2

1.4K 157 21
                                    

"Mungkin aku hanya merasa trauma saja karena masalah kemarin,"Gumam Dahyun untuk meyakinkan dirinya bahwa tidak ada yang salah padanya.

"Dahyun,"

Detak jantung Dahyun semakin tak beraturan saat Jaehyun memanggilnya. Bahkan saat Jaehyun memilih untuk duduk disampingnya, dia langsung menghindar.

"Kau baik-baik saja?"

"Ani, tapi bisakah kau tidak duduk disampingku?"Pertanyaan itu langsung membuat Jaehyun kebingungan. Tidak biasanya Dahyun seperti ini.

"Ah baiklah,"Jaehyun langsung memilih untuk duduk dihadapan Dahyun saja saat ini. "Investor ingin menemuimu,"

"Aku? kenapa aku? bukannya dia harus menemui ayah?"

"Ayahmu sedang sibuk, katanya dia sedang pergi ke kantor polisi sekarang,"

"Tapi aku hanya–"

"Ini perusahaan milikmu juga dan kenapa kau tidak memilih cuti meskipun kau sedang sakit? aku bisa batalkan semua–"

"Ani, ini perusahaan milik orang tuaku,"Jelas Dahyun.

"Dahyun-ah, kau seharusnya menjadi presdir saja, kau pantas mendapatkannya,"

"Aku hanya tidak ingin mendapat posisi itu karena hubungan darah. Aku ingin berusaha dari awal seperti Jin oppa,"

Dahyun memang sudah terdaftar menjadi salah satu pemegang saham di perusahaan Kim group itu. Hanya saja, dia tidak ingin mendapatkan posisi manager ataupun presdir begitu saja. Bahkan dia memulainya dari menjadi intern di perusahaan milik keluarganya sendiri.

"Jin hyung bahkan tidak berusaha dari awal. Dia memang pernah menjadi intern sebelumnya. Tapi pada akhirnya, dia tidak jadi manager atau presdir. Perusahaan ini membutuhkan setidaknya pengganti un– Dahyun, kau baik-baik saja? Dahyun?"Jaehyun benar-benar terkejut saat Dahyun tiba-tiba saja pingsan.

*
*
*

"Kau sudah sadar?"Tanya Jaehyun dengan wajah panik. Dia bahkan sampai menggenggam tangan Dahyun.

"Aku baik-baik saja,"Jelas Dahyun yang kemudian menghempaskan tangan Jaehyung begitu saja.

"Ayo kita pulang,"Ajak Seokjin sambil menunjukan tas Dahyun yang saat ini sudah ada ditangannya. "Jaehyun, gomawo,"

"Tidak masalah,"

Dahyun langsung beranjak dan mengikuti Seokjin saat ini. Namun hal aneh terjadi, dia sama sekali tak merasa takut saat Seokjin yang bersamanya. Bahkan saat Seokjin merangkulnya juga, dia tak merasakan apapun.

"Annyeong,"Dahyun mengerutkan dahinya saat seorang pria melambaikan tangan kearahnya dan tersenyum.

"Jika urusanmu tidak penting, lebih baik kau pergi saja, kami buru-buru,"Jelas Seokjin yang hanya membuat pria itu mendelik.

"Aku ingin menemui– eumm, aku lupa. Tunggu sebentar,"Pria itu langsung meraih ponselnya kemudian mengotak-ngatiknya sebentar. "Ah iya, Kim Dahyun,"

"Dahyun?"

"Iya, sebenarnya aku ini–"

"Kami buru-buru jadi cepat katakan!"

Pria itu malah mengulurkan tangannya dan tersenyum. "Park Jimin,"Namun karena Dahyun dan juga Seokjin tak menyambut uluran tangannya, dia kembali memasukan tangannya ke dalam saku. "Aku asistennya Park Chaeyoung. Dia menyuruhku untuk menemuimu,"

"Dia sedang sakit,"Jawab Seokjin dengan nada malas. "Kau bisa menemui manager perusahaan ini saja,"

"Chaeyoung memintaku menemui Dahyun. Itu saja, selebihnya a–"

ArrhenphobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang