24

754 101 7
                                    

Setelah beberapa hari berada di rumah sakit, hari ini Dahyun sudah diperbolehkan pulang meskipun dalam catatan dia harus tetap beristirahat di rumah selama trimester pertamanya. Dia tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bisa membuatnya kelelahan.

"Oppa, kenapa tidak lewat sana? bukannya jalan ke rumah lewat sana?" tanya Dahyun yang hanya membuat Jimin tersenyum. "Oppa, kenapa tidak menjawabku dari tadi? aku kesal,"

"Ini jalan ke rumah kita,"

"Bukan,"

"Aku serius, kau akan tahu nanti,"

Dahyun hanya mengerucutkan bibirnya saat ini. Dia pikir Jimin menyebalkan dengan menyimpan rahasia darinya seperti ini. Tadinya dia ingin marah padanya. Tapi bagaimana jika Jimin tidak ingin menemaninya nanti?

Dahyun bingung saat mobil yang Jimin kemudikan mulai memasuki halaman sebuah rumah mewah. Dia berpikir mungkin saja Jimin ada urusan untuk menemui clientnya.

"Ayo," ajak Jimin yang hanya membuat Dahyun bingung. Namun tetap saja dia turun mengikuti Jimin meski tak tahu apa tujuan Jimin membawanya kesana.

"Apa kau akan menemui client?"

"Tidak," jawab Jimin dengan santainya dan membuka pintu rumah itu. Tentu saja hal ini membuat Dahyun membulatkan matanya.

"Oppa, tidak sopan jika bertamu seperti ini. Setidaknya tekan belnya dulu," jelas Dahyun yang membuat Jimin langsung terkekeh.

"Apa aku harus menekan bel juga bahkan saat aku akan masuk ke rumahku sendiri?" tanya Jimin yang membuat Dahyun terdiam. Dia sedikit memproses kata-kata yang Jimin katakan itu. "Ini rumahmu juga, ayo,"

Dahyun masih saja terdiam meskipun Jimin menarik tangannya. Wajar saja karena ini sangat mendadak untuknya. Apalagi Jimin tak mengatakan apapun soal pindah rumah.

"Kau masih saja terkejut? maaf karena mengejutkanmu, aku sengaja memilih untuk pindah rumah agar Minjae tidak menemukanmu," jelas Jimin yang kemudian menyuruh Dahyun untuk duduk di sofa. "Mulai saat ini, jangan pergi ke dapur, diam saja di kamarmu,"

"Itu akan sangat membosankan,"

"Kau harus banyak istirahat dan jangan kelelahan. Aku mohon menurutlah,"

"Hm, baiklah," jelas Dahyun yang kemudian membuat Jimin tersenyum. "Tapi bagaimana jika aku bosan? hanya diam di kamar akan sangat membosankan,"

"Kau bisa menonton film, dan yang terpenting aku akan selalu ada disampingmu," jelas Jimin.

"Waeyo?"

"Aku akan bekerja dirumah saja dan menemanimu. Aku tak terlalu memikirkan perusahaan, hal yang paling penting sekarang adalah menjagamu,"

"Baiklah baiklah, gomawo,"

*
*
*

Dahyun hanya duduk di kursi sambil memperhatikan seorang Park Jimin memasak. Sebenarnya dia sangat ingin membantunya, tapi karena Jimin melarangnya, tak ada pilihan lain selain menurutinya.

"Ini mengingatkanku saat ayahku masih sakit, aku selalu memasak untuk eomma dirumah," jelas Jimin yang hanya membuat Dahyun mengangguk.

"Kau seperti Jin oppa. Dia juga sering memasak dirumah dan aku akui masakannya benar-benar enak," jelas Dahyun yang kemudian membuat Jimin tersenyum. "Dan–"

Kata-kata Dahyun terpotong saat dia mulai merasa ada gejolak aneh dalam perutnya. Dulu memang Jimin selalu panik jika Dahyun mulai muntah-muntah seperti ini. Tapi setelah mendapat banyak penjelasan dari dokter soal kehamilan, dia jadi tak terlalu panik lagi dan tentunya bisa menjadi suami yang siaga.

ArrhenphobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang