"Abah tetap gak suka dia sama kamu!"
Tyas menatap sang ayah tak percaya. "Bah, kenapa gitu? Apa yang salah, sih, Bah? Dia udah berubah! Aura gak pernah bohong!"
"Tapi aura bisa berubah ...." Abahnya menatap kesal. "Abah—"
"Dan abah harusnya tau semua orang juga bisa berubah ... jahat buruk ... semuanya itu gak pasti. Masa depan itu gak ada yang tahu, bahkan masa sekarang pun ...." Tyas membuang wajahnya dari abah. "Kenapa abah seegois ini dari dulu, sih?"
Mata abah seketika membulat sempurna.
"Tyas tahu, Abah pasti sakit hati karena awal dia datang ... dia bener-bener pria berengsek! Tapi Abah pasti udah denger apa yang membuat dia begitu, kan? Itu salah Tyas, Bah, ngebuka luka masa lalunya. Dan Tyas berusaha menutup itu lagi, hingga akhirnya dia ... dia berubah sejauh ini!" Mata Tyas berkaca-kaca menatap abah.
Abah menghela napas panjang, menundukkan kepala.
"Maaf ... Abah ... memang egois sejak dulu. Bahkan sampai Emak kamu kabur ...." Tyas tercengang. "Terus Abah maksa kamu ngelola semua ini ... padahal kamu bisa jadi hal lain, gak perlu begini, ini tugas laki-laki ...."
"Enggak, Bah! Bukan begitu ...." Tyas membelas. "Tyas suka, kok, kerja begini. Dan soal Abah egois ... yah emang kadang Abah begitu, tapi kan itu demi kebaikan juga, Bah. Bayangin ... kalau sawah ini gak ada ... warna desa ini pasti bakalan berubah jadi abu-abu." Tyas tersenyum kecil. "Bah ... jangan baper gitu, dong. Maafin Tyas!"
"Enggak, bukan salah kamu, kok." Abah menatap sekitaran, kemudian matanya menangkap Brendon yang tengah berbincang dengan Reza, tampak Reza seakan berusaha membuat risi pria muda tersebut dan Brendon hanya tersenyum. "Abah yang minta maaf ...."
"Jadi ... Abah restuin aja? Eh, aku enggak bener-bener yakin, sih, Brendon punya rasa yang sama. Tyas orang kampung, dia kota. Tyas sederhana, dia kaya. Tyas jelek ... dia ganteng pake banget."
"Lho, kata siapa kamu jelek? Sini Abah tempeleng orangnya!" Tyas menyengir kecil melihat abahnya. "Tunggu sebentar!"
Dan abah menghilang.
"Kamu, teh, kudu makan! Makan sana!" tegur Reza, Brendon menggeleng pelan.
"Saya mau nunggu Tyas dulu," jawabnya dengan sabar.
"Enggak usah nungguin Neng Tyas, entar kamu mati kelaparan gimana?" Brendon hanya tertawa, lebay sekali. "Biar saya aja yang nungguin Neng Tyas, kamu makan jadi bisa langsung kerja!"
"Duh, anak muda ini!" Abah yang muncul berdiri di belakang mereka, sebelum akhirnya ia melompat ke arah punggung Brendon.
Kejutan itu seketika membuat Brendon terperanjat dengan mata membulat sempurna, sementara Reza menatap bingung.
"Eh, kamu, teh, kenapa?" tanya Reza bingung.
Tak menjawab, Brendon berdiri dari duduknya dan berlari ke arah Tyas.
"Eh, kamu ngapain?!" Reza mengejarnya, namun sialnya ia tak melihat-lihat kala melewati jalan kecil sawah, hingga tubuhnya limbung dan jatuh ke lumpur. Pekerja yang ada di gubuk melihat itu langsung menolongnya.
Brendon pasrah saja kala kakinya berlari sendiri, berjalan terus hingga akhirnya sampai di hadapan Tyas. Ia tahu siapa yang mengendalikannya, tentu saja abah.
"Tyas ...." Brendon tersenyum kikuk, dan keduanya sama-sama kaget kala tangan Brendon mengambil tangan Tyas, memegangnya lembut.
Kejutan listriknya begitu kuat.
Kedua pipi keduanya memerah.
Tyas menunduk malu.
"Jawab saya, kamu suka anak saya?" tanya abah, Brendon semakin salah tingkah mendengar suara abah di kepalanya. "Ah ... sudah jelas keknya, kan, ya? Kamu ... mau jagain dia buat saya, kan? Dan kamu mau berubah menjadi pribadi yang lebih baik dengan dia, kan? Kamu terima dia apa adanya, kan?"
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
CEWEK INDIGO VS BOS SONGONG [Brendon Series - A]
Romance18+ Ketika bos songong dihadapkan dengan gadis indigo yang akrab dengan hantu ... apa jadinya? Berawal dari Tyas Yusuf yang menolak menjual sawah warisan ayahnya yang harus ia jaga ke seorang pemimpin perusahaan, Brendon Anderson. Siapa sangka, sete...