15

861 128 14
                                    

Ting tong

Dahyun langsung melangkahkan kakinya menuju pintu. Namun saat tangannya bergerak untuk membuka knop pintu itu, dia teringat pesan Jimin yang tidak memperbolehkannya untuk membuka pintu sembarangan selagi dia tidak ada dirumah.

"Jiminie oppa, ini aku," teriak seorang wanita yang langsung membuat Dahyun menautkan alisnya. "Apa Jiminie oppa sedang tidak ada?"

"Dia sedang mandi. Ada apa?"

"Ah baiklah, aku akan menunggunya saja,"

Dia kira Ryujin adalah orang yang ramah. Ternyata tidak sama sekali. Bahkan nada bicaranya juga benar-benar tak bersahabat.

"Kau benar-benar menikah dengan Jimin oppa 'kan? atau pernikahan kalian hanya kontrak atau settingan?" tanya Ryujin dengan tatapan intimidasinya. "Aku rasa pernikahan kalian memang hanya kontrak,"

"Tidak,"

"Tapi aku penasaran kenapa saat itu dia hanya memegang lengan bajumu? kenapa tidak memegang tanganmu?"

"Eoh kau? kenapa kau kemari?" tanya Jimin yang saat ini sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Memangnya aku tidak boleh menemuimu?"

"Boleh saja, tapi kau salah waktu dan tempat," jelas Jimin.

"Aku akan membuatkan minuman untuk kalian berdua," Jimin langsung menggenggam tangan Dahyun untuk menghentikannya.

"Tidak perlu, aku saja yang akan membuatnya, kau duduk saja disini,"

Sebenarnya Dahyun sedikit canggung duduk bersama Ryujin. Apalagi sedari tadi wanita itu terus memperhatikannya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dia malah merasa kalau Ryujin memang tidak suka padanya.

"Aku katakan padamu, Jiminie oppa itu mudah jatuh cinta pada seseorang. Dia bahkan punya mantan yang tidak bisa terhitung," bisik Ryujin yang hanya membuat Dahyun menautkan alisnya bingung. "Dia bahkan pernah menembakku beberapa kali setelah hubungan kita putus,"

"Lalu?"

"Ya kau harus sedikit hati-hati, apalagi dalam hidupnya bukan hanya ada satu wanita, ada puluhan,"

Apa ini memang alasan utama Jimin-ssi mencintaiku meski dalam waktu yang sangat singkat? Batin Dahyun.

"Jangan percaya padanya," jelas Jimin yang kemudian meletakan minuman yang baru saja dia buat. "Ah iya, kenapa kau sampai datang kesini?"

"Seperti biasanya kau harus mengantarku,"

"Kesana? baiklah, Dahyun, kau juga ikut ya,"

*
*
*

Saat ini mereka bertiga sudah berdiri disebuah rumah yang lumayan besar itu. Awalnya Dahyun menolak masuk dengan alasan dia merasa malu. Namun karena Jimin memaksa akhirnya dia mau untuk masuk kedalam rumah itu.

"Kak Ryujin," beberapa anak kecil mulai berkerumun dan berebut untuk memeluk Ryujin.

"Kakak ini siapa?"

"Aku Dahyun," jelas Dahyun yang kemudian mengulurkan tangannya dan tersenyum. Merasa mendapat perlakuan manis, akhirnya anak itu memilih untuk memeluk Dahyun saja. "Aigo, kau benar-benar manis,"

"Kakak sangat cantik, aku punya 2 cokelat, apa kakak mau?"

"Tidak, ini milikmu,"

Jimin hanya tersenyum melihat interaksi antara Dahyun dan anak itu. Ini kali pertamanya dia melihat Dahyun tersenyum bahagia. Bahkan dia langsung bermain dengan anak itu.

ArrhenphobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang