Mata Daniel bulat sempurna merasakan bibirnya di bungkam oleh tangan kecil gadis di pangkuannya yang sudah berdiri dengan lututunya untuk menyerupai tinggi tubuhnya bersamaan dengan seorang pria yang seumuran dengan dirinya membuka pintu mobilnya tanpa permisi dan salah tingkah melihat pemandangan di depannya.
"Maaf." Ujar sopir _pribadinya Amora_ yang canggung akan kelakuannya yang kurang ajar mengganggu pripasi orang, menutup pintu dengan sopan.
Bagaimana orang tidak salah paham dengan posisi Amora di atas Daniel dengan acak-acakan dan kebetulan tangan besar Daniel ada di pinggang ramping itu. Kalau dilihat dari samping otomatis akan dikira sedang berciuman.
Daniel ingin mengembalikan posisi pandangnnya dari orang yang barusan pergi kedepan namun pemandangan gunung kembar di depannya terlihat tumpah siap untuk dikulum membuat dirinya trun on seketika. Amora masih melihat kepergian sopirnya untuk mencarinya kembali ke tempat lain sebelum menyadari posisinya.
"Oh astaga." Pekik Amora ketika merasakan tonjolan keras di antara kedua selangkannya menyentuh area sensitive nya karena dirinya hanya menggunakan rok mini jeans berwarna dark navy. Segera turun dari posisi yang akan membuat keadaan di antara dirinya dan Daniel mungkin akan canggung.
"Sampah!" Bentak Daniel dengan umpatan tidak terima atas tubuhnya yang bereaksi hanya melihat sesuatu yang sering dia lihat.
Amora menyeringai tersenyum licik.
"Jadi itu alasan kamu masuk ke Mobil saya tanpa ijin?" Tanya Daniel namun terdengar seperti pernyataan bagi Amora.
"Memang bapak pikir saya mau apa? Jangan-jangan bapak pikir saya mau goda bapak? Cuih! Gak ada laki-laki lain apa." Kata Amora jijik tapi tegas dengan membenarkan letak lengan bajunya seperti semula dan membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas. Mengambil tisu basah dalam tas slempang nya lalu membersihkan tangannya yang barusan menyentuh Daniel tanpa izin.
Daniel ingin menjawab namun apa yang gadis itu katakan sangat menampar dirinya. Sedikit heran apa yang dilakukan oleh Amora, membersihkan tubuhnya dengan tisu basah.
Cklik..
Amora membuka pintu dengan santai dan ingin melangkahkan kakinya untuk keluar namun sebelum itu dia ingin memberi pelajaran pada pria di depannya itu.
"Baru melihatku seperti itu saja sudah trun on apa lagi yang lain. Lemah." Kata Amora geli, pergi tanpa menghadap kembali ke Mobil orang sialan itu. Tidak ada yang melihat senyumannya.
"Brengsek iblis kecil itu berani menggores harga diri seorang Daniel D William." Ujar Daniel dengan senyuman yang mulai berubah menjadi tawa yang sangat menakutkan yang memenuhi mobilnya. Berbanding terbalik dengan kerisihan di dalam hatinya.
.
.
.
.
.
Dengan tubuh gemetar Daniel memasuki kamarnya dan langsung menuju lemari untuk mencari obat penenang agar sesuatu yang selalu Daniel jaga tidak muncul kepermukaan.Baru mengambil obatnya namun obat-obat itu jatuh berantakan membuat Daniel semakin frustasi sudah tidak tahan dengan tubuhnya yang limbung.
Dilain tempat Amora sedang berada di club elite buka 24/7 menghabiskan berapa lembar uang untuk membayar semua pengeluaran teman minumnya, dan dirinya tidak pernah minum sebanyak ini karena lintasan Daniel berada di benakny.
Amora berjalan sempoyongan tidak tahu arah karena kepalnya sepening itu dan meracau gak jelas di pagi-pagi hari seperti ini. Melihat jam tangan mungil menempel di lengannya menunjukan jam 10am membuat Amora makin meringis.
Gyurr...
Kesadarannya tiba-tiba terkumpul dari pengaruh alkohol saat merasakan dinginnya air berwarna putih keruh itu mengalir dengan indah diseluruh tubuhnya yang mungil.
Jijik tentu saja, bagaimana tidak Mobil itu melaju dengan kencangnya sampai membuat genangan air tepat mengapung di permukaan jalan raya pindah ke seluruh samping badan Amora.
"Bangsattt!" Umpat Amora menyerupai teriakan histeris memandang Mobil sedan berwarna putih tulang melaju tanpa heti yang sebentar lagi tertelan oleh jarak.
Dengan wajah super kesalnya Amora membersihkan dirinya dengan jel antibiotics yang selalu dia bawah kemana pun di dalam tasnya. Walaupun anak orang kaya Amora tidak seperti teman sosialnya yang selalu membawa alat kosmetik kemana-mana tapi melainkan perlengkapan pembersih di dalam tas mahalnya. Alat kecantikan yang wajib dia bawa di tasnya mungkin lipstik.
"Oh sial! baunya tidak mau hilang." Ujar Amora mengusap tisu basah di sekujur tubuhnya yang terkena air barusan dengan kasar. Lalu mengoles jel anti kumanya seperti memakai pelembab kulit di seluruh permukaan, andaikan dirinya membawa baju ganti dia akan memakainya sekarang juga.
"Mamah udah ketemu! Yey!" Ujar pria jangkung di samping Amora yang duduk risih di kursi samping jalan kejadian barusan. Bagaimana Amora tidak risih pria jangkung itu meneriakinya sebagai ibunya dan menempel erat di lengan kananya dan yang bikin Amora tambah tidak karuan pria itu adalah Daniel.
"Bapak ngapain?"
"Mamah mau plemen." Minta Daniel dengan suara basnya yang dia buat manja tidak cocok dengan tubuh tegapnya.
Amora makin risih melihat tingkah laku Daniel seperti anak kecil berusia 7 tahun. Memasuki perlengkapan pembersihnya ke dalam tasnya dengan telaten dengan tangan kirinya karena Daniel sangat erat memeluk tangan kananya.
"Bapak bercanda atau apa sih? Dan kenapa pula harus aku!" Bentak Amora tidak suka dengan candaan Daniel seperti ini.
Daniel kaget mendengar bentakan dari Amora membuat pelupuk matanya siap menumpahka cairan bening itu. Melihat itu Amora semakin kesal tidak terima kalau dirinya di permainkan oleh pria pelit di sampingnya. Melepaskan tangan besar itu dengan kasar dari tangannya mengambil tasnya lalu berjalan meninggalkan Daniel dengan raut tidak sukanya namun saat dirinya sudah berada 3 meter dari Daniel, Amora mendengar tangisan khas anak kecil membuat dirinya tertegun ya walaupun dirinya tidak sebaik guru TKnya dia masih baik.
Niatnya untuk meninggalkan pria jangkung itu pupus, terbukti saat dirinya sudah ada didepan Daniel yang menangis kencang melihatnya dengan mata merah sembab yang bergelinang air mata membasahi pipinya.
Kelicikan tidak akan pergi jauh dari pikiran seorang Amora, kembali memasukan iPhone ke sakunya.
"Hei," Amora mengelus rahang tegas itu dengan tangannya yang sedikit kaku dengan rasa entahlah "jangan nangis ya entar mama beliin lollipop mau?" Tanya Amora menenangkan, menghapus air mata di pipi Daniel lembut seperti memperlakukan barang pecah belah.
Daniel melihat manik hijau secerah daun pepohonan di hutan itu dengan mata berbinar bahagia. "Jangan ninggalin Daniel kayak gitu." Meraih pinggang ramping Amora, menenggelamkan wajahnya di dada Amora.
Sedikit mematung dengan gerakan Daniel yang mengusap wajah tampan nya di dadanya membuat Amora merasa risih kembali namun dia tahan agar tidak membentak Daniel yang ini. Sedikit gemetar dengan sentuhan orang lain karena Amora sedikit memikirkan tentang bakteri.
"Mama janji gak akan gitu lagi." Ujar Amora mengelus rambut hitam lebat itu dengan lembut sampai suara memecahkan kesunyian di antara mereka.
"Jangan buat tempat umum jadi tempat mesum dong mbak." Sindir seorang premuan berlalu memakai jas seperti orang kantoran.
Amora tahu pasti orang-orang akan berpikiran tidak senonoh apabila melihat posisinya dengan Daniel yang seperti ini. Agar tidak menimbulkan Prasangka buruk, Amora mengajak Daniel membeli candy hal yang diminta dari tadi oleh pria jangkung di hadapannya. Tentu saja dengan ketidak nyamanan Amora disentuh oleh Daniel.
___________________________
AKU UP LAGI NIH ADA YANG NUNGGUIN GAK???// Ditampar kenyataan.
SEE YOU MY READER AS WELL AS I WISH TO YOU ALWASY HELTYT FOR YOUR ACTIVITY AND DON'T FORGET SHARE THIS STORYLINE TO YOUR FRIENDS 🙈. Promo!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
SELICIK IBLIS
Romansa{ BELUM DITERBITKAN, APALAGI DI FILIMKAN!!} Daniel bukanlah sosok yang kejam ataupun sangar apalagi cool melainkan sosok yang suka menebar senyum entah dimanapun sampai di anggap orang-orang kalau sosoknya sangat humoris. Hangat? Tentu saja, siapa y...