Tanpa pikir panjang, ia pun bersuara. "Iya! Saya bakal tanggung jawab! Saya minta ampun! Tolong ampuni saya! Besok saya bakal tanggung jawab! Saya janji! Maafin saya udah nyuruh orang bakar gudang itu ...."
"Bagus, saya pegang janji kamu, saya mengawasi kamu," kata abah, dan semuanya menghilang.
Brendon dengan panik menatap sekitaran, napasnya masih terengah, dan langsung ia matikan kompor. Ia gerakkan seluruh tubuhnya, atas kehendaknya.
"Nggh ...." Rasa lelah, kantuk, dan pening tiba-tiba menyerang. Pria itu lalu dengan gontai berjalan ke kamarnya lagi, dan menghempaskan diri di kasur, dengan mudahnya terlelap.
Dan ia terbangun keesokan harinya ....
Namun, keadaan yang amat kelelahan membuat pria yang memiliki janggung dan kumis tebal itu enggan bangkit, ia hanya sekejap membuka matanya dan menutupnya lagi.
"Heh! Bangun! Kamu udah janji bakalan mempertanggungjawabkan perbuatan kamu!" pekik abah.
Brendon langsung membulatkan mata sempurna dan bangkit duduk. "Siapa?! Siapa sebenernya itu?" Ia lalu memukuli kepalanya sendiri. "Saya masih mimpi, saya pasti masih mimpi."
"Anak ini!" Tangan yang memukuli kepalanya sendiri membeku, Brendon menatap tak percaya kedua tangannya yang seakan tertahan oleh sesuatu. Ia berusaha menggerakan namun tekanan itu membuatnya tak bisa melakukannya. "Tanggung jawab! Kamu sudah janji!"
Brendon menatap kiri dan kanan, panik. Dan kemudian badannya terangkat sendiri. Karena bukan keinginannya, Brendon melawan, ia mendudukkan diri.
Dan terjadilah adegan duduk berdiri, duduk berdiri, sampai akhirnya duduk tergantikan tersungkur di lantai karena mengamuk sendiri.
"Tanggung jawab atau menderita ...." Bisikan itu terdengar mistis, membuat sekujur tubuh Brendon meriang.
Lalu tanpa disangka, pria itu menangis. "Ini ... ini gak nyata ... saya pasti udah gila. HUAAAAA MAMAAAA!"
"HEH! ANAK INI! SAYA INI NYATA!" Badan Brendon terangkat, pria itu lalu berjalan ke arah cermin yang pecah bukan atas kehendaknya namun badannya tetap berjalan sendiri. Tubuhnya membeku melihat keadaan cermin tersebut, dan meringis kesakitan kala pecahan kaca di bawahnya ia pijak.
Darah segar seketika mengalir dan Brendon hanya bisa menangis kesakitan tanpa sanggup mengendalikan dirinya.
Tangannya mengambil pisau cukur yang ada lemari meja rias tersebut, Brendon semakin panik dan ketakutan terlebih pisau itu lalu mendekati wajahnya.
Dan ia berteriak kencang.
Kala pisau cukur itu ....
Membabat sebagian kumisnya ....
"HUAAA!!! IYA IYA SAYA TANGGUNG JAWAB!!! AMPUN!!!" teriaknya menangis.
"Gitu, dong!" kata suara itu yang entah dari mana, kemudian Brendon bisa menggerakan badannya lagi. Sambil menangis, ia mulai mengobati lukanya yang syukurlah tak seberapa, sebelum akhirnya membersihkan diri dan memakai pakaian santai. Ia sudah tak peduli ini kenyataan atau mimpi, kewarasannya sudah terambil alih begitu saja dan tak ingin menanyakan apa-apa selain bertanggung jawab sesuai keinginan hantu itu.
"Eh, Pak, Bapak ...."
"Kamu diem!" Brendon menunjuk sopirnya kesal sebelum menyelesaikan kalimat, keadaan pria itu begitu berantakan dan lusuh. Rambutnya berantakan, tatapan matanya lelah dan merah, namun janggut dan kumis yang hilang ... membuat si pria kelihatan begitu tampan dan berkali lipat lebih muda. "Kunci, mana kunci mobil?"
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
CEWEK INDIGO VS BOS SONGONG [Brendon Series - A]
Romansa18+ Ketika bos songong dihadapkan dengan gadis indigo yang akrab dengan hantu ... apa jadinya? Berawal dari Tyas Yusuf yang menolak menjual sawah warisan ayahnya yang harus ia jaga ke seorang pemimpin perusahaan, Brendon Anderson. Siapa sangka, sete...