MUKA PAHIT

6 1 0
                                    

"Saya ingin menghabiskan waktu bersama kekasihku."

Amora memutar bola matanya tidak tahan mendengar ucapan basi dari seorang Daniel.

"Kamu bukan orang seperti itu."

"Dari mana kamu tahu saya seperti itu?" Ujar Daniel semakin geram dengan tingkah laku sok tahu dari pacarnya.

"Dari wajahmu yang pahit."

"Pahit! What!"

Daniel tidak habis pikir kalau wajah tampan seperti dewanya ini sedang dikatakan pahit yang benar saja.

"Dan tua." Lanjut Amora, Daniel melotot.

Daniel sedikit sensitif dengan kata tua didalm hidupnya. Dalam hatinya Daniel berteriak, oh ayolah umur 27 tahun tidak setua itu atau memang gadis didepannya sedang ngigau.

"Apa kamu sesibuk itu sampai pacarnya di anggurin."

"Gak sekalian kukasih duren biar kutusuk-tusuk." Balas Amora cepat tidak tahan dengan tingkah Daniel yang sering bertamu ke rumahnya. Kalau saja Amora yang jadi daniel, dirinya tidak akan sudi menginjakkan kakinya ke tempat sempit seperti rumahnya.

Dalam beberapa Hari ini mungkin Daniel sudah keluar masuk rumah amora sebanyak Lima kali membuat si empunya menggeram marah melihat tingkah Daniel yang seperti ini.

"Ini sudah sore dan sebentar lagi akan petang, apa kamu tidak ingin pulang kerumahmu he?" Usir Amora dengan halus, orang yang dimaksud hanya duduk di sofa Dan memandanginya.

"Kalau aku keluar dari rumah ini, rasanya aku ingin melihatmu." Jawab Daniel dengan santai tidak minyiratkan malu kalau dirinya tengah menyatakan kebenarannya.

"Belak-belakan sekali, bukan tipeku." Balas Amora tidak suka, duduk disebelah Daniel.

              (✷‿✷)

Sorang pria setengah abad terlihat gagah dengan rambut yang sudah tidak berwarna hitam seperti dulu. Dengan memegang tongkat maskulin indahnya yang terbuat dari kayuh pilihan, dihiasi emas mengkilat, menambah wibawanya.

"Disana bukan tempatnya, tungguhlah. Kamu akan kembali dimana seharusnya berada." Ujarnya, lalu menyesap anggur merah di dalam gelas antiknya.
.
.
.
.
.

Waktu libur clubnya sudah habis, Daniel mulai terbiasa memasuki rumah kecil di sebelah tempatnnya.

Sampai semua anak-anak didiknya yang suka bergosip melihatnya dengan aneh pagi Hari ini. Daniel sedang menyuruh mereka untuk berlari lapanngan hanya tiga puluh Kali, biasanya juga Lima puluh ke atas.

"Boss baik-baik saja kah? Atau kepalanya terbentur benda keras." Tanya grunt yang duduk di lapangan dengan yang lain memperhatikan bossnya tengah tersenyum sendiri.

"Tentu saja, karena kakak ipar Amora tinggal di sebelah rumahnya." Jawab Demo polos, tanpa memikirkan rasa haus atas keingingan temannya untuk menggoda boss si mulut pedas ya.

"Apa!" Teriak mereka samaan, lalu memandang Daniel yang balik melihatnya dengan tajam.

Daniel akui dirinya sedang tidak fokus tapi bukan berarti dia memberikan kebebasan terhadap anak-anak suka gosip yang sedang memandanginya dengan mata terbelalak.

"Lari seratus putaran."

Anggota club basketball itu terjatuh dilapangan dengan nafas engos-ngosan, lari seperti kakinya ingin patah meninggalkan asalnya. Sungguh Daniel tersenyum bangga melihat anak-anak nya. Berjalan mendekati mereka lalu bertanya dengan santai.

SELICIK IBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang