Dahyun saat ini hanya mengurung dirinya dikamar. Dia menatap keluar jendela dengan tatapan sedihnya. Melihat hal ini, Seokjin langsung tersenyum dan menghampiri adiknya itu.
"Percayalah, kau akan sembuh. Ah iya, aku janji akan menghukum Minjae,"
Mendengar nama Minjae, Dahyun langsung mengepalkan tangannya. Nyatanya, dia masih belum bisa menghilangkan rasa kecewa dan rasa sakit yang sudah diberikan oleh orang yang sangat dia cintai itu.
"Aku sudah berusaha untuk mencarinya saat ini,"
"Oppa, boleh aku minta sesuatu?"
"Katakan saja,"
"Jangan bilang pada eomma dan appa soal ini. Aku tidak ingin merepotkan mereka,"
Seokjin hanya mengangguk kemudian tersenyum. "Arasseo,"
"Gomawo, oppa,"
"Sekarang kau harus makan dulu, aku tidak ingin kau sakit,"Jelas Seokjin yang kemudian menyendok bubur yang ia bawa dan mulai menyuapi Dahyun.
Sementara saat ini, Jimin masih saja memikirkan Dahyun. Meskipun dia memiliki banyak wanita, tetap saja yang ada dalam pikirannya saat ini malah Dahyun. Sebenarnya bukan karena apa-apa. Tapi dia merasa penasaran pada Dahyun. Apalagi saat pertemuan pertama mereka kemarin, Dahyun terkesan seperti wanita yang sangat misterius dan harus dia dekati.
"Tumben sekali kau bangun pagi sekali, ada apa?"Tanya ibunya Jimin yang hanya membuat Jimin memutar malas kedua bola matanya.
"Aku bangun pagi salah, aku bangun siang salah. Jadi aku harus bagaimana?"
"Biar eomma tebak. Pasti kau baru putus, Jiminie, kau seharusnya cepat menikah dan hanya memiliki satu wanita. Eomma bosan melihat kau membawa wanita yang berbeda setiap harinya,"
"Nanti saja, lagipula aku masih muda sekarang,"Jelas Jimin yang kemudian duduk dan mulai menyantap sarapan yang sudah di buatkan oleh ibunya itu.
"Lebih cepat lebih baik,"
"Aku belum punya calon istri,"
"Lalu 50 wanita itu?"
"Mereka hanya kekasihku dan aku tidak berniat menikahi salah satu dari mereka,"Jelas Jimin. Pikirannya tiba-tiba saja tertuju lagi pada Dahyun dan tersenyum. "Aku rasa aku punya calonnya sekarang,"
"Siapa?"
"Rahasia. Ah iya, eomma tidak boleh menjodohkanku dengan siapapun karena aku akan mencari calon istriku sendiri. Aku berangkat, eomma,"
"Kemana?"
"Bekerja seperti biasanya. Chaeyoung memintaku untuk datang lebih awal ke kantor,"
*
*
*Dahyun heran saat dia melihat bucket bunga dihadapannya. "Annyeong,"
Dahyun mengambil langkah mundurnya saat ini. Apalagi detak jantungnya mulai tak beraturan lagi dan keringat juga mulai memenuhi wajahnya saat ini.
"Dahyun-ah, gwaenchana?"
"Oppa, bisa kau pergi sekarang?"Tanya Dahyun yang membuat Jaehyun heran.
"Aku hanya ingin menjengukmu saja karena kemarin kau pingsan dan hari ini kau tidak masuk kerja,"Jelas Jaehyun yang kemudian memberikan bucket bunga itu pada Dahyun dan tersenyum. "Chuhaheyo, Dahyunie,"
"N-ne?"
"Aku menyukaimu Dahyun,"
"Maaf tapi aku benar-benar tidak bisa, oppa, bisa kau pergi sekarang?"Tanya Dahyun yang kemudian hendak menutup pintu rumahnya. Namun dengan cepat Jaehyun menahannya.
