Kemarahan Yang Terpendam!

2.8K 195 9
                                    


Sepasang mata saling melirik merasa keheranan begitu melihat gadis cantik yang biasanya selalu antusias menyantap sarapan pagi nya kini terlihat diam dan tak bersemangat. Tentu nya sebagai kedua orang tua mereka khawatir melihat sikap putri sulung nya berubah kalem tak seperti biasanya, macam pertanyaan saling hilir mudik menyambangi fikiran kedua nya- sama membahas alasan dibalik sikap sang anak

Virgo meminum air perasan jeruk lemon yang di sediakan sang isteri demi membasahi tenggorokan nya yang terasa kering, sebelum melempar pertanyaan kepada putri sulung nya. Ia perlu berbasa-basi terlebih dahulu, agar rasa ingin tahu nya tak di curigai oleh kedua anak nya alias Yena dan Mino, sebab ia tak mau mendapat hujatan kedua anak nya yang jahil itu

"Li itu di ujung bibir kamu, ada sisa nasi... "

Dugh...

"Aduh!" Virgo mengaduh begitu mendapat tendang di kakinya, ia mendongak menatap wajah galak sang isteri yang duduk di sebrang nya. Tentu saja tanpa di tanya ia jelas tahu siapa pelaku nya

Libra mengerjap begitu mendengar perkataan sang Pipih, tangannya meraba ujung bibir nya. Dan benar saja, satu butir nasi menempel di sana. Tanpa mengatakan apapun ia melahap satu butir nasi itu kedalam mulutnya dan sontak mendapat pekikan jijik dari kedua adik nya, tapi ia tak bereaksi apapun terlebih membalas ledekan Mino dan Yena yang kini mengatainya 'jorok'

Diam-diam Soraya kini tengah merutuki perbuatan basa-basi yang di lontarkan suaminya. Alih-alih berbicara to the point, Virgo malah seperti tengah bercanda. Membuat nya hampir mengusap dada nya kasar menahan sabar, sepertinya kali ini ia harus memegang kendali. Tak tahan juga melihat gerak-gerik aneh Libra setelah pulang dari kediaman calon mantu nya, ia sudah menduga ada hal yang tak beres tengah terjadi kepada sepasang sejoli itu

"Libra, kamu sakit ya? Kok Mimih perhatiin dari tadi diem terus, apa makanan nya nggak enak?" mendengar pertanyaan Soraya, sontak membuat se isi meja makan langsung mengalihkan tatapan nya kearah Libra

"Kakak sakit?" kali ini Yena bertanya. Mino yang duduk di sisi kiri Libra ikut menjulurkan tanganya ke dahi sang kakak

"Tapi enggak panas kok" ucap pria remaja itu

Libra menggelengkan kepalanya pelan seraya menyingkirkan tangan Mino dari dahi nya

"Libra nggak sakit, makanan nya juga enak kok. Mih" jawab nya singkat, setelah nya Libra pun langsung menghabiskan sisa nasi goreng di pring nya dengan lahap. Tak mau membuat orang di rumah nya kembali bertanya, ia pun segera menyudahi acara sarapan nya itu

"Libra udah selesai makan, berhubung ada piket Libra berangkat duluan ya Mih, Pih." Libra berdiri lalu menyalami kedua orang tuanya

Gadis itu dengan cepat bersiap, memakai sepatu dan helm serta jaket rajut miliknya. Saat dirinya hendak mengambil alih kendaraan roda duanya, sepasang tangan tiba-tiba sudah terlebih dahulu menarik bahu nya pelan

"Biar Pipih antar, pulang nya Pipih juga yang bakal jemput"

Sang Pipih yang ternyata kini mengambil alih kendaraan nya, Libra tak mau membantah- awalnya, tapi mengingat nasib adik perempuan nya, ia pun bersuara

"Yena nanti gimana, Pih? Siapa yang anter dia?"

"Dia bakal di anter Mino, udah kamu tenang aja. Ayo cepet naik! Nanti telat lagi" Libra mengangguk dan segera menumpangi jok belakang, membiarkan sang Pipih mengantar nya sebelum sosok yang ia hindari memunculkan batang hidung nya

Telat? Sepertinya tidak mungkin

Jalanan yang cukup lengang membuat kendaraan roda dua miliknya bisa melaju tanpa hambatan, sehingga tepat pukul enam kurang lima sang Pipih berhasil mengantar dirinya dengan aman. Suasana kantor masih  terlihat sepi sebab Libra memang sengaja berangkat lebih awal dari biasanya, hanya ada dua petugas keamanan yang berlalu lalang di depan Loby serta satu tukang kebun yang tengah bersiap hendak menggunting tumbuhan hias

I Belong To My BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang