Bad Day!

2.9K 196 8
                                    


Hujan turun begitu deras di minggu siang, Libra termenung menatap pemandangan luar jendela dari dalam kamar Irma. Sejak datang dua jam yang lalu, ekspresi nya selalu sama. Mendung seperti cuaca saat ini. Irma terus berbicara sementara tangannya pun ikut sibuk mendandani sepuluh kuku jari Libra dengan pewarna kuteks

"LIBRA!"

Libra menghembuskan nafasnya kasar lalu menoleh lemas kearah Irma  yang sepertinya kesal terus di abaikan

"Lo dengerin curhatan gue gak sih!" dengus Irma dengan wajah cemberut andalannya

"Iya aku dengerin kok" respon Libra kurang meyakinkan dan membuat Irma menghentikan sapuan kuas kecil di kuku Libra, wanita cantik itu pun bersidekap dan menatap wajah Libra lekat

"lo gak habis di putusin sama cowok kan?!" tuding Irma dan beralih memegang kuat bahu Libra sambil mengguncangnya

Libra meringis meski sedikit terkejut akan pertanyaan Irma, ia belum bisa menceritakan tentang masalahnya saat ini, masih bertahan dengan kebohongan nya yang mungkin suatu hari akan terbongkar

"Ngaco ah! Aku kan enggak punya pacar" kilah Libra dan melerai cengkraman Irma

Irma berdecak dan kembali menarik kuku Libra tuk melanjutkan sesi mewarnai

"Mangkannya jadian sama Radit biar gak jomblo terus" celetuk Irma dan membuat Libra hampir tersedak dengan air ludahnya sendiri

"Ck... Kenapa Pak Radit di bawa-bawa sih!" wajah Libra bertambah keruh, entahlah ia hanya tak suka jika membahas pria manapun saat ini. Suasana hatinya begitu buruk

"Dia naksir sama lo, gitu aja gak tau!" bagaikan api yang di siram bensin, Irma langsung menyambar

Libra terdiam, ia tak tahu hal itu. Radit memang kerap kali bersikap aneh jika berada di dekatnya, tapi ia tak pernah terbesit sedikit pun jika Radit menaruh hati dengannya. Apa mungkin itu alasan mengapa wanita-wanita yang di duga memiliki hubungan dengan Radit beberapa kali sering menghujaminya dengan tatapan tajam?

"Lo harus minta maaf Li sama Radit, padahal dia udah nyiapin kejutan di cafe malam itu. Tapi sayangnya lo malah gagalin semuanya dengan alasan gak bisa datang" Linda seperti nya masih belum puas menghakimi Libra sehingga membuat gadis mungil itu terdiam

"Kenapa kamu bisa tau?" dengan tatapan polos Libra bertanya, sementara kedua matanya menatap sayu kuteks cantik berwarna peach yang kini menghiasi seluruh kuku tangannya

Irma menggaruk rambutnya kasar, Libra memang sulit membuka hati untuk pria yang terang-terangan menyukainya. Gadis itu bukannya tidak peka, tapi terlalu menutup mata sehingga hal-hal kecil yang di lakukan  kaum adam yang di tunjukkan untuk menarik perhatian nya sering ia abaikan. Termasuk Radit contohnya

"Radit selalu cerita sama gua dan Linda tentang lo, dia gak pernah absen nanyain lo, bahkan saat lo gak balas Wa- dia langsung ngadu ke kita berdua. Katanya lo cuek, dan mengira lo risih sama dia"

Libra tak tau harus berekspresi seperti apa lagi, kepalanya sudah over load tak mampu di ajak berfikir rasional. Bayang-bayang Ibram sudah mengambil alih kewarasan nya

"Ooohhh... "

Irma melongo dengan mulut terbuka, stau tangannya tak bisa ia cegah untuk memberi satu jitakan kepada Libra

"Respon lo cuman 'Oh'? Astaga! Gue jadi mules dengernya..."

Libra hanya mengedikan bahunya dan membiarkan Irma melenggang pergi masuk ke dalam toilet, apa benar perkatannya tadi membuat sahabatnya itu mules?

"Huft! Satu masalah belum kelar, udah nambah lagi aja. Sabar-sabar ya hati... " lirih Libra seraya menepuk-nepuk pelan dadanya

Lama menunggu Irma yang tak kunjung keluar, sementara tenggorokannya sudah terasa kering alias haus, Libra pun memutuskan beranjak pergi menuju dapur tuk mengisi botol minum besar yang telah kosong

I Belong To My BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang