MESIN UANGKU

18 3 0
                                    

Amora masih melihat tanpa memperdulikan ucapan orang di depannya sampai dirinya tersadar dengan cairan yang warnanya 'mencolok' di hidungnya sudah membasahi bibirnya. Amora mundur beberapa langkah lalu membersihkan hidung sialan yang tidak tahan melihat hal seperti itu.

Daniel semakin mendekat dengan Amora yang mulai memundurkan langkahnya, "kenapa menjauh?" Tanya Daniel, masih berjalan.

"Bapak pesonanya terlalu kuat." Ujar Amora menyumbat hidung sialan nya, kaki tetap mundur dengan Daniel tersenyum melihat tingkah Amora. "Katanya saya lemah," Daniel masih setia dengan langkah kakinya begitupun Amora yang sudah terpojok oleh huruf besar di tengah halaman itu.

"Jangan mendekat!! Bapak gak lemah kok! Bapak ini pria yang sungguh menakutkan." Jawab Amora serentetan menutup matanya sampai dirinya mendengar suara langkah terburu-buru ke arahnya lagi, "kubilang jangan mendekat! Bapa-" Amora sepertinya kehilangan kesadaran. Dimana dirinya berkata seperti itu dengan tangannya yang berada di perut indah milik Daniel lalu mengusap nya.

"Ya, hentikan. Apa yang kau lakukan? Amora." Ujar Daniel, sungguh saat ini Daniel merasa tidak nyaman.

"Wahhhh."

Suara kompak dari belakang membuat Daniel berbalik ke arah belakang dan Amora masih dalam pengaruh perut Daniel.

"Kakak ipar sungguh hebat, pagi-pagi sudah romantis sama boss. Kita kapan broh?" Ujar Grunt bertanya ke One dan 97.

"Amora!"

"A-apa?" Jawab Amora gelagapan lalu melihat arah tatapan Daniel dan disitulah dirinya menjadi pusat perhatian oleh anak _didik Daniel_ dan lihat tangan jahilnya sudah Naik ke dada Daniel yang berbentuk lapangan.

"Kubur saja Aku." Batin Amora pasrah ketika melihat tatapan dari anak-anak kemarin yang menyebutnya dengan kakak ipar, "tangan sialan."
.
.
.
.
.

Amora diam seribu bahasa menerima tatapan penasaran dari sekumpulan anak laki-laki di depannya, yap dirinya sedang duduk di kantin menerima perintah untuk sarapan namu sialnya dia.

"Apa kakak ipar masih SMA?"

"Lihatlah seragamnya."

"Hei, hy. Jangan seperti itu, kakak ipar tidak mungkin masih SMA lihatlah dia kemarin sangat berwibawa Dan sekarang?" Demo cukup berfikir untuk melanjutkan kalimatnya yang hilang, "sedang melakukan cosplay anime. Itu saja tidak tahu, bukankah begitu kakak ipar?"

Amora ingin menggeleng untuk menjawab tapi kesialan nya dia selalu berada dalam kesalah pahaman antar anak-anak menyebalkan itu.

"Kalian semua makanlah dengan benar! Jangan mengganggu nya." Perintah suara hangat namun kejam itu, berjalan ke arah Amora, menggunakan kaos hitam over size dengan celana kain panjang senada.

"Bisa-bisanya anak sekolah kayak kamu ke sini, apa orang tua mu gak khawatir?" Adam melihat wajah sedih Amora, "maaf kan saya, saya tidak bermaksud. Saya ngerti." Lanjut Adam saat dirinya menyadari sesuatu.

Di dalam hati Amora memang sedih atas pertanyaan barusan karena orang tuanya tidak akan tahu masalahnya 'namun apa yang di mengerti oleh pria di depannya?'

"Pak, saya kesini hanya ingin memberi botol minum, Karena saat berjalan, tiba-tiba saya teringat bapak, jadi ini buat bapak." Menyerahkan botol mineral yang Ada di depannya, Amora tersenyum hangat.

"Kamu jujur sekali, atau memang Ada niat tersembunyi?" Tohok Daniel tanpa aba-aba membuat Amora langsung menghadiahinya dengan tatapan murka. "Bapak kira saya selicik itu?" Balas Amora dengan nada sedikit tinggi, mendapat perhatian dari anak-anak yang sedang sarapan dengan khidmat.

SELICIK IBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang