Part 18

141 6 0
                                    

Setelah leon berbicara seperti itu, ia langsung pergi dari rumah Putri tanpa pamit.

"Sya."

"Apa ?" Tanya Tasya sambil mengusap air matanya.

"Sya inget di dunia ini cowo banyak, lo gaakan terus terusan stuck sama satu cowok. Kasian gue mah."

"Gue juga kenapa sih, kayaknya susah banget buat lupain kak Leon padahal udah jelas gue bukan siapa siapanya." Ucap Tasya sambil menangis pelan.

"Sya, inget prinsip gue. Dalam suatu hubungan ketika kalian memang harus berpisah yang dilakukan adalah mengikhlaskan oke, bukan melupakan. Karena melupakan tuh gaada gunanya, semakin lo melupakan semakin lo inget karena dia emang ada di pikiran lo. Tapi kalau mengikhlaskan, hati lo bakal tenang dan lo bakal ikhlas kalau dia sama yang lain." Putri berucap bijak membuat Tasya menganga.

"Ini putri beneran ?"

"Anjir lo !" Putri memukul bahu Tasya.

"Lagian lo aneh banget, gak kek biasanya."

"Kebetulan sebelum lo kesini gue abis baca novel hehehe."

"Pantesan anjir."

"Yaudah intinya lo harus belajar mengikhlaskan oke."

"Tapi susah put."

"Susah itu cuma buat orang yang gak percaya diri-"

"Dan gue lagi ga percaya diri sekarang."

"Gue seriuss ngomong ini hey, bukan dilan anjir."

"Yaudah gue bakal belajar ikhlas, lo semua bantuin gue bukan manas manasin."

"Iya santuy, udah tanggung jawab gue buat bantuin lo sebagai sahabat lo."

"Gue pulang ah."

"Ya sono pulang."

"Anterin lah."

"Ish si sitiiii !"

Setelah itu Tasya diantar pulang oleh Putri sampai ke rumahnya.

"Makasih ya put, gue seneng kok direpotin." Ucap Tasya sambil tertawa, perasaanya sudah jauh lebih baik sekarang.

"Iye dah serah lo, yaudah sana istirahat anjir. Mandi lo, muka udah buluk banget."

"Sialan lo !"

"Ya udah gue balik ya."

"Iye, hati hati."

Setelah itu Putri kembali ke rumahnya dan Tasya masuk ke dalam rumahnya tapi ternyata sudah ada bunda yang menunggu.

"Assalammualaikum."

"Waalaikumsalam, mana leon nya ?"

"Tadi aku di anter pulang sama Putri bun."

"Loh bukannya kamu tadi pergi sama Leon kenapa pulangnya sama Putri ?"

"Iya tadi abis sama kak Leon aku ke rumah putri karena kebetulan dia ada urusan mendadak."

"Oh yaudah, sok sana ke kamar."

"Eh iya, Lava kemana bun ?"

"Lava pergi sama Kevin, mau main katanya."

"Pantes kok rumah sepi banget."

"Dasar kamu ini."

"Ya udah bun aku ke kamar dulu ya."

"Iya."

Akhirnya tasya pun pergi ke kamarnya dan langsung terdiam duduk di balkon kamarnya.

"Kenapa gue sebego ini sih mertahanin cowok yang udah jelas jelas mau nikah, sadar tasya lo gaboleh jadi perusak hubungan. Sayang boleh goblok jangan, ish lagian susah banget mau move on. Udah deh gausah dipikirin, besok lo sekolah lo ketemu dia and just act like a bitch, santuy tasya lo pasti bisa." Batin tasya yang sedari tadi berbicara sendiri.

Tiba tiba pintu kamarnya diketuk membuat Tasya menoleh.

"Kak Tasya." Panggil Lava.

"Iya kenapa va ?" Tanyanya sambil berjalan untuk membuka pintu.

"Liat aku bawa apa." Lava menunjukan semua mainan yang baru saja dibelinya.

"Banyak banget, dibeliin siapa ?" Tasya mengusap puncak kepala Lava.

"Di beliin kak kevin." Lava tersenyum.

"Loh, kevin kesini ?"

"Iya, tadi sore pas kakak pergi sama kak Leon. Eh kakak nya gaada, yaudah kak Kevin ajak aku main terus aku dibeliin mainan banyak banget deh." Lava nyengir.

"Dasar kamu, yaudah sana ke kamar kamu aja."

"Yaudah, dadah kakak." sambil melambaikan tanganya.

"Dadah." membalas lambaian tangan lava.

Setelah Tasya pergi, Tasya pun kembali ke kamarnya. Dan lagi lagi ia duduk dibalkon tanpa melakukan apapun selain menatap indahnya malam dan mendengarkan musik yang dapat membuatnya santai sejenak.

Di vote juga atuh euy !

Leon Edward AlexanderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang