Warning :
•OOC parah
•Mengandung unsur shonen-ai
•Typo berceceran.
.Amayado Rei x Yumeno Gentaro
.
.©King_ records
©Eye _ story.
.Amayado Rei membaca beberapa bab novel yang baru saja dikirim penulisnya. Ia mendalami beberapa cerita tersebut. Terlihat seperti nyata batinnya. Bahkan beberapa deret kata membuat perasaannya terombang-ambing.
Ia berencana untuk menelfon penulisnya dan memintanya untuk datang ke kantornya.
"Moshi-moshi Yumeno-kun?" Sambungnya.
Yang disebrang menghela nafas. "Ada apa Inu-san, ah Amayado-san maksudku?."
"Mulutmu pedas ya Yumeno-kun. Bisakah kau datang kekantorku?"
"Tidak. Kau membatalkan janji temu sudah dua kali Amayado-san! Kau kira aku tak punya kesibukan hah?!"
Rei menghela nafas. Jika sudah begini maka ia harus memakai cara rahasia agar Gentaro datang. Karena dia tau. Cara ini begitu jitu menarik Gentaro.
"Bagaimana jika aku menyediakan Teh hangat beraroma melati dan beberapa tinta keluaran terbaru?"
"Setengah jam lagi aku datang!"
Tak. Telepon diputus sepihak. Ia tahu penulisnya akan begitu menurut apalagi iming-iming tinta keluaran terbaru. Memang dia penggila tinta dan buku. Ia mengulum senyum dengan seang. Ah, akhirnya pekerjaannya hari ini tak akan membosankan.
Setengah jam berlalu.
Pintu dibuka tanpa ketukan atau salam. Kebiasan. Itu yang ada dipikiran Rei. Kini dihadapannya duduk pemuda berhakama. Dengan sorot tajam seperti biasa. Hah kapan sorot itu berubah lunak untuknya.
"Mana janjimu ossan?" Tanya Gentaro.
Rei membuka lacinya dan memberikan beberapa tinta keluaran terbaru. Cukup mahal memang. Dan itu mampu membuat wajah beku Gentaro tersenyum bak anak kecil. Rei suka melihat wajah Gentaro yang seperti itu. Tanpa beban sedikitpun.
"Kau tau ossan. Aku sempat berfikir akan membunuhmu saat diperjalanan tadi. Tapi karena kau memberikanku ini. Kuanggap dua kali janji yang kau batalkan lunas."
Rei mengukir senyum. "Terimakasih. Sekarang nikmati tehmu dan senjamu bersamaku."
"Tawaranmu sepertinya harus kau jalani dimimpi saja ossan."
Meskipun berkata seperti itu. Tapi Gentaro masih menghormatinya sebagai editornya. Dan memenuhi ajakan minum teh bersamanya. Yah untuk sesekali tak apa bukan. Ia menengadah. Menatap Rei dari balik senja yang makin menguning.
"Hei ossan kau terlihat manis."
Uhuk— benar-benar Gentaro ingin membuatnya mati ditempat. Rei mensejajarkan dirinya dengan Gentaro dan mengelus lembut surai sampai ke wajahnya. Tumben Gentaro tak menolak. Ia terkekeh saat wajah Gentaro menampakkan kelelahan.
Tak menunggu lama. Ia menarik Gentaro kearah sofa panjang disebelahnya. Mendekap hangat keberadaan Gentaro. Seakan tak mau melepaskannya. Sedang Gentaro sendiri hanya menahan malunya. Dengan merah padam dipiponya.
"Tidurlah penulis kecilku. Dan bermimpilah indah. Aku akan mendekapmu dan mengantarmu pulang nanti." Katanya sehalus mungkin.
Gentaro tersenyum tulus. "Terimakasih ossan."
"Ah, maksudku Rei-san."
Pertama kalinya. Gentaro memanggil namanya bukan dengan sebutan tua bangka.
••||••
Fun~
Yak kita ketemu lagi ossan! -Author
gblk -All
Au ah, author nggak mao komen gegara tugasnya dah numpuk - Author
HALAH SKRIP LO AJA BELOM DIKUMPULIN SAT! -qudah
bngst ya kamu -Author
—Eye Story
KAMU SEDANG MEMBACA
「 Pushed Dream 」✔
HumorBerisi kisah-kisah seorang Yumeno Gentaro. warning : •mengandung unsur shonen-ai •haremnya Gentarou •fiksi dan diksi •short story _______________ ©unofficiall fanworks ©Eca & Eye