KEPUTUSAN

14 2 0
                                    

Tering!!

Tringg!

Amora terbangun dengan senyum di pagi Hari untuk pertama kalinya karena dirinya berhasil bangun di jam Lima pagi, itu yang dipikirannya. Melihat jam weaker yang berdering membuat garis melengkung itu seketika sirna menjadi sebuah erangan. "Sial!"

Memasuki kamar mandi lalu membersihkan dirinya dengan cepat, kurang lebih waktunya 20 menit untuk mandi lalu bersiap-siap. Amora memakai seragam sekolahnya dengan compang-camping, dimana kancing dua atas kemeja putihnya belum di pasang, rambut tergerai berantakan, wajah pucat, apalagi dasi entah kemana. "Padahal sudah di pasang jam Lima pagi kok bunyi jam enam pagi. Benar-benar! Hais!!." Gerutu Amora merasa dirinya benar-benar sial. Menyambar cardigan panjang berwarna abu tua itu untuk melengkapai pakaiannya yang seperti? Entahlah.

Amora berdecak kesal saat tampilan dirinya seperti gembel miskin di depan cermin. "Wah! Sepertinya diriku tidak bisa hidup tanpa pelayan. Aku harus berbicara dengan papi sehabis pulang sekolah," Amora menjeda kalimatnya karena merasa Ada yang dia lupakan, "ya tuhan, Aku telat!" Berlari keluar rumah menuju sekolahnya dengan membawa botol minuman yang lupa dia taruh barusan.

"Amora, kok bisa disini?"

Amora yang berantakan langsung berhenti saat Deluna bingung seperti itu. "Tidak mungkin kukasih tahu kalau aku tinggal di area sini, dan apa yang Deluna lakukan disini, sepagi ini pula." Batin Amora, melupakan ketelatannya.

"A-aku, anu, e,,,"

"Del cepat masuk, entar kamu mau di hukum kalau telat." Suara di dalam mobil memaksa. Amora tahu siapa pemilik suara itu, "jadi benar mereka berdua pacaran."

"Supirmu tidak ada, masuklah! Kita berangkat bersama. Lagipula ratu kecantikan sepertimu tidak pantas berjalan kaki, ya walaupun sekolah dekat dengan area ini." Ujar Deluna, menarik tangan Amora untuk mengikutinya.

Daniel yang merasakan Ada yang masuk ke dalam mobilnya langsung melajukan mobilnya tanpa menoleh ke belakang ataupun melihat dengan kaca di atas kepalanya. Karena dirinya tahu siapa yang duduk dibelakang, sampai suara percakapan di belakang mengganggu nya.

Daniel menginjak pedal gas untuk mempercepat laju mobilnya tidak tahan mendengar gadis mats duitan itu berceloteh ria dengan adiknya, sampai dirinya tiba di SMA PISANG.

"Terima kasih pria tampan." Ujar Deluna lalu memejamkan mata sebelah kirinya dengan secepat kilat terhadap kakaknya.

"Ayo Amora, kita ke kantin dulu. Waktu masih banyak." Ajak Deluna yang di turuti Amora namun saat ingin keluar dari mobil, Daniel memberi isarat agar Amora tetap duduk di dalam. Amora yang mengerti dengan keadaan langsung menyuruh Deluna untuk pergi duluan, tanpa pikir panjang Deluna pun pergi.

"Sudah saya bilang pada kamu untuk menjauhi Deluna, tapi kenapa kamu semakin dekat dengannya?" Ujar Daniel, bertanya dengan raut hangat di wajahnya namun berbanding terbalik dengan kosa-katanya.

Amora sudah tidak tahan lagi dengan semua tuduhan tidak benar dari Daniel. "Astaga Daniel, kamu takut saya yang cantik ini bakal ngerusak hubunganmu dengan Luna. Cek, yang benar saja," Jeda Amora ketika melangkahkan kakinya untuk keluar, "saya sudah telat untuk sarapan gara-gara kamu nih."

"Tolong jangan main-main dengan saya."

Amora memutar matanya tidak suka arah pembicaraan ini, "tenanglah Daniel, Aku tidak pernah bermain-main dengamu. Sungguh, aku ini anak baik-baik." Mengangkat kedua jari tengah Dan telunjuknya. Pergi meninggalkan Daniel dengan dahi yang berkerut.

Daniel menggeleng kan kepalnya saat mendengar ucapan Amora yang terdengar beda di telinga orang dewasa, tapi membuat Daniel menyunggingkan senyum yang manis.

SELICIK IBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang