LIBURAN

14 3 0
                                    

Douar!!!

Dorr!!

Suara meriah di club olahraga OPM sangtlah berpengaruh untuk penghuninya, karena sudah mengikutu lomba Dan membawa piala juara kedua, tidak meruntuhkan semangat juang Tim basket itu.

Daniel pernah bilang pada anak didiknya kalau hanya juara satulah pemenangnya selain itu hanya pecundang. Dan sekarang dia terpruk melihat piala berwarna perak itu. Dimana seharusnya mendapatkan piala emas. Bukan berarti dirinya kecewa.

"Berlatihlah dengan keras Karena dua bulan lagi kalian akan lomba tingkat nasional," Daniel menjadi sorot perhatian di tengah ramainya anak-anak yang bersenang ria. "Dan kalian sudah membawa piala ini pulang maka Aku memberi kalian hadia berlibur selama dua pekan, sebelum akau berubah pikiran, kemasi barang-barang kalain."

Daniel mendapat teriakan bahagia dari anak-anak clubnya. "Terima kasih boss!"

Semuanya pergi dengan ria sampai melupakan demo yang tengah mendribel bola berwarna orange itu.

"Kenapa kau tidak pulang bocah sialan!?"

Demo langsung memberhentikan segala aktivitas nya. Dimana bola  basket itu sudah menggelinding ke arah Daniel berdiri.

"Aku akan tinggal disini boss, lagipula tidak Ada yang di rugikan." Jawab Demo cepat, melihat Daniel mengambil bola itu dengan santai lalu mendekati nya. "Matilah Aku." Batin Demo melihat ekspresi bosnya.

"Kenapa?"

Demo ragu ingin menjawab namun menerima tatapan dari Daniel membuatnya mengatakan ya dengan lantang. "Orang tuaku cerai, sekarang sedang merebutkan hak rumah, lalu Aku tidak punya tempat tinggal." Membuang muka, sebentar lagi dia akan menangis. Terlihat jelas dari wajah ceria yang berubah murung.

Daniel manggut-manggut mendengar kisah pilu itu, "kemasi barangmu, pulanglah bersama ku!" Berlalu pergi ke kamarnya untuk mengambil barang bawaannya.

Tepat pukul 08:00pm Daniel sampai di rumah dengan selamat, Demo membawa barangnya masuk lalu kembali mengambil barang Daniel.

Daniel masih belum masuk Karena melihat sebelah rumahnya, disana rumah putih mini yang begitu tidak Ada seleranya hidup, ternyata memiliki penghuni. Terlihat dari lampu rumah yang menyala menerangi sekitar, Dan sungguh tanaman kaktus itu sangatlah cocok untuk rumah itu.

"Tetangga boss sangtlah rapi, lihat betapa bersihnya branda rumah itu. Kursinya saja berkilauan." Ujar Demo terpana dengan rumah kecil itu.

"Masuklah! Tidak penting mengurus Hal sepele seperti itu."
.
.
.
.
.
Mungkin sial adalah nama tengah Amora untuk saat ini, bagaimana tidak? Di koper nya Ada baju kaos over size, suwiter, celana jeans mom, Dan lainnya yang membuat kepala Amora mendidih. "Apa Aku akan memakai baju ketinggalan trend seperti ini? Yang benar saja! Kalau tahu seperti ini, Aku bisa mengemasi bajuku sendiri," memperhatikan lemari yang sudah terisi dengan seragam sekolahnya dengan rapi. "Bagus, Mami sama papi memang yang terbaik soal Hal seperti ini. Aku membert Lima bintang." Lanjut Amora tambah frustasi.

Melangkahkan kakinya untuk membersihkan diri di Kamar mandi barunya. Dia ingin tidur barusan untuk melewati sore Hari yang berat namun Alam mimpi tidak bisa menerimanya, jadilah dia hanya berbaring sampai punggung nya kebas.

Menggunakan hodiy berwarna purple sebatas paha di ikuti celana pendek berwarna putih sebatas paha membuat tampilan Amora pas menjadi anak miskin. Terbukti dari caranya mengikat rambut asal-asalan, wajah yang ditutupi pelembab. Amora bukan tidak mampu menggunakan ini itu tapi dia tidak bisa make up tanpa bantuan para pelayan pribadinya, Dan lihat dia sekarang. Menyedihkan.

SELICIK IBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang