12. Bayangan di Masa Lalu

824 100 14
                                    

JINYOUNG melempar ranselnya sembarangan. Ia lalu menghempaskan tubuh atletisnya pada kasur king-size sembari menatap nanar langit-langit kamar. Tubuhnya telentang, nafasnya berat, sorot matanya penuh ketidakberdayaan.

Jinyoung merasa sangat lelah. Mungkin dengan memejam selama beberapa menit, rasa lelahnya akan berangsur hilang. Namun ia salah, semakin ia memejam semakin ia lelah. Bayangan itu terus saja muncul dipenglihatan Jinyoung, bahkan saat ia memejam sekalipun.

Sudah Jinyoung coba untuk menghapus bayangan itu, namun ia lelah karena pada akhirnya ia juga akan gagal. Sebenarnya apa yang salah dengan otaknya, kenapa bayangan itu muncul lagi dan lagi.

"Nayeon-ah"

Sebutir air mata tiba-tiba saja menetes dari pelupuk Jinyoung. Air itu menggulir wajah tampannya dengan sempurna. Meski tidak terisak, tampak jelas jika namja itu sedang merindukan bayangan yang selama ini ia coba lupakan.

Hati Jinyoung rasanya seperti tersayat sembilu, perih. Bukan luka yang kasat mata memang, namun luka itu begitu dalam dan membuatnya kesakitan setiap kali mengingat wajah gadis itu. Gadis cantik yang periang, gadis yang mampu mengubah dunianya, gadis yang membuatnya tersenyum bahagia. Kini gadis itu sudah tiada, gadis yang selalu menghantui pikiran Jinyoung itu sudah lama pergi, pergi dari kehidupan ini.

Sekitar 4 tahun lalu, sore yang naas menjadi awal kehancuran Jinyoung. Sore yang merenggut kebahagiaan seorang Jinyoung, sore hari diawal bulan Agustus yang kini Jinyoung benci.

Tok..tok..tok..

Pintu kamar Jinyoung memang tidak menutup rapat, namun Chanyeol memilih mengetuk karena ia tahu hari ini adalah hari yang sensitif bagi adiknya. Sebisa mungkin Chanyeol berhati-hati agar tidak menyinggung soal kejadian 4 tahun lalu.

"Jinyoung-ah"

Jinyoung tidak menjawab, ia hanya mengubah posisinya dan duduk membelakangi Chanyeol.

"Apa kau sudah makan?" tanya Chanyeol basa-basi.

Hingga sampai sepuluh detik tidak ada jawaban dari Jinyoung, namun Chanyeol tidak menyerah begitu saja. Pria jangkung itu mendekat beberapa langkah.

"Apa hyung mengganggumu?"

Masih belum ada jawaban. Sedari tadi Jinyoung hanya membisu, atau mungkin ia sengaja menulikan diri. Tidak tahan dengan sikap Jinyoung, Chanyeol berinisiatif mengambil langkah yang selama ini urung ia lakukan, membujuk Jinyoung untuk menyudahi sikapnya selama ini.

"Hyung tahu, ini sangat berat untukmu, tapi kau sudah dewasa Jinyoung-ah. Jangan berlaku kekanak-kanakan seperti ini"

Hening. Jinyoung benar-benar tidak memiliki niatan untuk menjawab apapun.

"Ayolah Jinyoungi, sampai kapan kau akan terus seperti ini?"

Jinyoung terdiam. Chanyeol berdecih. Kecanggungan menyeruak, hening dan sangat memuakkan bagi keduanya.

"Dua tahun terakhir kau sudah bisa melupakannya, tapi kenapa beberapa hari terakhir ini kau malah kembali mengingat dia?"

"Hyung aku lelah, bisakah kau keluar?"

Chanyeol meneguk salivanya sendiri, ia akhirnya menurut dan pergi meninggalkan adiknya sendiri dengan penyesalannya, "Baik"

Setelah kepergian kakaknya, Jinyoung menumpahkan semua air mata yang selama setahun terakhir tidak pernah ia teteskan. Berulang kali namja tampan itu mengacak rambut hitam legamnya dengan penuh rasa frustasi. Ia kesal, tapi ia tidak tahu kenapa ia menjadi seperti ini.

"Yeoja itu" Jinyoung tersadar, ia sudah melewatkan sesuatu yang sangat penting, "Kenapa aku baru menyadarinya? Apa yeoja itu yang membuat bayangan ini muncul lagi?"

METAMORFOSA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang