Part 28

6.7K 639 27
                                    

Brendon hanya mengangguk.

"Utarakan!"

Brendon bergedik geli kala abah menarik diri keluar dari badannya, dan perasaan gugup semakin tinggi. Ia masih memegangi tangan Tyas dan seakan ada energi aneh yang mengalir.

Energi cinta ....

"T-Tyas ...," panggil Brendon, Tyas tak mendongak, ia hanya melirik ke atas sedikit. "Mu-mungkin terlalu cepat, aku gak tau apa kamu punya perasaan yang sama kayak aku, dan aku gak paham soal ini. Dari dulu, aku gak pernah rasain itu, aku terlalu fokus ke balas dendam sampe usia tiga puluhan ini ... aku masih sendiri."

"Ma-maksud kamu?" Tyas jujur, ia tahu persis maksudnya. Namun, ia hanya ... entahlah, dia salah tingkah.

"A-anu ... aku anu ...." Abah memutar bola matanya malas. "Aku sayang sama kamu, aku suka sama kamu, dan yang paling penting ... aku cinta sama kamu!" Mata Tyas membulat sempurna kala dengan lantangnya Brendon menyatakan itu semua.

Sementara Reza yang penuh lumpur yang menghampiri keduanya susah payah dan beberapa orang yang ada di sana untuk mengejar Reza terperangah.

"Aku ...." Mata Brendon berbinar bahagia, aku? Aku katanya .... "Aku gak bisa."

Reza langsung memekik bahagia sementara Brendon menatap tak percaya.

"Gak bisa nolak."

Reza langsung ternganga, menangis kemudian dan ditenangkan pekerja, sementara Brendon langsung menatap bahagia, ia siap memeluk gadis itu namun abah melompat ke dalam badannya hingga ia seperti patung yang hanya merentangkan tangannya. Ia lalu menurunkan tangannya ke bawah.

"Belum sah! Mau saya tempeleng kamu?" Brendon menenggak saliva, kemudian tersenyum miris ke arah Tyas yang menertawakannya.

"Kita ke kota, yuk! Biar pilih cincin yang kamu suka."

"Tunggu! Secepet itu?" tanya Tyas tak percaya.

"Menurutku, sih, kalau gak ada komitmen pasti ... omong kosong doang cintanya. Jadi, sekarang aja!" Brendon menjelaskan, sementara kedua pipi Tyas memerah, ia membuang wajahnya dari memandang pria itu. "Mm ... kamu belum siap, ya?"

"Abah bilang apa?" tanya Tyas malah.

"Katanya ... dia setuju-setuju aja kita nikah ... yah asal ada edukasi."

"Kalau gitu, oke."

Reza semakin menangis, terlebih keduanya kini berjalan menjauhi mereka, sementara yang lain menepuktangani seraya tersenyum bahagia.

"Kalian lanjut kerja, ya! Kami mau ke kota sebentar!" kata Tyas, mereka pun mengangguk.

"Neng Tyas ... jangan tinggalin Akang! Huaaaaa!!!"

Mereka pulang ke rumah, membersihkan diri masing-masing, sebelum akhirnya dengan pakaian sederhana terbaik dan sebersih mungkin, bersama mobil putihnya, keduanya pun menuju kota.

"Abah masih ngerasukin kamu, ya?" tanya Tyas.

"Masih, antisipasi aja, dia ngapa-ngapain!" kata Brendon dengan nada khas abah, pria itu kemudian tersenyum nyengir miris.

"Abah, keluar, dong. Kan Abah udah janji gak bakal rasukin dia. Plis jangan ganggu ... aku yakin Brendon gak bakal ngapa-ngapain aku!" pinta Tyas kesal.

"Apanya yang gak ngapa-ngapain kamu? Ini junior dia tegang!" Brendon memejamkan mata sesaat, semakin miris dengan kedua pipi memerah.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CEWEK INDIGO VS BOS SONGONG [Brendon Series - A]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang