22

852 114 14
                                    

"Oppa, aku bosan," keluh Dahyun sambil memainkan ponselnya. Dia sudah mencoba untuk mengalihkan kebosanannya itu dengan membuka laman sosial medianya, tapi tetap saja dia merasa bosan. "Aku ingin jalan-jalan,"

"Dokter bilang kau tidak boleh banyak bergerak, jangan membantah,"

"Apa aku tidak bisa jalan-jalan sebentar saja?" tanya Dahyun dengan nada yang semakin rendah. Tentu saja hal ini membuat Jimin sedikit merasa kalau dirinya terlalu berlebihan. Tapi mau bagaimana lagi? dia tidak ingin kehilangan calon anaknya itu.

"Baiklah, mungkin jalan-jalan tidak akan apa-apa, tapi kau hanya boleh duduk di kursi roda,"

Jimin langsung mencari kursi roda untuk Dahyun. Dia tak bisa menolak keinginan dari istrinya itu. Apalagi dengan kondisinya yang saat ini hamil muda. Dia tidak ingin Dahyun merajuk dan mendiamkannya karena saat ini dia sedang dalam mode sensitif.

Mata Dahyun terfokus pada seorang wanita yang saat ini sedang mengelus perut besarnya. Dia juga bisa mendengar percakapan wanita itu dengan suaminya soal bayi mereka yang sangat aktif menendang. Dia kemudian menatap perutnya yang saat ini masih datar lalu mengelusnya.

"Apa kau merasa perutmu sakit lagi?" tanya Jimin yang kemudian menghentikan dorongan kursi rodanya.

"Aniyo, aku hanya menyapa bayinya saja," jelas Dahyun yang kemudian membuay Jimin kembali mendorong kursi roda yang di naikinya. "Eoh, eomma?"

Dahyun berbinar saat melihat ibu dan ayahnya ada disana. Dia pikir orangtuanya tidak akan mengunjunginya.

"Apa bayinya baik-baik saja?" tanya nyonya Kim yang saat ini merendahkan tubuhnya di hadapan Dahyun. Dahyun hanya tersenyum dan mengangguk. "Kau sudah melaporkan ini 'kan?"

"Tentu saja, eomma, aku tidak akan pernah memaafkannya," jelas Jimin yang membuat nyonya Kim tersenyum.

"Kalian mau pergi kemana?"

"Hanya mencari udara segar, Dahyun bilang dia bosan berada di ruang rawatnya," jelas Jimin yang kemudian membuat mertuanya itu mengangguk.

"Kami akan menunggu di ruang rawat Dahyun saja,"

"Ne,"

Jimin kembali mendorong kursi roda Dahyun menuju taman rumah sakit itu. Dia pernah membaca soal tanaman hijau bisa menyegarkan mata seseorang. Itu sebabnya dia memilih untuk membawa Dahyun ke sana saja.

"Rasanya aku benar-benar bahagia sekarang," gumam Dahyun sambil memejamkan matanya dan merentangkan tangannya lebar-lebar saat angin mulai berhembus menerpanya.

"Bagaimana? kau merasa lebih baik sekarang?"

"Ya, setidaknya rasa bosanku terobati," jelas Dahyun yang kemudian membuat Jimin tersenyum. Dia memilih untuk menghadapkan kursi roda Dahyun ke kursi taman kemudian dia duduk di hadapan Dahyun.

Jimin tersenyum menatap lekat wajah cantik istrinya itu. Meskipun saat ini wajahnya masih saja pucat, menurutnya Dahyun masih saja terlihat cantik.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Dahyun heran.

"Memangnya aku tidak boleh menatap wajahmu seperti ini? kau semakin cantik saja," puji Jimin yang kemudian membuat Dahyun terkekeh. "Apa yang lucu dengan itu?"

"Tapi aku rasa tidak, mungkin beberapa bulan ke depan aku bukan semakin cantik, tapi semakin gemuk," jelas Dahyun.

"Kau tetap cantik meskipun gemuk, lagipula kau sedang mengandung anakku 'kan? jadi tidak masalah," jelas Jimin yang kemudian membuat Dahyun tersenyum.

"Ah iya, kapan aku keluar dari sini?"

"Sampai dokter mengizinkannya, jangan keras kepala dengan ingin segera pulang,"

"Entah kenapa tapi rasanya membosankan jika berada di rumah sakit, lebih baik aku berada di rumah saja,"

"Kau harus istirahat sampai kau benar-benar pulih,"

"Tapi jangan pernah tinggalkan aku,"

*
*
*

"Apa bayinya baik-baik saja?" tanya Jihoon dengan wajah paniknya saat ini. Tentu saja hal ini membuat Jimin memberikan tatapan malasnya.

"Kau benar-benar telat,"

"Untung saja bayinya baik-baik saja," kata Jihoon lega seolah dialah ayahnya. "Aku sudah mengurus soal ru–"

Jimin menutup mulut Jihoon dengan segera. Tidak mungkin jika Jihoon harus memberitahukan soal kejutan rumah itu sekarang. Itu 'kan kejutan, tidak seru jika dibocorkan sekarang.

"Tutup mulutmu soal itu," bisik Jimin yang membuat Jihoon langsung mengangguk.

"Soal apa?"

"Bukan apa-apa, hanya masalah perusahaan," jelas Jihoon sambil menaik turunkan alisnya pada Jimin. "Ah iya, aku membawa sesuatu untukmu,"

"Jinjja?"

"Iya, tada," Jihoon memberikan parsel berisi buah-buahan namun sepertinya hal ini tak membuat Dahyun senang.

"Kenapa tidak membawa coklat?"

Jimin hanya menatap Jihoon kesal. Sedari tadi dia sudah tenang karena Dahyun tak mengidamkan sesuatu, tapi setelah Jihoon memberikan parsel buah itu, Dahyun malah menginginkan coklat.

"Buah sangat bagus untukmu,"

"Oppa, aku mau coklat," kata Dahyun sambil menatap Jimin. Jika sudah seperti ini, tak ada pilihan lain selain menurutinya.

"Baiklah, Jihoon, tolong belikan coklat untuk Dahyun," jelas Jimin yang kemudian memberikan beberapa lembar uang padanya.

"Cari coklat putih," imbuh Dahyun.

"Baiklah, aku akan mencari coklat putihnya," pasrah Jihoon yang kemudian berlalu.

"Akhirnya pria sialan itu tertangkap," gumam Jimin setelah melihat pesan yang baru saja masuk ke dalam ponselnya.

"Minjae oppa?"

"Iya, dan aku pastikan kali ini dia benar-benar akan dihukum,"

Jimin heran saat melihat wajah Dahyun yang tiba-tiba saja muram. Apa dia sedih karena Minjae ditangkap?

"Oppa, kenapa Jin oppa tidak kemari?" Jimin bernapas lega saat Dahyun bukan bersedih karena Minjae. Meskipun Minjae hanya bagian masa lalu Jimin, tetap saja dia takut kisah lama mereka berdua kembali terjalin. Tapi rasanya itu sudah tidak mungkin lagi.

"Mungkin dia sedang sibuk sekarang, kau mau aku menelponnya?" tanya Jimin yang kemudian mendapat anggukan dari Dahyun.

"Dahyun-ah, mianhae," suara itu langsung saja muncul saat ponsel Jimin mulai terhubung dengan Seokjin.

"Oppa, kenapa kau tidak kemari?"

"Aku? aku sedang sibuk, sangat sibuk. Ah iya, keponakanku baik-baik saja 'kan?"

"Ya, dia baik-baik saja,"

"Nanti aku pasti akan mengunjungimu, hari ini aku sedang sangat sibuk,"

"Oppa, bagaimana dengan yang ini?"

Jimin dan Dahyun saling menatap tak percaya saat mendengar suara wanita dari seberang sana.

"Opp–" telpon itu langsung saja terputus dan membuat Dahyun masih menatap ponsel Jimin itu dengan tatapan tak percaya.

"Dia punya pacar?" tanya Jimin dan juga Dahyun secara bersamaan.

TBC🖤

22 Apr 2020

ArrhenphobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang