25. Gadis di Pemakaman

636 67 11
                                    


Aroma khas rumah sakit menyeruak masuk merangsang indera penciuman Jisoo. Gadis itu perlahan membuka kelopak matanya yang sayu, meski pandangannya masih sedikit kabur, ia tetap berusaha melihat ke sekeliling.

Beberapa kali Jisoo mengerjab berusaha menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk ke netra cokelatnya.

Jisoo menyadari, tidak ada satupun orang disana dan hanya dia sendiri dengan segala kebingungan ini.

Terakhir kali yang ia ingat adalah ia terjebak di ruangan atap sekolah bersama Jinyoung, namun sekarang ia sudah terbaring di bangkar dan ia sangat yakin sekarang dia sedang berada di rumah sakit.

“Jisoo?”

Begitu mendengar suara baritone itu, Jisoo segera mencari keberadaan sang pemilik suara. Jinyoung yang baru saja membuka pintu dan bahkan masih membeku di ambang pintu ruang perawatan sempat terkejut tidak percaya sekaligus bahagia melihat Jisoo telah sadar. 

Jinyoung baru saja menyelesaikan administrasi perawatan Jisoo, sementara Taehyung dan Yerin pergi membeli makanan untuk mereka. 

“Jisoo neo gwencanha? Apa kau baik-baik saja?” tanya Jinyoung lembut. Pria itu lalu melangkah menuju bangkar Jisoo dengan senyuman dan tatapan yang teduh. 

Menanggapi pertanyaan Jinyoung, Jisoo hanya bisa mengangguk lemas sembari mengumbar senyum manis. Tangannya yang tertusuk jarum infus perlahan meraih tangan Jinyoung yang memegang pinggiran bangkar.

Tentu saja Jinyoung segera mengimbangi gerak inisiatif Jisoo, ia turut menggenggam tangan mungil itu dan memberikan kekuatan dari sana.

“Yerin dan Taehyung sedang pergi membeli makan, Irene-nuna dan Chanyeol-hyung sedang dalam perjalanan kemari” tutur Jinyoung memberikan informasi pada Jisoo.

Mendengar penuturan Jinyoung, Jisoo hanya bisa tersenyum, bahkan kedua netranya sedikit berkaca-kaca karena haru. Entah apa yang ada didalam pikiran Jisoo, yang jelas gadis cantik itu bersyukur karena Tuhan sudah menjawab doa-doanya.

Kini orang yang selalu menjadi pokok doa Jisoo sudah ada dihadapannya, memegangi tangannya, dan memandangi manik mata Jisoo dengan tatapan yang teduh.

"Kami sudah berusaha mencari nomor orang tuamu, tapi kami tidak menemukannya. Kami bermaksud menghubungi mereka dan memberitahukan tentang kondisimu pada mereka"

"Gwencanha Jinyoung-ah, aku memang tidak menyimpan nomor mereka"

Mendengar itu Jinyoung sedikit terkejut, bagaimana bisa Jisoo tidak menyimpan nomor orang tua nya sendiri. Namun bagaimanapun Jinyoung memilih bungkam, ia tahu Jisoo pasti memiliki alasan yang kuat dan Jinyoung berusaha menghargai alasan itu.

"Sepertinya kau sangat dekat dengan Irene-nuna, jadi aku mengabarinya jika kau masuk rumah sakit" lanjut Jinyoung.

“Jinyoung-ah—“

Perkataan Jisoo terhenti ketika pintu kamar perawatannya dibuka dari luar.

“Jisoo-ah” seru Irene ketika melihat hobae nya terbaring lemah diatas bangkar rumah sakit.

Dibelakang Irene, berdiri Channyeol, kakak kandung Jinyoung sekaligus kekasih dari Irene. Pria jangkung itu tampak memperhatikan hal lain yang tidak disadari oleh Irene.

Channyeol dengan jelas melihat tangan Jinyoung dan Jisoo saling bertaut.

“Jisoo-ah, apa yang terjadi padamu? Apa kau baik-baik saja?” Irene segera mendekati bangkar Jisoo dengan wajah penuh khawatir.

Begitu Irene melangkah mendekat, Jinyoung segera melepaskan tautan tangannya dengan Jisoo, dan itu cukup membuat Jisoo terkejut kebingungan. 

Ditengah kebingungan Jisoo, Jinyoung yang masih membeku ditempatnya segera tersadar dan tidak sengaja bertemu tatap dengan Channyeol. Ketika kedua saudara kandung itu tengah beradu tatap seakan sedang berbicara lewat tatapan, Irene kembali menginterupsi dan membuat Jisoo harus mengalihkan atensinya dari Jinyoung dan Channyeol.

METAMORFOSA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang