Leon Edward Alexander

Part 9

Hari ini adalah hari dimana tasya harus mulai menjauhi Leon, ia harus terbiasa tanpa Leon.

"Tasya." Panggil Leon saat Tasya keluar kelas.

Tasya menghiraukanya dan terus berjalan hingga membuat Leon kesal dan menahan tanganya.

"Lo budek atau gimana ? Gue panggil gak jawab jawab !" Sinis Leon.

"Mau apa ?" Tanya Tasya santai.

Putri, Reva, Gilang, Al, Ezra dan Rafael menjadi saksi perbincangan keduanya.

"Lo nanti pulang ke rumah gue ya."

"Ngapain kak ?"

"Gue mau ngenalin lo ke mamah."

"Maksudnya apa ? Kakak udah punya tunangan. Ngapain juga ngenalin aku ke mamah kakak ?"

"Lo harus ikut, gue ga nerima penolakan. Dan awas aja kalau lo kabur !"

"Anak kucing kali kabur." Reva.

"Bacot Reva." Sinis Leon.

"Sok mangga ribut, saya tungguin." Tasya berkata santai.

"Galak amat pacar lo Sya." Ucap reva

"Pacar siapa ? Gue udah bukan pacar dia lagi maaf." Ucap tasya santai.

Seketika semuanya menjadi hening ketika tasya mengatakan gue udah bukan pacar dia lagi maaf.

"Hah ? Coba ngomong sekali lagi."

"Gue bukan pacar kaka."

"Kata siapa lo bukan pacar gue ?"

"Gue, mau apa ?"

"Denger ya Sya, gue gaakan pernah setuju kalau kita putus. Gue nikah pun gabakal gue putusin lo."

"Lo pernah mikir ga sih kenapa gue selalu minta putus. Lo tuh udah tunangan kak, coba buka pikiran lo. Percuma lo pertahanin gue kalau akhirnya orangtua lo emang udah setuju sama Thalita. Gue minta putus bukan hanya karena gue kecewa, kalau ditanya sayang ga ? Sayang lah pasti tapi gue bisa apa. Tapi ga selamanya kita bisa berbuat semau kita, ada kalanya kita harus menerima suatu situasi contohnya ini. Ya kalau pada akhirnya kita gabisa bersama lagi, cukup inget aja gue pernah mengisi hari hari lo." Tasya mengakhiri pembicaraanya dengan senyuman.

Leon masih terdiam, mencerna semua apa yang dikatakan Tasya sampai akhirnya Tasya pergi.

Pulang sekolah, Tasya sudah membayangkan dirinya berada diatas kasur tanpa gangguan sampai akhirnya Leon datang ke kelas dan menunggunya keluar membuat Tasya berteriak.