.
"Hah ... kenapa ...?" Abah memperhatikan pria itu yang masih melakukan hal tadi, ia bingung dengan keadaan pria itu karena meskipun merasukinya, ada beberapa hal yang tidak bisa diketahui hantu yaitu isi memori dan mimpi. Keadaan Brendon begitu mengenaskan ....
Abah pun menghilang dan seketika muncul di hadapan Tyas yang tengah menghitung uang ganti rugi dari Brendon.
"Yas?"
"Iya, Bah?" Tyas mendongak. "Eh? Abah keluar? Katanya stuck di sana?" tanya Tyas menatap bingung pria abu-abu itu.
"Abah gak tau apa yang terjadi, kayaknya tu anak mimpi buruk. Dia bahkan bisa ngelempar Abah keluar karena mimpi buruk itu, keknya ...."
"Itu pasti karena aura hitamnya terlalu pekat, Tyas liat terakhir kali ampe nutupin aura abu-abu tanda dirasukin Abah. Ya Tuhan, kasian banget." Tyas langsung berdiri dari duduknya, tak peduli tentang uangnya dan menuju ke kamar Brendon di gudang.
Nyatanya, pria itu terbangun, memegangi kepalanya dan menangis tersedu.
"Brendon," panggil Tyas, duduk di samping pria itu. "Eh, tenang ... gue mohon lo tenang ...."
Brendon menggeleng pelan, ia berusaha menenangkan dirinya dengan menarik napas teratur sebelum akhirnya menyeka air matanya.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
CEWEK INDIGO VS BOS SONGONG [Brendon Series - A]
Romance18+ Ketika bos songong dihadapkan dengan gadis indigo yang akrab dengan hantu ... apa jadinya? Berawal dari Tyas Yusuf yang menolak menjual sawah warisan ayahnya yang harus ia jaga ke seorang pemimpin perusahaan, Brendon Anderson. Siapa sangka, sete...