4

955 130 5
                                    

Jimin berdecak kesal saat Chaeyoung sama sekali tak menepati janjinya. Padahal dia sangat ingin menemui Dahyun saat ini.

"Aku berjanji? aku rasa tidak,"Jawab Chaeyoung dengan nada tak bersalah. "Sudah ya, aku tidak punya waktu untuk berdebat sekarang, aku ada rapat,"

"Tapi tadi kau katakan iya untuk memberikan informasi soal Dahyun setelah aku menyelesaikan pekerjaanku,"

"Jadi kau benar-benar ingin tahu? kenapa tidak tanya langsung ke kantornya? kau pasti akan dapat banyak informasinya dari sana,"Jelas Chaeyoung yang hanya membuat Jimin memutar malas kedua bola matanya.

Sementara saat ini, Dahyun hampir saja membanting ponselnya. Berkali-kali pesan singkat dari Jaehyun itu masuk kedalam ponselnya dan membuatnya semakin frustasi saja saat ini. Tanpa pikir panjang, dia langsung memecahkan gelas yang ada dikamarnya dan menggores pergelangan tangannya begitu saja. Mendengar suara pecahan kaca, Seokjin langsung berlari ke kamar Dahyun dan mendapati Dahyun sudah tergeletak dengan darah yang terus keluar dari pergelangan tangannya.

"Dahyun-ah? Dahyun-ah? eomma, appa,"Teriak Seokjin yang kemudian menggendong Dahyun.

"Apa yang terjadi padanya?"Tanya nyonya Kim dengan wajahnya yang sangat khawatir.

"Aku akan ceritakan semuanya nanti. Pertama kita harus membawanya kerumah sakit. Aku tidak ingin sesuatu terjadi padanya,"Jelas Seokjin.

*
*
*

"Dia mengalami Arrhenphobia. Aku yakin dia sedikit frustasi karena itu,"

"Maksudmu?"

"Dia trauma karena kejadian malam itu dan menyebabkan dirinya juga trauma pada setiap pria terkecuali padaku dan ayah saja. Jisoo bilang, ini bisa saja sembuh jika Dahyun mau berusaha untuk melawannya. Tapi aku rasa dia tidak bisa melakukannya dan memilih jalan pintas seperti ini,"

"Trauma pada pria? aigo, itu artinya dia akan takut pada pria seumur hidupnya?"Tanya tuan Kim yang langsung mendapat anggukan lemah dari Seokjin.

"Tapi sepertinya jika dia berusaha untuk melawannya, aku yakin suatu hari nanti traumanya akan hilang,"

Seokjin berusaha memutar otaknya sekarang. Tidak mungkin adik kesayangannya itu harus terus menderita karena traumanya itu. Apalagi sampai saat ini dia belum bisa menemukan keberadaan Minjae untuk menghukumnya.

"Kita harus membantu Dahyun keluar dari ketakutannya,"Jelas Seokjin yang hanya mendapat tatapan bingung dari ibu dan ayahnya. "Mungkin dengan membuatnya percaya kalau dia bisa melawan rasa takutnya itu,"

"Bukannya itu ahjussi galak yang bertemu denganku waktu itu?"Gumam Jimin yang membuat ibunya bingung.

"Ahjussi? maksudmu?"

"Tunggu sebentar, eomma,"Jimin langsung bergegas menghampiri Seokjin dan juga orang tuanya Dahyun yang saat ini berada di luar ruangan dimana Dahyun sedang dirawat saat ini.

"Annyeong haseyo, Park Jimin imnida,"Ayah dan ibunya Dahyun hanya mengerutkan dahinya saat Jimin tiba-tiba saja memperkenalkan dirinya sendiri.

"Apa kami mengenalmu?"Tanya tuan Kim.

"Aku baru saja memperkenalkan diriku tadi,"

Seokjin hanya mendelik pada Jimin. Sebenarnya dia ingin sekali memaki Jimin. Tapi karena saat ini dia sedang dihadapan orang tuanya, dia hanya diam saja.

"Jimin, kau membuatku malu, ayo pulang,"Ajak ibunya Jimin yang kemudian menarik tangan Jimin.

"Apa Dahyun sedang sakit?"

ArrhenphobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang