16. Tetap Bertahan

11.4K 1.1K 180
                                    

Semua sudah ada porsinya masing-masing, jadi untuk apa iri dengan kehidupan orang lain?

• I am Your Eyes •   

• I am Your Eyes •   

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Seorang laki-laki berpostur tubuh tinggi itu merapatkan topi hitam yang di kenakan setelah batu yang dia lempar berhasil memecahkan kaca kamar Biru.

“Hoy! Siapa itu!” teriak Pak Slamet——satpam rumah Haikal.

Laki-laki itu berlari lalu memanjat tembok tinggi lewat pohon mangga yang ada di taman belakang dan keluar meloncat melewati tembok itu.

Deru napas Biru dan Akbar sama-sama memburu, detak jantung keduanya sama-sama berpacu dengan cepat akibat rasa kaget akan  batu yang tiba-tiba menembus kaca kamar Biru.

Akbar melonggorkan dekapannya pada tubuh Biru, lalu menatap lekat wajah sang istri yang dipenuhi keringat dingin.

“Biru kamu gak apa-apa?” Akbar menepuk pipi kanan Biru.

“Buka matamu,” tita Akbar. Perlahan namun pasti, Biru membukan matanya.

Tidak lama kemudian Haikal dan Zikra mengetuk pintu kamar Biru dengan tergesah.

“Tunggu di sini, biar saya yang buka pintunya.” Akbar melepas dekapannya pada Biru lalu berjalan kearah pintu untuk membukanya.

“Akbar, suara apa tadi?” tanya Haikal dengan raut wajah panik. Sedangkan Zikra langsung masuk begitu saja karena khawatir dengan Biru.

“Ada yang melempar batu Yah,” jawab Akbar sambil mempersilakan Haikal untuk masuk ke dalam kamar Biru. Zikra langsung memeluk Biru dengan erat.

“Kamu gak apa-apa kan sayang?” tanya Zikra saat merasakan tubuh Biru bergetar hebat. Biru menggeleng.

Haikal dan Akbar mendekat kearah jendela yang kini mendapat lubang lumayan besar akibat lemparan batu.

“Kamu panggil Bi Iis di kamar belakang dan suruh bersihkan pecahan kaca ini,” suruh Haikal pada Akbar.

“Baik Yah,” jawab Akbar. Sebelum keluar kamar, Akbar sempat melirik Biru yang kini tengah dipeluk oleh sang Ibunda.

“Kamu bawa Biru turun dulu, bikinkan dia teh hangat,” ucap Haikal pada Zikra.

“Iya Mas, ayo sayang.” Zikra melepas pelukannya lalu menuntun Biru untuk keluar dari kamarnya.

Setelah itu Haikal merogo saku celananya dan mengambil gawai di sana.

Haikal mencari kontak seseorang, setelah ketemu dia langsung menghubunginya.

“Hallo Zidan? Sepertinya saya akan menambah tugas anak buahmu.”

Di sisi lain, Akbar telah menyuruh Bi Iis untuk pergi ke kamar Biru lantas dia bergabung dengan Biru dan Ibu mertuanya yang sedang duduk di meja makan. Akbar diberi isyarat oleh Zikra agar duduk di kursi samping kiri Biru, dia menurut lalu duduk di sana.

I am Your Eyes [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang