Pak Tua Yang Jahil!

5.5K 324 12
                                    


Senyum sinis kebanggaannya terpatri saat ia berhasil mengirim pesan singkat berisi ancaman kepada gadis mungil itu, ia mengira-ngira ekspresi apa yang akan ditampilkan gadis itu saat membacanya

Takut? Tercengang? Atau... Ah pasti wajahnya itu terperangah tidak percaya menatap ponselnya. Mungkin seperti itu

Pria matang itu terkekeh geli membayangkannya. Ia tak sabar menunggu beberapa jam yang akan datang.

Terserah dengan apa yang akan dikatakan bawahannya perihal prilakunya ini, Ibram sadar ia terlalu gegabah mengambil tindakan. Ia hanya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Toh disini ia yang berkuasa, takkan ada yang berani membantah perintahnya bukan?

Termasuk gadis itu pula.

Ibram kembali memasukan ponsel pintarnya kedalam saku jas nya, berjalan dengan gaya khas nya- tegap dengan aura intimidasi seraya membalas sapaan ramah karyawannya dengan anggukan singkat

Ia merasa tak perlu membalas dengan ramah pula- karena Ibram adalah Ibram. Bukan seperti Ayahnya yang dikenal sebagai atasan ramah dengan senyum

"Pak Ibram, Tuan besar akan berkunjung kemari pukul dua" suara Dewi- sekertarisnya. Langsung menyambutnya begitu ia tiba di ruangannya

Ibram memutar tubuhnya, menatap kearah Dewi. Wanita cantik itu terkesiap saat tatapan sang bos besar menghujam dirinya

"Kalau begitu, kosongkan jadwal ku pukul dua nanti. Katakan kepada Maxwell untuk menggantikan aku pukul empat nanti"

"Tapi pak, untuk pukul empat nanti. Perusahaan yang bersangkutam ingin anda sendiri yang menghandle-nya. Mereka tidak mau di wakilkan" balas Dewi membalas perintah bos besarnya yang se enak jidat memindahkan jadwal

"Kalau begitu atur ulang pertemuan. Jika mereka tidak mau, aku lepas tangan, tidak mau bekerja sama dengan perusahaan seperti mereka!" putus Ibram, lalu kembali berjalan menuju singgasananya

"Baik pak, akan saya hubungi kembali mereka" Dewi hanya bisa menturuti perintah Ibram yang tak bisa dibantah itu

Dewi berfikir, pasti perusahaan malang itu mau tak mau harus menuruti kemauan Ibram yan se enak jidat. Karena pastinya mereka takkan mau melepas pemilik saham besar ini begitu saja, bisa rugi besar perusahaan itu

Duduk dengan angkuh seraya mengambil salah satu dokumen dan mulai membacanya, sementara itu- Dewi masih berdiri ditempat. Menunggu kelanjutan Ibram, karena jika ia pergi sebelum dioerintahkan maka Ibram mungkin akan langsung memberikannya ceramah panjang lebar karena ketidak sopanannya

Ah Dewi sudah tahu prilaku minus bos nya itu

Utung saja dia tampan, jika tidak. Mungkin aku akan tenggelamkan dia di selokan parkiran- Gerutu Dewi dalam hati

"Lalu bagaimana, apa masalah tadi sudah kau selesaikan?" Ibram membuka suara, bertanya kepada Dewi

"Sesuai perintah anda pak, sudah saya selesaikan. Satupun dari mereka tidak ada yang bertanya perihal nona Libra" sahut Dewi

Ibram mengangguk-anggukan kepalanya, menutup dokumen ditangannya dan menyuruh Dewi keluar dari ruangannya.

Sejauh ini rencananya berjalan dengan lancar, Ibram sedikitnya puas. Tinggal menunggu beberapa jam lagi dan Libra akan menjadi miliknya

"Mine..."

...................

"Sepertinya kamu menikmati tawaran yang pernah kau tolak ini, Ayah tak mengira sebelumnya. Ayah fikir kamu akan kabur setelah dua minggu berada di sini, dan sekarang berubah fikiran, hum?"

I Belong To My BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang