Selepas pulang sekolah, Gilang, Ezra, Rafael dan Al sedang berada di parkiran sekolah. Tak lama kemudian ada Tasya, Putri dan Reva yang melewati mereka. Al pun yang pertama sadar bahwa ada Tasya dan teman temanya.
"Woy si Tasya tuh." Tunjuk Al.
"Mana Al ?" Tanya Rafael.
"Itu masa gak keliatan." Al menunjuk ke arah Tasya yang sedang ngobrol.
"Dia udah tau kalau Leon dirawat ?" Tanya Ezra.
"Udah zra, gue tadi pagi ketemu dan katanya tau."
"Terus kata dia apa ?"
"Gue agak aneh juga sama jawabanya." sambil menggaruk kepala yang gatal.
"Heran kenapa al ?"
Al tidak menjawab, melainkan masih menggaruk kepalanya yang gatal.
"IH LO KUTUAN YA ANJIR." Tuduh Ezra.
"ENAK BANGET LO NGOMONG !"
"NGAKU AJA ANJING !" Balas Gilang.
"Anjir berisik, gue lagi nanya." Ucap Ezra.
"Ya gue ngasih tau kalau Leon di rumah sakit kan, jawaban dia cuma ohh iya udah tau kok."
"Terus gue tanya lagi kapan dia mau ke rumah sakit, dia jawab kan udah ada tunanganya kak Leon yang jagain, jadi gue gaperlu kesana dan diliat dari ekspresi mukanya ada sesuatu yang mau dia omongin tapi dia sembunyiin." Lanjut Ezra.
"Lah emangnya mereka putus ?" Tanya Gilang.
"Mana gue tau, emang gue ngintilin mereka kemana mana." Balas Ezra sewot.
"Sewot banget lo, gue cuma nanya anjir. Yaudah tanya sekali lagi mau ke rumah sakit bareng kita gak."
Saat mereka sedang mengobrol, ketiga orang itu pun melewat dan ditahan.
"Heh Tasya Farasya." Panggil Gilang.
Tasya tetap berjalan santai sedangkan Reva dan Putri sudah berhenti.
"Mau kemana lo ?" Tanya Putri.
"Pulang." Jawab Tasya santai.
"Gak denger kak Gilang manggil ?"
"Denger, tapi nama gua kan bukan Tasya Farasya."
"BERCANDA WOY SINI LU." panggil Gilang lagi.
Dengan langkah malas, Tasya membalikan badanya.
"Lo mau ke rumah sakit ?" Tanya Al.
"Engga."
"Kenapa ?" Tanya Al
"Ya, gapapa." Jawabnya sambil tersenyum misterius.
"Lo ga khawatir sama Leon ?" Tanya Rafael.
"Khawatir tapi yaudah."
"Lo udah putus atau lagi berantem sih sama dia, gajelas banget asli." Ucap Ezra sewot.
"Gak kok, belum putus. Cuma lagi break aja buat persiapan pernikahan dia."
"Lo ngerelain leon nikah sama Thalita ?" Tanya Gilang.
"Oh namanya Thalita ?" Tanya Tasya santai tapi dengan wajah terkejut.
"Lah, lo gatau namanya siapa ?'
"Engga, dan gak penting juga bukan urusan gue." Tidak tahu sejak kapan Tasya menjadi savage begini.
"Lo belum jawab pertanyaan gue." Ucap Al lagi.
"Ya harus rela, nikah itu jauh lebih serius daripada hubungan gue dan kak Leon sekarang. Dan lagian itu keputusan orangtua dia, gue bisa apa."
"Lo gaada rasa buat mempertahanin hubungan lo ?"
"Percuma gue pertahanin jika diakhir dia tetep sama yang lain. Udah gue balik dulu, salam aja buat dia semoga cepet sembuh." Tasya berjalan meninggalkan keempat lelaki yang yang terkejut itu.
"Anjir." Umpat Al melihat punggung Tasya yang semakin jauh.
Keempat cowok tersebut tenggelam dalam pikiran masing masing. Mencari petunjuk atau celah untuk mengungkap semuanya. Setelah itu mereka pergi rumah sakit.
~
"Ta, belum bangun juga leon ?" Tanya Gilang
"Gatau, gue juga baru dateng." Jawab Thalita
"Kira gue lo nginep sini."
"Tadinya gue mau nginep, tapi disuruh pulang. Yaudah gue pulang."
"Ohh."
"Tanya tante aja." Titah Thalita
Setelah itu Gilang, Rafael, Al dan Ezra pun mendahului Thalita untuk menghampiri mamahnya Leon.
"Tante." Panggil Al
"Eh Al."
Gilang, Al, Rafael dan Ezra mencium tangan mamahnya Leon untuk salam.
"Iya tante, Leonnya udah sadar ?" Tanya Al.
"Belum Al."
"Udah 2 hari Leon ga bangun ya tante." Ucap Gilang.
"Iya." Ucap mamah Leon sambil melihat ruang rawat Leon.
"Tante kita boleh masuk ke dalem ?" Tanya Rafael.
"Ya boleh lah, siapa tau kalau ada kalian Leon sadar."
"Iya, tante kita masuk dulu ya." Ucap Al.
Setelah itu Gilang, Al, Rafael dan Ezra pun masuk ke ruangan Leon. Ya, mereka melihat Leon yang terbaring lemah di kasur rumah sakit itu.
"Bangun dong le, lo gak kangen kita gitu." Ucap Al
"Betah banget lo pingsan din." Susul Gilang.
"Din ? Din siapa anjir." Tanya Rafael.
"Udin tuh si Leon, nama panggilan baru dari gue ama Gilang." Ucap Ezra.
"Emang gak jelas lo berdua." Ucap Al.
"Bangun dong Le, gue butuh kejelasan hubungan lo sama Tasya. Sumpah gak jelas banget pengen hujat." Al bercerocos.
"Kepo banget lo jadi orang." Ucap Rafael.
"Kepo mah manusiawi kali, biarin ah."
"Oh iya Le, si Tasya gamau kesini gatau kenapa." Ucap Gilang.
"Benci kali sama lo Le." Balas Ezra.
"Ish anying, gabakal bangun kalau gitu mah. Bilang aja Tasya nya dateng, nungguin lo biar bangun." Usul Al.
"Yah rencana kita gagal, kedengeran dong ama si Leon."
"Tolol anying apaan sih, udah jangan berisik." Ucap Rafael menengahi karena merasa teman teman bodohnya itu mengganggu.
Tidak lama kemudian, Thalita pun masuk ke ruangan Leon.
"Gimana udah mendingan?" Tanya Thalita.
"Liat aja sendiri, gak usah nanya." Jawab Gilang sinis. Karena jujur saja Gilang itu tidak suka dengan perempuan semacam Thalita.
"Ya elah Lang gitu amat jawabnya." Ucap Thalita
Mereka pun sama sama melihat keadaan Leon yang terbaring lemah di tempat tidurnya. Tidak lama jari tangan kanan Leon bergerak pelan.
"Anjir jari nya gerak gerak manja." Heboh Ezra.
"Apaan gerak gerak manja maksudnya." Tanya Gilang sewot.
"Din bangun din." Ezra tidak menjawab pertanyaan Tasya.
"Berisik anjir lo !" Ucap Leon kesal karena dirinya baru saja siuman tapi sudah disambut dengan kebisingan.
"Sengaja, biar lo bangun." Al tertawa.
"Punya temen gaada yang jelas emang." Balas Leon sambil memegang kepalanya yang sakit bekas keroyokan dua minggu lalu.
Asik update lagi, monmaap lama. Sibux nugas !
KAMU SEDANG MEMBACA
Leon Edward Alexander
Ficção AdolescenteKisah seorang Leon Edward Alexander dengan Tasya Adelina Adora. Dalam menjalin hubungan, mereka harus menghadapi banyak rintangan dalam hubungan mereka, dapatkah mereka bertahan ?