Dengan nafas yang terengah-engah, Jinyoung berlari menyusuri trotoar. Dari kejauhan ia melihat bis dengan nomor 2327 akan melintasi halte, Jinyoung segera mempercepat larinya agar sampai di halte tepat waktu.Benar saja, Jinyoung sampai tepat ketika bis menepi. Jinyoung masuk ke dalam bis dan memilih duduk di bangku paling belakang, bangku favoritnya ketika naik bis.
Bukan sekolah yang Jinyoung tuju, pria tampan itu malah menuju tempat yang tidak seharusnya dikunjungi oleh siswa di jam sekolah seperti ini.
Apa boleh buat, rasa penasarannya begitu besar sehingga ia harus memastikan sesuatu. Jinyoung tahu ini akan sia-sia jika ia tidak dapat menemukan petunjuk apapun, tapi setidaknya ia mencoba untuk memecahkan teka-teki ini.
Setelah 20 menit perjalanan, akhirnya Jinyoung sampai di tempat yang ia inginkan, pemakaman.
Ada yang ingin Jinyoung pastikan disini, dan Jinyoung harus bergegas jika ia tidak ingin terlambat ke sekolah.
"Dimana makam itu?"
Jinyoung berusaha keras untuk mengingat keberadaan makam yang ia cari. Tanpa sengaja, Jinyoung teringat jika ia pernah bertemu dengan Jisoo di pemakaman ini, saat itu Jinyoung ingin mengunjungi makam Nayeon namun diperjalanan ia bertemu dengan Jisoo yang sedang meringkuk didepan sebuah makam sambil menangis sesenggukan.
Saat itu bahkan Jinyoung tidak ada keinginan untuk pergi dan mengabaikan Jisoo, justru ia selangkah demi selangkah mendekati dan pada akhirnya menyelamatkan Jisoo saat gadis itu jatuh pingsan.
Bodoh sekali jika Jinyoung baru menyadarinya. Jinyoung sangat yakin jika gadis yang diceritakan ibunya tadi adalah Jisoo, gadis kecil yang selama ini menangis di depan sebuah makam dengan buket lili putih.
Jinyoung tidak asal menebak, keyakinannya itu bersumber dari fakta bahwa ia pernah bertemu dengan Jisoo di pemakaman ini, gadis itu sedang menangis didepan sebuah makam.
Jinyoung menyusuri jalan makam, ia lalu berhenti pada jalan dimana ia dulu pernah melihat Jisoo. Ia mengedarkan pandangan kesekeliling, dan kini matanya tertuju pada petak disebelah kiri.
Dengan mengandalkan ingatannya pada hari ia menyelamatkan Jisoo yang pingsan di makam, Jinyoung terus berjalan menyusuri jalan setapak. Setelah berjalan menjelajahi tanah makam, Jinyoung akhirnya tiba pada sebuah makam. Ia sangat yakin jika makam dihadapannya ini adalah makam yang sering Jisoo kunjungi.
"Kim Yusoo?" Jinyoung membaca ukiran nama pada batu nisan makam, "Kim Yusoo, Kim Jisoo, apa mereka saudara?"
Ketika Jinyoung tengah sibuk berpikir, tiba-tiba saja ponsel di saku celananya bordering, "Yeobeosaeyo?"
"Jinyoung-ah, neo odiga?"
"Aku di makam"
"Mwo? Apa yang kau lakukan disana? Kau tau eomma dan appa mu terus menanyaiku"
"Kya Taehyung-ah, bisakah kau katakan pada mereka kalau aku sudah di sekolah?"
"Mana bisa aku membohongi mereka?!"
"Aniyo, aku sudah selesai dan sebentar lagi aku akan pergi ke sekolah"
"Geurrae, awas saja jika aku tidak menemukanmu di sekolah nan--"
"Hmm"
Tanpa persetujuan Taehyung, Jinyoung mematikan sambungan telepon begitu saja. Tentu itu sedikit membuat Taehyung kesal, bagaimana bisa Jinyoung melakukan itu padanya bahkan ketika Taehyung belum selesai berbicara.
"Kim Yusoo, dia meninggal dihari yang sama dengan Nayeon? Pantas saja aku selalu melihat Jisoo menangis di makam ini saat aku mengunjungi makam Nayeon. Jadi mereka meninggal di hari yang sama"
KAMU SEDANG MEMBACA
METAMORFOSA [COMPLETED]
Romance[PJY-KJS] Sesulit apapun itu, aku yakin aku bisa merubahmu, karena tidak selamanya ulat akan tetap menjadi ulat, ia juga akan bermetamorfosa menjadi seekor kupu-kupu •kjs• Cobalah sesuka hatimu, jika kau berhasil maka kau bisa mendapatkanku •pjy• Co...