Death

149 13 23
                                    

Desclaimer :

Hypnosis Mic • King Record

Story • Dey Keyana [Eye]

.
.

Alert :

Karakter terlalu OOC
Mengandung unsur kekerasan dan gore
Diharap pembaca bijak
Jangan mabok
Makasih :)

.
.

Yumeno Gentaro. Pemuda itu merasa frustasi akan kehidupannya. Berusaha bunuh diri beberapa kali namun dapat dicegah sang keluarga. Kini ia putuskan untuk pergi. Meregang nyawa sendiri di gedung kosong dekat pemakaman.

Sesaat sampai. Yang dilihatnya pertama kali adalah sosok gedung usang terbengkalai. Siluet kehitaman menusuk rongga badan. Tak gentar, ia kembali melangkahkan kakinya. Menatap dengan penuh minat tempatnya nanti.

Pintu dibuka. Hal pertama yang dia saksikan sendiri membuatnya menekuk lutut. Menganga tak percaya. Banyak darah berceceran membasahi ruangan aula gedung.

Disana ia melihat tujuh belas orang saling membunuh. Tak kenal siapa manusia yang sebenarnya. Rasanya ia ingin mual. Melihat setiap darah yang menetes membasahi kulit mereka masing-masing.

Parau. Ia berusaha kabur sebelum sang surai hijau menyadarinya. "Jangan kabur. Karena kau melihat kami bertarung." Itu perkataan yang didengarnya.

Ia berbalik badan. Sekali lagi dilihat setiap wajah yang tertata. Ia membatin karena seragam yang sama digunakannya pagi lalu. Berarti mereka satu sekolah dengannya. Tapi mengapa mereka saling membunuh.

Ia ikut duduk saat mereka semua menghentikan aksi saling membunuh. Ia berada ditengah. Dikelilingi bau anyir yang memabukkan. Sempat mual. Sampai seseorang bersurai merah bata memberikannya obat.

"Jadi.. apa yang kalian lakukan disini?" Tanyanya menggema.

"Saling membunuh." Serempak menjawab.

Gentaro menepuk jidatnya. Ia menggeleng pelan. "Tujuan yang aneh."

"Kau sendiri untuk apa kemari?" Desis pemuda bersurai putih.

"Bunuh diri. Aku sudah muak dengan keadaanku sendiri." Kata Gentaro santai dan mulai terbiasa dengan bau anyir.

Mereka mengangguk saja. Mulai menyandar dan berebut pada Gentaro. "Apa yang kalian lakukan?!"

"Memperebutkan dirimu."

"Bodoh. Lebih baik kalian ceritakan mengapa kalian saling membunuh." Katanya.

"Oke."

***

"Aku dan kedua adikku kemari karena tantangan dari kuda bodoh itu." Kata Yamada Ichiro mengawali pembicaraan.

Aohitsugi Samatoki mendecih pelan. "Ck. Padahal aku kesini karena tekanan orang tuaku."

Yamada Jiro menyahut. "Aku mengikuti Nii-chan."

"Sama." Timpal Yamada Saburo dengan wajah datar.

Amemura Ramuda yang masih sibuk memainkan belatinya terkekeh. "Tadinya aku cuma mau membunuh Jakurai karena dia menghinaku pendek."

"Kenyataan kok." Balas semuanya kompak.

"Sialan." Cercanya.

Jinguji Jakurai sendiri hanya mengindahkan bahu. "Aku cuma menyampaikan kenyataan dan dia malah mengejarku sampai sini. Kulihat ada yang saling membunuh jadinya aku ikut saja."

「 Pushed Dream 」✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang