KESIALAN BRUNTUN

16 2 1
                                    

Amora berjalan dengan angkuh seperti biasa di setiap pagi beberapa minggu terakhir. Dirinya benar-benar melepaskan pria Kaya itu akibat iPhone rusak Dan betapa bodohnya dia membuang handphone juga. Sekarang di dalam kelas Amora terlihat seperti gembel menyedihkan, dimana teman-temannya sedang memamerkan tas keluaran terbaru dari Dior, mulai dari tas punggu, selempang, Dan lihat dompet indah kecil itu. Amora ingat biasanya dia akan selalu couple dengan Deluna. Melihat sekeliling, Amora tidak menemukan sahabat karibnya.

Sampai guru kelas memberi kabar belajar sendiri, tidak lupa memberi Berita bahwa teman sekelas mereka sakit, khusus nya Deluna. Demi apa Amora tidak mengetahui kalau sahabat cantiknya sakit parah. 'Orang pintar tidak masuk kelas berarti parah,' itulah yang Ada di otak dangkal Amora dari dulu sampai saat ini.

Sehabis pulang sekolah Amora memutuskan untuk menjenguk ke rumah Deluna. Amora terjebak dengan sopir pribadinya, "bagus sekarang macet juga." Umpat Amora kasar, menarik dasi indah yang melekat di kerah baju seragamnya dengan sembarangan.

Di lain sisi, Daniel sedang menasehati adik sematawayang nya yang tepar akibat terlalu lelah belajar. Terbukti dari pemeriksaan dokter yang mengatakan otot mata keram, jari-jari tangan kesemutan Dan sebagian tanda lainnya.

"Tidak bisahkah kakak pulang, sungguh Aku semakin pusing mendengar ceramahan mu!"

"Yang benar saja." Jawab Daniel merasa tersinggung oleh adiknya ini. "Istirahtlah-"

"Luna! Kamu sakit,, ya tuhan Aku tidak tahu kalau kamu itu ternyata lemah. Apa kamu butuh vitami-" Amora bergeming melihat tatapan dari manik coklat berkilauan itu, sampai cerocosannya terhenti saat itu juga. "Pacarnya Deluna?" Pikir Amora tidak tahu harus bereaksi apa.

"Aku akan mati saat ini juga." Gumam Deluna saat dirinya kedatangan pencerama bijaksana yaitu kakanya Dan sekarang si  mulut besar itu datang dengan serentetan kosa kata yang Deluna dengar seperti laju kereta api.

Beberapa menit Deluna menonton pertunjukan monocron di depannya, di mana si mulut besar diam seperti kelinci yang akan di santap, Dan lihat si penceramah bijaksana, selalu memandang dengan ekspresi yang Deluna sendiri tidak dapat mengerti.

"Kalian saling kenal?"

"Iya." Daniel sepontan menjawab tanpa menatap adiknya.

"Tidak." Jawab Amora melihat Deluna dengan ekspresi santai.

"Bagus, Aku benar-benar akan tidur selamanya. Sekarang keluarlah, selesaikan urusan kalain. Kepala ku pusing." Ujar Deluna kesakitan dengan candaan yang kental.

"Istirahtlah, aku akan pamitan ke mama."

Amora tidak tahu harus melakukan apapun sampai tangannya ditarik paksa oleh Daniel. Sungguh menyakiti pergelangan tangan mungilnya.

Sesampainya di ruang tamu Daniel menghempaskam tangan kecil itu dengan sekuat tenaga. Amora meringis menahan sakit yang cukup dia tahan tanpa mengeluarkan air mata tidak bergunanya.

"Tidak mendapatkan uang dari saya! kamu mendekati Deluna untuk di peras. Tidak disangka kamu serendah itu dengan uang," Daniel mengambil dompet lalu mengeluarkan uang berwarna merah lalu memberinya ke Amora yang masih menatapnya dengan pandangan shock, "tidak cukup?" Daniel kembali mengambil bebrapa lembar uang yang sudah segompok yang di tangnya namun Amora tidak mengambilnya sama sekali.

"Gadis mata duitan!! Tidak pantas disini." Umpat Daniel lalu melemparkan Amora dengan lembaran kertas uang itu tempat menampar wajah cantik Amora. Daniel pergi tidak melihat ekspresi Amora.

Amora menunduk melihat uang yang berantakan di bawah kakinya, menginjaknya dengan kasar oleh sepatu mahalnya.

"Si bangsat itu kira Aku tidak punya duit? Hah!!" Menarik napasnya dalam-dalam lalu di keluarkan dengan bringas, "lihat saja bagaimana aku akan membalas Daniel sialan itu. Bapak apanya? Sifat dangkal seperti ini, ohh tuhan bunuh saja dia. Akan ku perlihatkan bagaimana sorang Amora Reginald bertindak." Amora berjanji tidak akan melepaskan pria brengsek yang menjatuhkan harga dirinya yang setinggi langit.

SELICIK IBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang