Demam📍

447 36 2
                                    

Warning :
•OOC parah
•Mengandung unsur shonen-ai
Typo berceceran

.
.

Jinguji Jakurai x Yumeno Gentaro

.
.

©King_Records
©Eca_story

.
.

Shinjuku. Kota yang begitu sibuk meski menjelang malam. Jinguji Jakurai. Pria dengan gelar dokter ternama itu tengah sibuk berjalan dikeramaian. Dimana mobil yang selalu dikendarainya. Jawabannya gampang. Ia hanya ingin menghindarkan polusi dengan meninggalkan mobilnya diparkiran rumah sakit.

Jas dokter masih setia bertengger menutupi kemeja hitamnya. Mungkin ia berniat berjalan-jalan sebentar. Berhubung sift kerjanya sudah selesai.

Bruk- atensinya yang semula terpaku pada ponsel. Teralih sesaat mendengar suara tak mengenakkan. Diliriknya pemuda berbalut hakama. Ia kenal pemuda itu. Salah satu anggota rivalnya di Shibuya. Fikirannya kembali berkelana. Bukankah Shibuya dan Shinjuku begitu jauh. Untuk apa susah-susah berjalan sampai sini.

Dihampirinya pemuda itu. Mencoba mensejajarkan diri. Dimana pemuda itu jatuh terduduk dengan buku hijau yang dipegangnya.

"Ahk, ternyata benar. Apa yang kau lakukan disini Yumeno-kun?" Tanya Jakurai.

Gentaro menoleh. Dia tak mengerti apa pertanyaan pria dihadapannya. Pandangannya kabur. Belum lagi rasa dingin dan hampa memenuhi tubuhnya. Bahkan untuk sekedar mengenali saja ia tak mampu. Dia sudah tak kuat lagi. Membiarkan dirinya jatuh dalam dekapan pria asing.

"Suhu badannya panas sekali. Pantas saja ia limbung." Kata Jakurai.

Ia mengangkat tubuh Gentaro kedalam dekapannya. Kebetulan sekali apartemennya tak berjarak jauh. Jadi dia bisa memberi pertolongan secara cepat dan tepat. Ditapakinya lorong menuju kamar apartemennya. Menampakkan pintu bercat cokelat tergantung namanya disitu.

Dibukanya dengan pin yang cukup sulit diingat. Kini dirinya membaringkan tubuh Gentaro diatas kasur kamarnya. Perlu diingat dirinya yang cukup sibuk. Tak sempat membersihkan barang kamar untuk tamu. Kecuali Hifumi yang dengan senang hati membereskan untuknya.

"Tunggu disini Yumeno-kun. Aku akan segera kembali." Ucapnya.

Ia berjalan ke dapur. Mempersiapkan air hangat kedalam baskom. Belum lagi membuat teh dan mempersiapkan obat. Siapa tahu Gentaro akan sadar secara cepat. Ia kembali melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Membuka jas dokter yang masih melekat pada dirinya.

Menggeser perlahan tubuh Gentaro. Diliriknya wajah yang merah padam. Jika diteliti Gentaro begitu cantik fikirnya. Segera ia hilangkan fikiran itu. Kini ia beralih membuka hakama Gentaro. Membiarkan setidaknya sedikit ruang agar Gentaro bisa bernafas. Aroma tanah bercampur tinta hal pertama yang menyambut Jakurai. Wangi yang cukup khas untuk seorang penulis.

Erangan muncul. Membuatnya tersadar kembali. Dilihatnya Gentaro yang mulai sadar. "Engh- aku dimana?" Tanyanya.

"Kau di kamar apartemenku. Aku menemukanmu terjatuh dijalanan Shinjuku tadi. Karena suhu badanmu yang cukup menghawatirkan. Aku berinisiatif membawamu kesini." Jelas Jakurai.

Gentaro hanya mengangguk sebagai balasan. Ia melihat teh hangat yang tersaji di nakas sampingnya. Jakurai yang mengerti mengambil teh itu dan membantu Gentaro meminumnya. Entah sebuah kesengajaan atau kebetulan. Tak sadar Jakurai malah mencium pucuk surai Gentaro.

"Ah, maafkan aku Yumeno-kun." Ungkap Jakurai jujur.

Kedua sudut bibir Gentaro terangkat. "Tak apa. Terimakasih untuk perawatanmu Jinguji-san."

Jakurai membalas senyum hangat Gentaro. Menepuk pelan surai kecoklatan itu. Membiarkan sekali lagi Gentaro bepertualang dialam mimpi. Melihat Gentaro sudah cukup pulas. Ia berniat pergi tidur kebawah. Namun belum sampai menjejakkan langkah. Jemarinya ditarik oleh jemari lembut dan hangat.

"Okaa-san jangan pergi." Igau Gentaro.

Jakurai tak tega. Ia kembali duduk sembari memperhatikan wajah manis Gentaro. Tanpa sadar Gentaro mencium pipi sebelah kiri Jakurai. Membuat merah padam tertular kepadanya.

"Terimakasih Okaa-san tidak pergi." Katanya kembali memejamkan mata.

Jakurai menyembunyikan wajahnya dibalik jemari Gentaro. Ia terkekeh pelan. "Semoga cepat sembuh manis." Katanya menarik selimut dan tidur terduduk disamping Gentaro.

"Okaa-san tidak akan pergi."

••||••

Fin meeting!

Udahan deh, author nggak punya yang mau disampaikan

Bye bye readers

Jangan lupa tinggalkan comment :v

—Eca story

「 Pushed Dream 」✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang