"Kau harus segera menikah,"Dahyun membulatkan matanya saat mendengar pernyataan dari ibunya itu. Ingatannya langsung kembali saat dia diam-diam menguping pembicaraan ibunya dengan Jimin.
"Tidak mau. Eomma, percuma saja jika aku menikah. Apa aku harus terus menghindari suamiku nanti? lagipula aku tidak suka dengan pria yang eomma pilihkan untukku,"
"Kau yakin tidak mau?"
"Sangat yakin,"Jelas Dahyun yang kemudian meraih tasnya dengan kesal.
"Dubu, kau harus dengarkan ibumu,"Kata tuan Kim yang malah membuat Dahyun semakin kesal.
"Pokoknya aku tidak akan menikah. Apa pernikahan memang sangat penting? bahkan Jin oppa saja belum menikah. Apa karena kejadian malam itu kalian jadi malu dan memutuskan untuk menikahkanku begitu saja? itu semua diluar keinginanku, lagipula aku sama sekali tidak kehilangan kehormatanku. Jadi tidak perlu memaksaku, ah iya, soal pria yang akan menikah denganku? aku sudah tahu dia. Pria aneh yang bertingkah seolah sangat peduli padaku tapi pada kenyataannya dia juga sama. Hanya ingin uang. Apa eomma tega menikahkanku dengannya? dia bahkan sama seperti Minjae,"
"Dahyun, dengarkan eomma dulu, dia–"
"Dia hanya akan melakukannya demi uang. Keputusanku tidak akan pernah berubah, ah iya, jika dia bilang pada eomma kalau dia mencintaiku, itu semuanya hanya omong kosong,"Dahyun langsung meninggalkan kedua orang tuanya begitu saja dengan keadaan yang sangat marah. Bahkan meskipun dia menemui banyak pria disana, phobianya benar-benar tidak bereaksi.
Saat ini dia memilih untuk duduk disebuah kursi yang ada ditaman rumah sakit itu. Tentunya dengan berkali-kali menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua matanya.
"Marah pada keadaan?"Dahyun menoleh saat seseorang menyodorkan sapu tangan padanya. Dengan cepat Dahyun menjauhi pria yang tak lain adalah Jimin itu.
"Berhenti pura-pura peduli padaku. Kau hanya pria brengsek yang pura-pura peduli padaku,"
"Dahyun-ssi, bisa ka–"Jimin hanya menghela napasnya saat Dahyun memutuskan untuk lari darinya saat ini. Bagaimana pun juga, dia sebenarnya sudah hampir menyerah untuk membuat Dahyun percaya padanya.
Seperti tegarnya tetesan air yang bisa membuat batu berlubang, maka aku juga tidak boleh menyerah semudah itu. Batin Jimin.
Jimin, kau dimana? ayahmu sedang kritis sekarang
Jimin langsung bergegas begitu menerima pesan singkat dari ibunya itu. Apalagi pesan singkat itu berisi kondisi terkini dari ayahnya.
*
*
*Dahyun menghempaskan tubuhnya begitu dia sampai dikamarnya. Dia merasa kalau hari ini benar-benar melelahkan untuknya. Dari mulai emosinya yang meluap-luap sampai dia harus berlari karena Jimin. Tapi apapun itu, Dahyun cukup bersyukur karena saat ini dia bisa beristirahat dengan tenang.
Tangannya kemudian meraih ponsel kesayangannya yang ia letakan dalam tas kecil miliknya. Dahinya mengerut saat melihat pesan singkat dan juga panggilan tak terjawab dari ibunya. Tanpa membacanya, dia langsung kembali meletakan ponselnya itu.
"Eomma pasti masih bersikeras memintaku untuk menikah,"Gumamnya. Namun tak lama kemudian, dia kembali meraih ponselnya.
Arrhenphobia
Satu-satunya alasan dia kembali membuka ponselnya itu. Sebenarnya dia masih penasaran apakah phobianya itu bisa sembuh dengan mudah? bahkan dia sengaja tak menemui Jisoo lagi karena dia masih penasaran apakah dia benar-benar mengidap arrhenphobia itu atau tidak. Namun pada kenyataannya, dia memang sangat takut pada pria saat ini.