10. Sisi Lain

798 104 6
                                    


SUARA gaduh itu berangsur mereda digantikan keheningan. Benar-benar hening sampai suara aduan sepatu seseorang terdengar jelas didepan Jisoo yang sedang bersimpuh dilantai koridor. Suaranya semakin jelas dan semakin dekat ditelinga Jisoo, menurut dugaannya, seseorang sedang melangkah mendekatinya.

Dengan sisa keberaniannya, Jisoo mencoba untuk mendongak menyibakkan rambut yang menghalangi wajah cantik itu. Tampak pipi Jisoo basah karena air mata yang tak sengaja menggulir. Biarpun sudah ditahan, tetap saja air mata itu lolos begitu saja.

Objek pertama yang Jisoo lihat adalah sebuah uluran tangan besar tepat didepan wajahnya. Akibat air mata tadi, pandangan Jisoo menjadi sedikit buram sehingga ia tidak bisa melihat siapakah pemilik tangan besar itu.

"Jisoo!" seru Yerin dari arah belakang.

Panggilan Yerin berhasil membuyarkan lamunan Jisoo, dengan cepat ia memfokuskan pandangannya dan betapa terkejutnya Jisoo ketika menyadari Jinyounglah pemilik tangan itu.

"J-jinyoung?" rapal Jisoo lirih.

Jinyoung tidak bergeming, pria itu keukeh dengan wajah datarnya. Biar begitu banyak yang dibuat terkesima dengan wajah tampan yang Jinyoung miliki. Jinyoung mengejutkan semua orang ketika ia mengulurkan tangan pada Jisoo, mereka pikir Jinyoung hanya akan meninggalkan Jisoo begitu saja.

Yerin pun juga berfikir demikian, diluar dugaan Jinyoung malah memberikan tangan untuk membantu Jisoo berdiri.

Sempat ragu memang, apalagi Jisoo baru saja dipermalukan didepan banyak orang. Jisoo tidak yakin jika Jinyoung benar-benar ingin menolongnya bangkit. Apa boleh buat, Jisoo akhirnya meraih uluran tangan Jinyoung dan mulai berdiri. Rasa canggung terasa begitu mendoninasi sekarang, dan Jisoo tidak tahu harus berbuat apa. Jinyoung hanya diam dengan wajah datar sambil terus menatap Jisoo. Seisi koridor juga melakukan hal yang sama, seperti Jinyoung mereka kompak menatap Jisoo tajam, dan itu benar-benar membuat nyali Jisoo ciut.

Untung saja Yerin sigap menangani hal ini. Perempuan cantik itu segera menarik tangan Jisoo dan mengajaknya pergi menjauhi kerumunan gila ini.

Seperginya Jisoo dan Yerin, Jinyoung ikut pergi kearah yang berlawanan. Tentu saja masih ada beberapa gadis yang turut membuntutinya dari belakang.

•••••

PERSENDIAN kaki Jisoo rasanya lumayan ngilu. Ia merasa kesakitan ketika Yerin mencoba memijat kaki Jisoo yang menurut mereka terkilir.

"Apa kau yakin bisa melakukannya? Aku mulai khawatir dengan keselamatan kaki ku" sarkas Jisoo.

"Kya, apa kau meragukanku? Ayahku seorang dokter, jadi serahkan saja padaku!"

Mereka berdua kini tengah berada di dalam ruang olahraga sekolah, salah satu tempat yang kini lumayan sepi dari siswa. Yerin sengaja membawa Jisoo kemari demi menjauhkan Jisoo dari mulut cabai pengagum Jinyoung.

"Lagi pula apa yang kau lakukan hingga jadi seperti ini?" tanya Yerin iba namun matanya tetap fokus memperhatikan pijatan tangannya pada kaki Jisoo.

"Awalnya aku mengejar Jinyoung, aku bermaksud mengajaknya makan siang bersama. Tapi dia tiba-tiba  berhenti ketika jarak kita sudah dekat, aku tidak bisa menghentikan langkahku, akhirnya aku menabrak punggung Jinyoung dan terjatuh ke lantai"

"Aiish, kau sangat gegabah. Kau bahkan terlihat bodoh di depan banyak orang"

"Apa salahku? Apa salah jika aku melakukannya?"

"Tentu saja itu adalah sebuah kesalahan yang besar, kau lupa jika Jinyoung memiliki penggemar fanatik? Mereka bisa saja memakanmu hidup-hidup jika kau terus seperti ini"

METAMORFOSA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang