Part 26

6.7K 625 5
                                    

Menarik selimut Tyas hingga sedada, Brendon pun keluar kamar, menutupnya dan kala keluar dari rumah ia juga menguncinya dan kunci itu ia letakkan di celah bawah pintu. Tubuhnya terus berjalan hingga akhirnya terbaring di kasurnya dengan keras.

Abah menarik dirinya keluar dari badan pria itu. "Tidur sana, cowok tengah malam itu suka mesum! Tuh, anu kamu berdiri tegak banget!" Abah menampar celana Brendon, dan siapa sangka tamparan itu terasa oleh Brendon hingga si pria meringis kesakitan sambil memegang bagian sana. "Oops ...."

Abah pun keluar dari gudang tempat Brendon berada, dan kembali ke kamar putrinya. Ia tersenyum hangat melihat gadis itu yang tertidur dengan pulasnya.

Ia mengingat masa lalunya ....

"Kalau Abang gak mau kerja di kota gimana kita ngubah nasib kita, Bang? Adek gak tahan penghasilan pas-pasan dari Abang bertani!" kata wanita itu bersama barang-barangnya, keluar dari rumah.

Abah yang menggendong seorang anak balita kecil di pelukannya menyusul ke luar. "Dek, jangan tinggalin Abang! Pekerjaan Abang memang harus ini karena Abang lulusan pertanian!"

"Kenapa Abang ngambil jurusan itu, sih?"

"Dek ...."

"Cukup, Adek gak tahan! Adek mau pergi!"

"Ini gimana nasib anak kita masih kecil!" katanya, bertepatan itu si kecil menangis, abah berusaha menenangkannya.

"Adek gak peduli! Adek udah gak tahan!"

Dan wanita itu pergi, si pria ingin menahan namun kondisinya yang tak memungkinkan membuatnya diam di tempat saja.

"Hust ... udah, ya, Sayang. Tyas jangan nangis ... ada Abah di sini ...."

"Udah dua puluh tahun lebih kamu pergi, dan sampai saat ini enggak pernah kembali ...," gumam abah pelan. "Gimana keadaan kamu sekarang?"

Malam pun tergantikan pagi, kegiatan seperti biasa Tyas dan Brendon lakukan sebelum akhirnya menuju ke sawah. Masih banyak tanah yang belum dibajak, sementara benih yang sudah berkecambah mulai ke tahap penyemaian, semua bekerja keras akan hal tersebut.

Semakin hari ke hari ... Tyas dan Brendon pula semakin akrab.

Dan lebih dari itu, keduanya bisa merasakan rasa yang perlahan-lahan mulai tumbuh antar keduanya ....

Abah pun menyadari hal itu ....

Suatu hari, setelah mereka selesai menanam sebagian padi yang telah disemai hingga tumbuh menjadi padi muda di tanah yang sudah gembur bersama air cukup, kala mereka beristirahat di gubuk, abah menatap tiap dalam.

"Tyas, Abah mau ngomong sama kamu sebentar," katanya.

"Sebentar, ya!" Tyas permisi, ia menuruti abahnya yang berjalan menjauh dari mereka di lokasi yang tersembunyi meski demikian masih bisa melihat mereka dari kejauhan.

Tyas menatap abahnya dengan tatapan heran.

"Kenapa, Bah?"

"Kamu suka sama Brendon?" Mendengar itu, Tyas terkejut, seluruh badannya bereaksi panas dingin mendengarnya dan kedua pipinya kemudian memerah. "Ah ... sudah jelas Abah lihat, kamu suka sama dia, kan? Ini udah ... hampir tiga minggu dia di sini."

"Abah enggak ... suka sama dia, ya?"

"Udah jelas, Abah enggak suka dia, perangai dia buruk!"

"Tapi ... dia udah berubah, Bah! Abah liat ... auranya." Tyas memejamkan mata sejenak, setelah membukanya ia menatap ke arah Brendon. Kedua pipinya semakin memerah menemukan warna merah muda yang dominan di pria itu ... jatuh cinta. Bersama warna lain yang jauh dari hal buruk. "Dia udah bener-bener berubah ...." Ia tersenyum hangat.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CEWEK INDIGO VS BOS SONGONG [Brendon Series - A]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang