"Turun gila, ampe kapan lo mau galau disini ?!" Sinis Reva. Ia akhirnya mematikan bluetooth mobil nya agar Tasya berhenti menyanyikan lagu lagu galau itu.
"Songong banget lu udah gue bayarin." Balas Tasya sebal sembari menggulung kabel chargernya.
"OHH DIA GAK IKHLAS REV." Ucap Putri menggebu gebu.
Tasya nyengir. "Ngga gitu hehe."
"Ck udah sana turun, gak usah galau galau lagi. Nonton Nassar oppa aja mendingan." Usir Putri yang duduk dibelakang.
"Naon sih Nassar oppa Ya Allah." Tasya berdecak, heran dengan sahabatnya itu.
"KIYOWO PISAN SIA TEH JANGAN GITU."
"Freak anjir. Udah ya gue turun."
"Thanks Sya traktiranya, sering sering." Balas Reva sambil memberikan kissbye.
Tasya menangkap kissbye nya dan melempar jauh jauh.
"HEH !"
"GELI ANJIR UDAH BYE." Balas Tasya ngeri sambil melambaikan tangan dan memasuki rumahnya.
~
Tasya membantingkan tubuhnya kesal setelah ia berganti baju dengan baju rumahanya. Lagi lagi ia menghela napas sambil pikiranya melayang pada kejadian tadi.
"Gue nongkrong tuh pengen jernihin pikiran, malah ketemu kak Leon ama cewek nya. Kesel kesel kesel !" Tasya bermonolog sambil menendang nendang guling nya.
Tidak lama kemudian, sang bunda pun mengetuk pintu.
"Sya ada Leon tuh di bawah."
Tasya semakin menjadi, ia menendang nendang guling tak bersalahnya karena kesal.
"Suruh ke atas aja bun tolong, Tasya ngantuk."
"Ya bentar."
Suasana menjadi hening sebelum akhirnya pintu diketuk lagi.
"Sya." Panggil Leon. Iya yang mengetuk pintu itu Leon.
"Naon ?" Balas Tasya dengan bahasa sunda. Kalau Tasya menggunakan bahasa sunda itu berati ia benar benaf malas berbicara.
Tasya dapat mendengar helaan napas dari Leon.
"Gue masuk boleh ?" Tanya Leon.
"Boleh."
"Beneran ?"
"Gue larang juga lo bakal tetep masuk kan." Sinis Tasya.
Ia dapat mendengar kekehan Leon sebelum akhirnya Leon membuka pintu kamar nya.
"Ngapa ? Gak penting gue usir."
"Gue cuma mau ngomongin masalah kemaren." Ujar Leon sambil berjalan mendekat.
"Stay 2 meter dari gue, lo duduk disitu." Ucap Tasya sebal sambil menunjuk sofa diujung ruangan.
Leon menganga. "Sya gak enak ngobrol nya jauhan."
"Kamar kamar gue napa lo yang ribet dah." Balas Tasya sambil bersandar pada headboard kasur.
Leon menurut saja lalu segera duduk. "Soal masalah kemaren-"
"Lah masih peduli lo ? Gue kira bodo amat. Orang tadi gue liat lo ke rooftop Trans ama cewek lo kan ?"
Leon menunjukkan raut muka terkejutnya. Berati memang cewek yang tadi ia lihat itu adalah Tasya.
"Gausah kaget gitu kayak keciduk selingkuh aja, eh emang selingkuh kan ya ?"
"Sya dia bukan pacar gue sumpah, pacar gue cuma elo."
"Pacar kagak tunangan iya, bener kan ?"
Sontak Leon terkejut lagi. Bagaimana Tasya tahu.
"Diem berati bener."
"Iya dia emang tunangan gue, tapi gue gak suka dia Syaa !"
"Yailah bahasanya gak suka, tapi pelukan depan umum ?"
"Sya bisa gak sih lo dengerin penjelasan gue dulu ? Gimana lo mau tau kebenaranya kalau lo gak ngizinin gue buat jelasin hah ?!" Ucap Leon sedikit membentak.
"Apa lagi sih yang mau lo jelasin ? Dia meluk lo, lo bales, fix lo suka sama dia. Udah kan beres."
"Please dong Sya dengerin penjelasan gue dulu." Mohon Leon kepada Tasya.
Tasya berdecak sebal, iya malas sekali harus berurusan dengan cowok ini lagi. Namun apa salahnya mendengarkan penjelasan nya ? Ia jadi ingat pepatah Reva yang bilang, "Kalau ada masalah itu selesain masalah nya bukan selesain hubunganya." Jadi ya dengan berat hati Tasya akan mendengarkan penjelasanya.
"Ya."
"Yaudah gue jelasin sekarang-"
"Eitss, ada bilang gue suruh lo jelasin disini ? Keluar lah nongkrong."
"Tadi baru balik nongkrong sya- Iya kita keluar aja." Ucap Leon saat Tasya memelototinya.
"Heh keluar ! Mau liat gue ganti baju hah ?!" Ucap Tasya kesal sambil hendak mengangkat kaos nya membuat Leon melotot panik.
"Iya sorry." Ucap Leon segera berlalu dari kamar.
Tasya terkekeh. Kapan lagi ia dapat menggoda Leon seperti itu.
Setelah Tasya bersiap siap ia segera turun ke bawah dan menemukan Leon yang sedang duduk di sofa ruang tamunya sambil melamun.
"Istigfar lo ntar ke surupan." Tasya berdecak sambil keluar dari rumahnya. Ia sudah berpamitan pada bunda nya tadi.
"Heh !" Balas Leon sebal.
Akhirnya mereka berdua sampai di starbucks Asia Afrika karena katanya Tasya ingin menikmati pemandangan Asia Afrika saat malam hari.
"Lo yang biasa kan ?"
"Dih biasa biasa apa coba ?!" Sinis Tasya.
"Greentea frappucino kan ?" Tasya diam diam bergumam. Leon selalu ingat menu kesukaanya.
"Tuh jangan sok tau deh. Gue maunya sekarang Vanilla Frappucino, di blend sama new york cheesecake tapi setengah aja, setengah lagi jadiin topping terus diatasnya extra caramel sauce paham ?"
Leon melongo. Apa itu tadi. Ia bahkan tidak mengingat apapun.
"Udah sana pesenin." Usir Tasya. Leon mengusap tengkuk nya, semoga saja ia ingat dan tidak kena amukanya.
Beberapa saat kemudian Leon kembali dengan 2 minuman di tanganya, tak lupa ia membawa Croissant yang sempat ia tinggal dulu di pick up side.
"Nih, bener kan gue." Ucap Leon.
Tasya mengangguk. "Iya makasih."
"Yaudah gue jelasin sekarang ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Leon Edward Alexander
Teen FictionKisah seorang Leon Edward Alexander dengan Tasya Adelina Adora. Dalam menjalin hubungan, mereka harus menghadapi banyak rintangan dalam hubungan mereka, dapatkah mereka bertahan ?