8

762 119 1
                                    

Dahyun terkejut saat dia membuka matanya, dia sudah berada diranjang miliknya. Padahal seingatnya, kemarin dia ada didekat pintu kamarnya dan menangis. Apalagi kondisi pintu kamarnya terkunci sehingga tidak mungkin ada orang yang bisa masuk kesana.

Aku yang memindahkanmu, maaf karena aku melakukannya tanpa izin darimu. Aku hanya tidak bisa melihatmu tertidur dengan keadaan tidak nyaman. Soal bagaimana aku bisa memindahkanmu? aku lewat jendela kamarmu

Dahyun meremas kertas yang berisi tulisan Jimin itu kemudian membuangnya secara acak. Dia kemudian mengacak rambutnya frustasi saat potongan-potongan ingatan kemarin mulai masuk satu persatu kedalam ingatannya.

Apa aku harus berterimakasih padanya? Aku rasa itu tidak perlu. Batin Dahyun.

Sementara saat ini, Jimin masih menunggu kondisi ayahnya membaik. Dia benar-benar menyesal karena tidak mau menuruti ayahnya waktu itu. Mungkin jika dia sedikit menurut, perusahaan itu akan jatuh padanya, bukan pada Chaeyoung dan sudah dapat dipastikan ayahnya tidak akan pernah masuk rumah sakit.

Flashback on
"Jimin, bisa kau berhenti main-main?"Tanya ayahnya yang sama sekali tak didengarkan oleh Jimin.

"Ayah, aku masih sangat muda. Aku harus menikmati hidupku,"

"Jimin, aku ingin kau jadi penerus ayah. Kau harus mencontoh Chaeyoung, dia bahkan sudah belajar bagaimana mengurus perusahaan,"Jelas ayahnya yang hanya membuat Jimin memberikan tatapan malasnya. Dia sebenarnya bosan dibanding-bandingkan dengan Chaeyoung yang merupakan sepupunya itu. "Berhenti menjadi pria yang–"

"Cukup, ayah. Ini jalan hidupku. Jika ayah memaksaku, aku juga tidak akan segan membenci ayah,"

Jimin langsung pergi dari ruangan ayahnya itu dengan amarahnya yang mulai memuncak sekarang. Dia sebenarnya sudah muak hidup dengan jalan yang sudah diatur oleh ayahnya. Dari mulai bersekolah di sekolah yang dipilihkan ayahnya, sampai dia juga harus berkuliah dijurusan yang diinginkan ayahnya.

Suatu hari Jimin berontak. Dia mulai berulah dan bahkan dia juga memutuskan untuk menghentikan pendidikannya. Dia juga mulai mengencani banyak wanita.

"Jiminie, ayahmu masuk rumah sakit,"

Kenyataan itu sungguh membuat Jimin sedikit terpukul, meskipun dia bilang jika dia membenci ayahnya, tetap saja jauh dalam hatinya dia benar-benar menyayangi ayahnya itu. Sejak saat itulah Jimin mulai berubah meskipun dia tetap memainkan hati wanita, tapi dia sudah belajar bagaimana mengurus sebuah perusahaan dari Chaeyoung. Meski begitu, penyesalan Jimin itu sepertinya sudah terlambat. Perusahaan ayahnya itu sudah terlanjur bangkrut karena beberapa investor diperusahaan ayahnya itu menarik kembali saham mereka saat tahu ayahnya masuk rumah sakit.
Flashback off

Jimin tersenyum kemudian menghapus air matanya. Dia memang selalu menertawakan kebodohan masa lalunya itu. Andai dia bisa mengulang semuanya, dia ingin sekali menuruti ayahnya itu. Tapi mau bagaimana lagi? masa lalu tidak bisa lagi dirubah. Yang harus dia lakukan saat ini adalah kembali membangkitkan usaha ayahnya lagi dan membuat kehidupannya kembali seperti semula.

"Jiminie, kopi?"Tawar ibunya yang langsung membuat Jimin bangkit dari duduknya dan menerima segelas kopi yang ditawarkan oleh ibunya itu.

"Jadi bagaimana? apa ayahmu sudah melewati masa kritisnya?"

"Belum,"

"Gwaenchana, dia pasti akan segera sembuh. Jangan menyalahkan dirimu lagi, arasseo?"

Meskipun aku tidak menyalahkan diriku, tetap saja rasa bersalah itu akan selalu ada. Batin Jimin.

"Eomma, aku masih belum bisa meyakinkan Dahyun,"

ArrhenphobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang