Mansion dengan gaya modern bercampur traditional itu tengah diributkan oleh sang Nona muda yang teriak memanggil pelayan karena tas kesayanganngnya entah dimana.
"Damn! Saat begini tas bodoh itu menghilang." Umpat Amora mengacak kembali lemari tempat dirinya menyimpan koleksi tas Brenda nya.
Sang pelayan datang dengan tergopoh-gopoh memasuki kamar bernuansa serba putih itu walaupun ada warna gold terselip.
"Ada apa non?" Tanya pelayan wanita itu takut melihat mata tajam yang siapa memarahinya.
"Dimana tas punggung berwarna cream yang selalu ku pakai saat ke sekolah?" Tanya Amora dengan nada tidak bersahabat sama sekali.
"Maaf Nona tas itu sudah di buang." Jawab wanita itu ragu.
Amora berbalik mengambil tas slempang untuk membawa keperluan sekolahnya. Sudah di buang berarti barang itu telah tersentuh oleh bakteri yang menggelikan bagi Amora.
Bakteri cara Amora mengungkapkan bagaimana dirinya sangat jijik dengan orang-orang yang berhasil menyentuh miliknya tanpa perlindungan antibiotics.
"Kau pergilah dan ingat, jangan sampai noda seperti itu membuatku memecatmu Lia!" Ujar Amora memperingati wanita yang lebih dewasa setahun dari dirinya.
"Saya akan mengingatnya selalu nona." Membukuk pergi meninggalkan kamar indah itu.
Melihat pergelangan tangannya yang memperlihatkan benda mahal tergolek dengan indah menunjukan angka-angka kecil berderet dengan indah.
"Sial, sudah dipastikan kalau Aku ini akan telat." Umpat Amora kasar.
.
.
.
.
Pintu gerbang berwarna hitam tinggi itu sudah tertutup dengan rapat sehingga Amora menghela napas gusar. Kalau sampai ayahnya tahu tentu saja uang jajannya akan berkurang drastis."Oh tuhan apa yang harus kulakukan di saat masa depanku terancam." Ujar Amora dramatis melihat gerbang sekolah yang sangat mustahil untuk di panjat.
Tiinnn..tiiinnnnn..
Suara klakson mobil berwarna hitam itu mengejutkan Amora tepat di belakangnya.
"Apa-apaan gadis itu." Suara bariton itu mendesis tidak suka saat melihat mobilnya di halangi oleh gadis berseragam SMA tidak bertanggung jawab.
Tiiiiiinn...
Suara klakson itu kembali membuat Amora kaget namun tekadnya sudah bulat demi uang jajannya. Lain halnya dengan sang pemilik mobil mulai geram dengan tingkah kekanaka gadis itu.
"Malaikat maut akan datang jika kamu terus seperti itu!" Suara bas itu menyapu pendengaran Amora membuat dirinya tergelitik memfokuskan pengelihatannya ke wajah pria tinggi di depannya namun sial matahari pagi mampu membuat mats Amora silau.
Dengan pikiran yang bercabang nan dangkal Amora tidak tahu harus berbasa-basi seperti apa sampai dia menurunkan harga dirinya yang tinggi itu turun untuk meminta bantuan.
"Demi uang jajanmu Ara, jadi tidak akan sia-sia." Batin Amora.
"Pak, Pak tolong kasih saya tumpangan buat masuk ke gerbang itu aja Pak. Saya mohon untuk sekali ini saja entar saya bayar berapapun ongkosnya." Ujar Amora memelas dengan gaya andalannya seperti didepan ayahnya.
"Iya, silakan masuk." Jawab suara bariton itu dengan tenang melihat wajah memelas gadis di depannya itu berubah tersenyum sampai ucapan selanjutnya mebuat garis setengah lingkaran itu lenyap seketika.
"Apa kamu kira saya akan mengucapkan itu, jangan harap. Murid seperti kamu harus di hukum."
Amora kelimpungan mendengar penolakan itu dengan di serang wajah maskulin empunya.
"Pak, tolong saya. Saya ini siswa baik-baik kok." Kata Amora memelas tidak mau menyerah dengan situasi.
"Baik-baik kok telat!" Sindir suara bas itu menyindir dengan nada tak enak untuk didengar.
Dengan keras kepala Amora melangkah sedikit mendekat melihat wajah itu untuk lebih dekat.
"Manusia tempat kesalahan Pak."
"Bukan urusan saya." Jawab suara berat itu dengan cepat Dan berbalik memasuki mobilnya. Saat melihat gadis itu nekat mengikutinya ingin masuk dia mengunci pintu benda besi itu dengan cekatan.
"Entar saya bayar berapapun pak!" Teriak Amora sambil mengetuk kaca mobil dengan mengorbankan tangan mulus putihnya mengenai kaca yang mungkin ada kuman atau senyawa aneh akan membuat dirinya merasa mual.
Pria tegap itu menjalnkan mobilnya dengan senyuman terpatri di bibirnya tidak tahan melihat wajah garang itu menatap dengan ingin membunuhnya.
"Bedebah sialan. Apa dia guru baru di sini?" Kata Amora sedikit penasaran sebelum menyusul Mobil hitam itu saat melihat gerbang sekolah di depannya terbuka lebar memberi jalan nyelinap bagi Amora beserta kesialan keduanya harus di kejar oleh security namun dengan berbagai ide licik sudah tersusun di kepalanya untuk mengelabui petugas bodoh di belakangnya dan semua nya berjalan dengan lancar.
"Pake komplit segala lagi nih kesialan." Gumam Amora gerah dengan dirinya sudah berdiri di tengah lapangan. Gara-gara dirinya telat memasuki kelas Pak Borno yang dikenal on time disinilah dia berada, dibawah sinar mentari yang mulai membakar kulit mulusnya.
"Lagi ngapain murid baik-baik disini?" Suara bas itu mengagetkan Amora dari arah sampingnya.
______________________
ADA YANG TERTARIK DENGAN CERITA SI BANG DANIEL YANG ISI KEPALANYA AGAK GESREK.
SEE YOU💜
KAMU SEDANG MEMBACA
SELICIK IBLIS
Romance{ BELUM DITERBITKAN, APALAGI DI FILIMKAN!!} Daniel bukanlah sosok yang kejam ataupun sangar apalagi cool melainkan sosok yang suka menebar senyum entah dimanapun sampai di anggap orang-orang kalau sosoknya sangat humoris. Hangat? Tentu saja, siapa y...