9

788 122 7
                                    

Tidak perlu waktu lama untuk keluarga Kim merencanakan pernikahan untuk putrinya. Bahkan dalam kurun waktu satu bulan semua persiapan pernikahan itu sudah rampung dan tepat pada hari ini, pernikahan dadakan itu akan dilaksanakan.

"Apa pengantin wanitanya akan terus menangis seperti ini?"Goda Sana yang kemudian membuat Dahyun langsung tersenyum.

Apa aku akan bahagia? Batin Dahyun.

Meskipun sebenarnya mereka punya waktu satu bulan, tapi Jimin memilih untuk tidak memaksakan Dahyun. Bahkan selama ini dia belum pernah berani bicara dan bertemu langsung dengan Dahyun. Dia hanya takut Dahyun akan membencinya. Apalagi karena rencana pernikahan konyol ini. Dia takut Dahyun berpikiran macam-macam tentangnya.

Dahyun, jika kau tidak ingin bertemu denganku tidak apa-apa, aku bisa cari alasan

Ani, aku akan mencoba untuk melawan ketakutanku saja. Setidaknya sampai acaranya selesai

Dahyun melihat jam pada ponselnya dan mendesah pelan. Dia terus berkutat dengan pikirannya yang seolah sulit untuk menyatu dengan hatinya sekarang. Bahkan berkali-kali pikiran untuk kabur muncul dalam benaknya. Tapi berkali-kali juga dia memutuskan untuk tetap disana.

Kau pasti bisa. Batin Dahyun.

Nyonya Kim tersenyum kemudian memeluk putrinya itu seolah memberikan sedikit keyakinan pada Dahyun bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Jangan menangis lagi, arasseo?"Dahyun hanya mengangguk saat mendengar ucapan ibunya itu.

Seokjin. Pria itu nyatanya masih belum muncul sampai saat ini. Padahal Dahyun sangat berharap kakaknya itu datang ke pernikahannya. Setidaknya itu akan memberikan sedikit semangat untuknya. Tapi nyatanya, kakak kesayangannya itu memilih untuk tak hadir karena tidak setuju dengan pernikahan adiknya itu.

Dahyun melangkahkan kakinya ragu menuju altar pernikahan. Disana sudah ada Jimin yang berdiri dengan tuxedonya. Mungkin jika orang lain yang melihatnya, mereka akan mengatakan kalau Jimin benar-benar tampan. Tapi menurut Dahyun, Jimin tetap saja seperti monster untuknya. Bahkan jika dia bisa, dia tidak akan menikah dengan pria manapun seumur hidupnya. Tapi mau bagaimana lagi? daripada terus dihantui bayang-bayang Minjae, tidak ada salahnya dia mencoba untuk menghilangkan pandangannya soal pria.

Jimin tersenyum saat melihat Dahyun yang saat ini tengah berjalan beriringan bersama tuan Kim. 'Cantik' itulah yang pertama kali muncul dalam pikirannya. Dengan balutan gaun putih panjang yang digunakan Dahyun, membuat kecantikannya semakin terpancar saja. Namun hatinya semakin tak tenang saat langkah Dahyun mulai mendekat ke arahnya. Dia sudah membayangkan soal malam pertama yang biasanya dialami oleh setiap pasangan yang baru menikah. Tapi sepertinya dia tidak akan mendapatkannya. Dia tidak mungkin memaksa karena resikonya benar-benar besar. Mungkin Dahyun akan membencinya atau bahkan menceraikannya.

Tuan Kim menyerahkan tangan putrinya pada Jimin. Ini pertama kalinya Jimin bisa menyentuh Dahyun. Dia bisa merasakan getaran ketakutan dari tangan Dahyun. Bahkan berkali-kali Dahyun meremas tangan Jimin.

Apa aku menyiksanya? Batin Jimin yang kemudian memilih untuk melepas genggaman tangan Dahyun.

"Kau bisa pegang jasku saja. Ini tidak akan lama,"Bisik Jimin yang kemudian menyodorkan lengannya pada Dahyun. Namun Dahyun sepertinya lebih memilih cari aman saja saat ini. Meskipun arrhenphobianya mulai muncul, dia memutuskan untuk tetap menggenggam tangan Jimin saja.

Pemberkatan itu mulai dilaksanakan sekarang. Jimin yang sepertinya sangat mengerti kondisi Dahyun memilih untuk menjaga jaraknya dengan Dahyun. Setidaknya dia harus membuat Dahyun tetap nyaman selama pengucapan janji suci mereka.

"Cium, cium, cium,"Suara tamu undangan itu mulai membuat Dahyun benar-benar semakin panik sekarang. Bagaimana jika dia pingsan? apalagi saat ini detak jantungnya semakin tak normal saja.

Jimin menatap Dahyun dan tamu yang datang ke pernikahannya itu secara bergantian. Dia tak mungkin mencium Dahyun. Bagaimana jika semua orang tahu kondisi Dahyun saat ini? terutama ibunya. Jimin memang sengaja tak membocorkan kondisi Dahyun itu pada keluarganya karena dia tahu hal itu pasti akan membuat ibunya menentang pernikahannya dengan Dahyun.

Ibu jari Jimin tak henti-hentinya mengusap punggung tangan Dahyun berusaha untuk menenangkannya. Namun tetap saja itu tak merubah apapun. Bahkan keringat yang membasahi wajah Dahyun malah bertambah.

Apa dia akan melakukannya? Batin Dahyun.

Benar saja, Jimin mulai mengalihkan tangannya ke wajah Dahyun kemudian menangkupnya. Namun Dahyun benar-benar tak menyangka dengan apa yang akan Jimin lakukan sekarang. Jimin meletakan ibu jarinya sendiri dibibir Dahyun kemudian mendekatkan wajahnya. Dahyun yang sudah terlanjur ketakutan hanya bisa memejamkan matanya sekarang. Dia bisa merasakan napas Jimin yang menyapu wajahnya saat ini. Tapi dia tak merasa benda kenyal itu menyatu dengan bibirnya.

"Tenanglah, aku tidak akan memaksamu keluar dari ketakutanmu, aku akan membantumu secara perlahan,"Bisik Jimin yang membuat Dahyun membeku saat ini.

Itu berarti Jimin memang tidak menciumku? Batin Dahyun.

Kenapa aku malah mencium ibu jariku sendiri? Sesal Jimin.

*
*
*

"Kau bisa gunakan kamar itu, dan aku akan ada di kamar ini. Jika kau butuh sesuatu, kau bisa mengirimkan pesan padaku,"Jelas Jimin yang kemudian masuk kedalam kamarnya sendiri. Menyedihkan memang. Tapi Jimin yakin suatu saat nanti dia pasti bisa tidur dalam kamar yang sama dengan Dahyun. Dia hanya perlu membantu Dahyun menghilangkan ketakutannya itu.

Langkah Jimin terhenti saat Dahyun mencekal tangannya. "Ada apa?"

"Kamarnya gelap, aku takut,"

"Ah iya, aku lupa untuk menyalakan lampunya. Tunggu sebentar,"

Apa dia benar-benar baik? atau hanya pura-pura baik? Batin Dahyun.

"Sudah, sekarang kau bisa masum dan istirahat. Aku tahu kau sangat lelah sekarang,"

Dahyun tersenyum saat mendapati kamar barunya itu. Dengan cat berwarna putih dan beberapa barang sederhana, membuat kesan kamarnya itu benar-benar elegan meskipun pada kenyataannya, kamar itu tak lebih besar dari kamarnya sebelumnya. Hal yang membuatnya bertanya-tanya adalah 'apa ini rumah milik Jimin-ssi?'

Jimin POV
Aku sudah menikah tapi aku malah merasa masih melajang sekarang. Aku harus tidur sendirian sekarang. Malam pertama yang ku impikan benar-benar hancur. Aku meraih ponselku dan mendapati banyak sekali pesan yang masuk kedalam ponselku itu.

Ryujin

Nama itu sepertinya selalu menghiasi notifikasi dalam ponselku. Dia sebenarnya mantan kekasihku. Tapi entah kenapa dia masih saja menghubungiku. Alasannya cukup standar, dia ingin jadi temanku.

Pikiranku kembali memikirkan Dahyun saat ini. Apa dia bisa menerima semua ini? bahkan rumah ini benar-benar kecil jika dibandingkan dengan rumahnya. Sebenarnya aku membeli rumah ini dengan meminjam uang pada Chaeyoung. Aku hanya tidak ingin membuat Dahyun tidak nyaman karena harus tidur bersamaku jika kami tinggal dirumah orang tuaku. Jadi aku memilih untuk membeli rumah yang murah untuk kami berdua.

Aku memilih untuk membuat makan malam saja sekarang. Aku yakin Dahyun juga pasti lapar. Namun saat aku melewati kamar Dahyun, sayup-sayup terdengar tangisan dari sana. Ya, aku bisa mengerti kenapa Dahyun menangis saat ini. Pernikahan ini sepertinya cukup menyiksa untuknya. Andai saja dia tidak takut pada pria, mungkin aku akan segera menemuinya dan memeluknya sekarang.

Author POV
Dahyun saat ini masih menggunakan gaun pernikahannya. Meskipun sangat lelah, dia malah tak bisa tidur sekarang. Dia sangat merindukan rumahnya meski belum genap satu hari Dahyun ada dirumah barunya itu.

Dahyun-ah, mianhae

Pesan singkat dari Seokjin itu benar-benar membuat hatinya sangat tersayat. Ingin rasanya dia menemui kakaknya itu dan meluapkan semua penyesalan yang kini mulai berdatangan pada dirinya.

"Kenapa aku harus mengalami semua ini? percuma saja aku menikah jika ini semua hanyalah sebuah status saja,"Gumam Dahyun.

TBC🖤

15 Mar 2020

ArrhenphobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang