Hari minggu adalah hari yang ditunggu oleh kaum pekerja untuk menghabiskan waktunya dengan keluaraga atau sekedar berguling di kasur empuknya. Tapi Amora berbeda, walupun dirinya suka rebahan namun hari minggu tempatnya untuk belajar.
Di kehidupan Amora, semua Hari bukan untuk bekerja tapi untuk menikmati apa yang dia lakukan, mulai dari nilainya yang selalu buruk di akademi, belum lagi prilakunya yang sedikit kurang tata krama namun ada satu Hal yang dapat dirinya banggakan. Tubuhnya yang sehat Dan bugar selalu mendapat nilai tertinggi dalam jam olahraga, dari renang, berlari atau lompat jauh, sungguh sempurna untuk otaknya.
Kalian kira Amora akan belajar Matimatika atau Kimia jangan terlalu berharap kepadanya, karena yang dia pelajari di hari minggu adalah kegiatannya saat ini.
Suasana rumah yang rapi Dan bersih harus wajib untuk Amora, walaupun dirinya hidup dengan glamor bukan berarti dirinya tidak bersih-bersih. Dulu waktu dirinya masih tinggal di kediaman Reginald, Amora membersihkan kembali kamarnya yang telah dilakukan oleh para pelayan. Antara tidak percaya atau apapun itu namun Amora sungguh tidak bisa tenang kalau melihat tempatnya tidur berantakan, terkecuali dirinya sedang Naik pitam.
.
"Del Kita saudara kan?"
"Iya."
"Bisa bantu gak?"
"Iya."
Daniel melihat serius ke arah adiknya yang tengah berbaring di kamar dengan memainkan benda pipih canggihnya. Daniel pagi-pagi langsung pergi ke rumah orang tuannya hanya Karena sesuatu yang ingin dia tanyakan ke adiknya.
"Perempuan seumuran kamu suka apa Del?"
Deluna mengerenyit tidak biasanya kakanya yang sudah melakukan kencan malah menanyakan itu kepada orang yang tidak pernah pacaran.
"Ini pasti berkaitan dengan Amora iya? Jujur gak? Hati-hati sama dia soal perasaan kak, soalnya dia itu memang baik tapi sedikit licik untuk memanfaatkan orang." Jelas Deluna menasehati saudara satu-satunya yang terlihat aneh. Deluna sangat tahu sahabatnya Amora yang memiliki sifat yang kurang baik untuk orang asing.
"Kakak tahu tentang itu, sanatailah. Apa yang dia suka."
"Uang."
Sebelum Daniel terlihat waras seperti pagi ini, tadi Daniel sempat uring-uringan didalam kamar.
Daniel tidur terlentang di kamar dengan menoleh ke kanan Dan ke kiri.
Tolehan ke kanan, "apa yang kulakukan ini?"
Tolehan ke kiri, "hanya berpacaran."
"Alasannya, Karena Aku tidak ingin melihat Deluna diperas oleh rubah itu."
"Benar! Umur tidak menjadi masalah, hahaha."
Daniel seperti orang kerasukan berbicara sendiri saat pagi buta di dalam kamarnya lalu tertawa dengan suara sumbangnya.
"Sialan! Aku memikirnya lagi, aku sudah berpacaran dengan rubah itu tapi kenapa hanya dirinya yang Ada di otak ini!!" Erang Daniel frustasi.
.
.
.
.
.Jam seupuluh pagi Daniel tepat berada di depan pintu rumah Amora, dengan membawa bunga tulip berwarna kuning. Sebenarnya Daniel ingin membawa mawar tapi dirinya sungkan untuk memegang bunga berduri itu akibat Masa lalunya.
Amora yang sehabis Mandi tentu saja tidak membuka langsung pintu utama. Dirinya lebih memilih memakai baju terlebih dahulu, soal make up dirinya hanya memakai pelembab, kalau di luar rumah mungkin dirinya akan dandan super cantik dengam dibantu pelayan namun sekarang harus mengandalkan skill make up nya sendiri.
Berjalan dengan santai menggunakan kaos putih ketata Dan celana senada sebatas pahanya. Membuka pintu untuk sang tamu.
Daniel mencium aroma khas yang dimiliki oleh Amora, bau rumah sakit dengan sedikit bunga lavender.
"Apa kamu itu orang sekarat yang baru pulang dari rumah sakit, sungguh parfum mu sangat tidak enak."
Amora mendlik ke arah pria di depannya itu dengan tidak suka, "apa urusannya dengamu?"
"Kita kekasih Amora."
Jwaban santai itu mampu membuat Amora sedikit membuatnya terkejut, bukan perasaan dag dig dug melainkan perasaan tidak suka kalau dirinya di atur memaki apapun atau serupanya.
"Lalu, kamu mau apa Daniel? Datang kemari untuk mengejek ku."
Daniel tersenyum ke Amora dengan manis, "tentu saja untuk makan siang dengan mu."
"Ini masih pagi."
"Kamu akan masak."
"Tidak Ada orang spesial yang boleh merasakan masakanku."
"Aku."
Mereka berdua memutuskan ke dapur untuk menyiapkan makan siang, dengan Daniel mengekori Amora dengan senyum. Setelah melakukan perdebatan panjang di depan pintu akhirnya disinilah mereka sekarang menggunakan apron.
"Berhentilah tersenyum Daniel."
"Apa aku terlihat tampan."
"Apa hanya aku yang merasa tidak nyaman."
Daniel semakin melebarkan senyum karena telah berhasil mengusik raut datar Amora.
Menggoreng ayam, lalu merebus mie sampai membuat bumbunya, sedikitpun Amora tidak ikut campur karena dirinya memang tidak bisa menguasi skill di dapur jadilah dirinya memandangi tubuh Daniel yang lihai.
"Sekarang sudah tampan?"
Amora melempari tatapannya ke tangan Daniel tidak suka mendemgar ucapan menyebalkan dari orang tidak waras didepannya.
Masakan sudah disiapakan semua di meja makan dengan elegant ya walaupun tempatnya sederhana. Tepat pukul dua belas siang masakan Daniel siap untuk disantap, Amora merasa terharu. Beberapa Hari dia tinggal di rumah kecil itu dirinya tidak pernah memakan seirispun dari rumahnya.
"Mari makan, jangan sungkan-sungkan."
"Harusnya aku yang bilang begitu, ini masakanku." Aku Daniel merasa hasilnya di atas meja itu.
"Ini rumahku, jangan baper deh."
Daniel ingin meledak terhadap bocah kecil yang tidak lain pacarnya itu sedang melakukan ritual nya sebelum makan.
"Pakai ini." Ujar Amora, memberi sendok yang sudah dilapnnya dengan tisu kering yang Ada di tengah meja makan. Daniel sedikit terkejut atas perhatian kecil dari rubah liciknya.
"Perhatian sekali." Ucap Daniel, membuat wajahnya terlihat imut, namun apa yang Amora lihat adalah sebuah Hal yang menjijikan.
Amora menarik tangannya, mengurungkan niat memberi sendok makan itu.
Daniel langsung merampas sendok di tangan Amora dengan senyum jenakan. "Sekarang siapa yang baper."
"Dasar tua."
"Dasar bocah."
Amora memutuskan untuk melahap makannya Dan sungguh rasanya tidak seburuk yang Ada dalam pikirannya.
"Enak."
Daniel tersenyum mendengar gumaman kecil Amora yang mampu membuatnya tersenyum bangga akan skill memasaknya.
Tidak terasa sore sudah beranjak, dihabiskan oleh perdebatan Amora dan Daniel.
"Pulanglah, tidak ada sesuatu disini Daniel."
Merasa jengah Daniel berdiri lalu meraih pinggang mungil itu dengan kasar.
"Saya ini kekasihmu jadi wajar, mengunjungi rumah pacarku."
"Tidak wajarlah, orang kamu rumahnya di sebelah." Jawab Amora telak.
Daniel melepaskan pinggang mungil itu lalu menatap lama rubahnya tanpa tahu apa sebenarnya yang sedang dia lakukan dirumah sekecil kaleng soda itu.
________________________Gimana-gimana!!? Perkembangan hubungan dua orang yang usianya terpaut jauh ini.
SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA💜
SEE YOU♥️✅
KAMU SEDANG MEMBACA
SELICIK IBLIS
Romansa{ BELUM DITERBITKAN, APALAGI DI FILIMKAN!!} Daniel bukanlah sosok yang kejam ataupun sangar apalagi cool melainkan sosok yang suka menebar senyum entah dimanapun sampai di anggap orang-orang kalau sosoknya sangat humoris. Hangat? Tentu saja, siapa y...