Part 2

597 21 0
                                    

"Assalammuaikum bunda." Tasya mengucapkan salam.

"Waalaikumssalam, udah pulang sya ?"

"Belum bun ini arwah Tasya."

"Hus dasar kamu. Oh iya Leon nya mana kok gak masuk ?" Tanya bunda sontak membuat Tasya mengumpat dalam hati, malas sekali mendengar namanya disebut.

"Gak mampir, dia nitip salam doang. Ada acara katanya." Jelas Tasya bohong.

"Oh yaudah kalau gitu."

"Aku ke kamar dulu ya bun, capek." Pamit Tasya lalu berlalu ke kamarnya.

~

Tasya membantingkan tubuhnya kasar. Ia menghela napas lelah sambil memejamkan matanya.

"Hidup gue gini amat sih Ya Allah, salah apa hamba di khianatin kayak gini." Batinya berteriak.

Ponselnya berbunyi, menandakan bahwa ada notifikasi masuk. Ia lagi lagi mendengus kala si pengirim nya ternyata Leon sang pacar- eh mantan, alah entah sebutanya apa untuk sekarang.

Leon
Syaa

Tasya
Aduh kok nomor lu belum gue block ya ?

Leon
Sya !

Tasya
Atheis lo ? Salamnya mana

Leon
Iya maaf assalamualaikum

Tasya
Y

Leon
Nanti malem aku ke rumah kamu, ada yang mau aku omongin

Tasya
Alah berisik aku kamu, udah putus juga

Leon
Sya please

Tasya
Kagak ada, gausah muncul dihadapan gue lagi.

Tasya membanting ponselnya sebal. Lebih baik ia nongkrong dengan teman temanya saat ini.

Beban Orangtua

Tasya
Pada gabut gak

Reva
Gak, sibuk.

Putri
Cih sibuk ngepet lo ?

Reva
Anjg

Tasya
Serius gue, nongki yuk !

Putri
Hayu dimansss

Tasya
Rooftop hotel trans aja lah

Reva
Buset nongkrong lo mahal amat

Tasya
Gue yang bayar, kalau di cafe males banyak orang

Putri
Anjir, okelah gue otw

Reva
Gercep amat lo siap siapnya

Putri
Otw wc maksudnya 😭😭👍

Tasya
Ya Allah 😭😭

Jan kelamaan, lama bayar sendiri

Reva
Iyeeee

Setelah itu mereka benar benar bertemu di rooftop hotel The Trans. Ya sekalian menikmati sunset juga sih.

"Lo masih ribut ama kak Leon ?" Tanya Reva pada Tasya.

"Masih kali ? Gatau lah." Balas Tasya acuh.

"Gila udah 2 minggu lo pada berantem, lama amat. Cepet baikan lah, gak akan beres masalahnya kalau lo berdua diem dieman doang."

"Ya udah, makanya gue putusin tapi dia nya malah gamau, ribet. Malah marah marah ke gue, halah anjir bodo amat lah gue mau dianggap apa sama dia."

Perbincangan mereka terhenti kala pesanan mereka datang. Putri yang sedang menikmati steik nya  menyipitkan mata untuk memastikan bahwa sosok yang ia lihat itu benar.

"Sya ! Sya anjing budeg lo ?" Kesal Putri karena Tasya menghiraukanya.

"Apa sih ?" Balas Tasya kesal.

"Liat noh yang pake kaos item." Tunjuk Putri pada seseorang yang jaraknya agak jauh dari mereka.

"Siapa sih artis ?" Tanya Reva tidak fokus karena dirinya sedang bermain billiard di ponsel nya.

"Artis muke lo, liat makanya anjir." Kesal Putri.

"Mana sih ? Buset punggung nya ganteng ya." Bisik Reva. Putri menoyornya kesal.

"Itu kak Leon bego."

"YA ALLAH TASYA GUE GAK MAKSUD, MAKSUDNYA PUNGGUNG NYA DOANG KOK GANTENG." Rengek reva.

Tasya akhirnya menolehkan kepala kepada seseorang yang Reva dan Putri maksud. Dan ternyata orang itu adalah Leon, Tasya lagi lagi mengumpat. Niatnya kesini adalah menghindari Leon eh malah bertemu disini. Lain kali mungkin ia harus nongkrong di rumah makan sunda agar aman.

"Bener si kak Leon, sama siapa tuh HAHAHAHAHA." Putri tertawa ngakak membuat Tasya berdecak.

"Ah anjir badmood lagi gue, bentar wc dulu dah gue." Pamit Tasya lalu segera berdiri.

~

"Sayang aku seneng banget deh bentar lagi kita nikah." Ucap Thalita.

Leon berdecak sinis. "Kalau kata keanu, mimpi mimpi mimpi terus ampe mampus. Jan harap deh."

Thalita memanyunkan bibirnya sebal, ingin maran kepada Leon namun ia tidak bisa. Di tengah tengah lamunanya, sontak seorang perempuan yang berjalan santai melewati dirinya menarik perhatianya.

"Ya Allah itu Tasya kan ? Sama siapa ya dia kesini, kalau sama cowok gue tonjokin dah cowoknya." Batin Leon.

"Kamu ngapain liatin dia ? Cantikan juga aku." Ujar Thalita benar benar membuat Leon muak.

"Lo hoax darimana ngomong kek gitu hah ?" Sinis Leon. Ia memperhatikan punggung Tasya yang semakin menjauh.

Leon Edward AlexanderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang