Amora menelpon orang yang paling menyayanginya dengan suara serak akibat tangisannya barusan saat menuju rumah kediaman Reginald.
Disambut dengan tatapan heran dari kedua orang tuannya.
"Kamu menjilat ludamu sendiri-"
Amora tersenyum simpul ke arah papinya.
Kinan berjalan ke Amora yang masih berdiri kaku di ruang keluarga.
"Sayang duduk dulu, kamu baru sampai. Papi udah ah." ujar Kinan lalu memeluk putrinnya dengan hangat, Amora terenyuh atas pelukan ibunya.
Agas melihat putrinnya dengan lembut tapi tatapan kecewa di mata Amora semakin besar.
"Mami duduklah di sebelah papi saja, Ara tidak akan lama disini."
"Baguslah kalau kamu sadar, lebih cepat lebih baik." ucap Agas tanpa melihat Amora, didalam hatinya Agas sedikit sakit mendengar apa yang dirinya lontarkan ke putrinnya.
Amora masih tersenyum tanpa merubah ekspresi nya.
"Aku akan kembali ke kakek, Pi..."
Mendengar itu Agas langsung menatap lurus putrinnya dengan tajam.
"Sudah saatnya Ara pergi, bosan jadi parasite di keluarga ini dan soal Kania, siapapun dia untuk kalian, Ara benar-benar kecewa besar terhadap papi. Jangan salahkan Ara untuk kembali ke kakek karena Ara sudah mati-matian buat yang terbaik dengan pilih kalian, sampai Papi sama Mami buat semuanya begini. Aku akan bertemu dengan Mama, Pi. Jadi selamat tinggal."
Bertepatan dengan deru mesin Mobil memenuhi area parkiran membuat Amora semakin menggenggam tangannya dengan kuat, karena dirinya sudah menelpon kakeknya untuk kembali.
"Pi jangan halangi Ara lagi dan buat Mami terima kasih sudah menjadi pengganti mama walaupun ya... Lupakan saja."
Lebih dari dua puluh orang pria berseragam serba hitam memenuhi parkiran belum lagi yang berjejer untuk menyambut kedatangan Nona muda nya.
Di tempat yang sama Daniel tercengang saat beberapa mobil mewah memenuhi halaman rumah besar Kania dan lihat bodyguard berbadan kekar. Karena penasaran Daniel berjalan memasuki rumah sampai dirinya melihat Amora keluar dari rumah besar membuatnya tercekat.
Semua bodyguard itu menundukan kepalanya memberi rasa hormat terhadap Nona mudannya.
"Apa kami terlambat Nona muda."
"Seperti biasa, Jino."
Sebelum memasuki mobil teriakan itu membuat Amora menoleh.
"Tetap disini, jangan kembali kesana!"
Amora tidak menggubris, Jino membukakan pintu Mobil.
"Papi bilang tetap disini!"
Agas berlari ke arah putrinnya dengan tergopoh-gopoh.
"Halangi papi, jangan sampai terluka." ucap Amora tegas.
"Tahan dia, jangan sampai lecet sedikitpun!" Printah Jino terhadap anak buahnya.
Agas tidak bisa melawaan saat tangan dan kakinnya di pegang erat oleh para bodyguard.
"Papi yang dorong Aku buat pilihan ini, jadi jangan menghalangi Aku kembali di mana tempatku pulang untuk sebenarnya..." Lirih Amora sendu. Ekor matannya menatap seorang pria yang tidak jauh dari tempatnya berdiri, Daniel.
Amora merasakan matannya memanas melihat dua pria yang sangat berarti baginya namun mereka memberinya kekecewaan dengan alasan yang sama.
"Selamat tinggal..." Lirih Amora parau tidak bertenaga, bertujuan untuk siapa entahlah. Mungkin hal yang menyesakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELICIK IBLIS
Romance{ BELUM DITERBITKAN, APALAGI DI FILIMKAN!!} Daniel bukanlah sosok yang kejam ataupun sangar apalagi cool melainkan sosok yang suka menebar senyum entah dimanapun sampai di anggap orang-orang kalau sosoknya sangat humoris. Hangat? Tentu saja, siapa y...