Reza menatap mereka dengan tatapan khawatir, dan kesal pada Brendon. Namun, ia menghela napas pasrah. "Ya udah kalau begitu, Neng. Akang jaga dari jauh. Kamu awas ngapa-ngapain Neng Tyas!"
Dan ia pun melangkah menjauh, Tyas memperhatikannya yang pergi dari hadapan mereka dan berhenti setelah cukup jauh. Tyas lalu tersenyum ke arah Brendon, senyum geli.
"Kena tulah, kan, lo! Mampus!" katanya, Brendon menatap tak percaya. "BTW, Bah, Abah masih di sana?"
"Ah, masih, dong!" Abah, dengan mulut Brendon tertawa pelan. Ia tersenyum lebar. "Abah keknya bakalan kejebak di sini ampe hukuman dia selesai, sekalian juga Abah bisa jaga kamu dan bikin ni anak gak keluar jalur! Dia harus nuntasin hukuman dia!"
Kemudian, wajah Brendon berubah sedih kembali.
"Lo denger kata Abah? Mau bebas ... lo harus tuntasin hukuman lo!" kata Tyas, menunjuk tepat ke hidung mancung pria itu. "Haha, mampus gak bisa bebas! Rasain!"
Brendon semakin menyedih, mengerucutkan bibirnya, setelahnya merengek menangis.
"Lah? Lah? Nangis? Malu-maluin banget, sih, lo jadi laki! Diem!" bentak Tyas, Brendon menghentikan tangisannya dan sesenggukan menatap gadis itu. "Ya udah, lo ikut gue buat gotong royong bangun gudang!"
"Ta-tapi ...."
"Tapi apa?" tanya Tyas kesal karena Brendon terkesan ingin membantah.
"Saya gak bisa ...."
"Abah bisa, lo tenang aja, biarin Abah yang make badan lo!" Tyas lalu mengambil tangan Brendon, menariknya agar mengikutinya.
Reza yang melihat itu terkejut. "Eh, Neng! Neng Tyas!" Dan ia pun mengejar keduanya.
Mereka bertiga pun menuju ke tempat gudang di mana warga sudah mulai membangun.
"Bapak-bapak, Ibu-ibu, kalian semua istirahat aja!" teriak Tyas tiba-tiba, semua warga yang ada di sana menoleh ke arahnya. "Nih, pelaku pembakaran bakalan ngebangun gudang ini sendiri, kita istirahat aja masak-masak sekarang!"
"Hah, Tyas, si ganteng ini yang lakuin?" tanya salah seorang ibu-ibu. "Astaga ...." Brendon hanya menunduk ketakutan.
"Laporin ke polisi, Neng!" Semua saling bersahutan setuju.
"Udah, enggak perlu, Bapak-bapak, Ibu-ibu. Dia bakal tanggung jawab dan gak bakal bisa kabur sampe hukumannya selesai. Pak RT bilang dia bakal bantu saya ampe panen dan ganti semua kerugian yang ada! Udah, jangan terusin lagi, dia aja yang nerusin! Dia ahli dalam bidang beginian, pasti cepet jadinya!"
Meski ragu-ragu, akhirnya mereka menurut saja akan ungkapan Tyas, mereka pun bubar dari pekerjaan masing-masing dan menuju sisi gubuk sawah, memasak-masak di sana.
"Kerja yang bener, ya!" Tyas memperingatkan, Brendon hanya menenggak saliva setelahnya melihat bangunan yang bahkan setengahnya pun belum siap. "Dadah!"
"Awas kamu kabur!" Reza seakan mencolok matanya, dan kemudian ke arah Brendon. Sebelum akhirnya ia bersama Tyas menuju ke arah warga.
Brendon menatap mereka untuk terakhir kalinya dan ke arah hal yang ia harus kerjakan. Ia menenggak saliva lagi, namun setelahnya tersenyum.
"Saya bisa sehari aja bikin ini selesai, untung saya hantu. Yang capek kamu doang!" Brendon membulatkan mata sempurna, dan tiba-tiba ia memekik karena badannya maju sendiri.
Reza yang ada di kejauhan menatapnya heran, kemudian sedikit kaget melihatnya bekerja bak ahli dan lumayan cepat. "Waduh, gak nyangka Akang, teh, orang kantoran bisa kerja bangunan. Padahal tangannya keliatan mulus."
"Udah, Kang, jangan dipikirin! Cari keong di sawah sana!" perintah Tyas.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
CEWEK INDIGO VS BOS SONGONG [Brendon Series - A]
Romansa18+ Ketika bos songong dihadapkan dengan gadis indigo yang akrab dengan hantu ... apa jadinya? Berawal dari Tyas Yusuf yang menolak menjual sawah warisan ayahnya yang harus ia jaga ke seorang pemimpin perusahaan, Brendon Anderson. Siapa sangka, sete...