27. Maaf

11.5K 1.1K 459
                                    


Jangan salahkan cinta jika hatimu terluka karenanya. Bukan cinta yang salah, tapi manusianya saja yang terlalu berharap pada ciptaan-Nya bukan dengan Penciptanya.

• I am Your Eyes • 

• I am Your Eyes • 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Akbar dan Biru masih sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing. Akbar telah menceritakan semuanya pada Biru, bagaimana dia menemukan Ghania hingga pada akhirnya dia merawat Ghania di rumah sakit.

Sakit memang kala Biru mendengar hal itu dari bibir Akbar, namun dia bersyukur karena sang suami mau berkata jujur padanya. Lebih baik jujur meski menyakitkan dari pada harus berbohong dan meninggalkan kekecewaan.

Jujur saja, Biru takut jika dia harus kehilangan Akbar, namun bagaimana nanti akhir kisah cintanya dengan Akbar, dia akan tetap ikhlas meski nantinya harus ada air mata perpisahan.

Namun Biru berdoa pada sang penulis takdir agar dia tetap di satukan dengan Akbar hingga sampai di Surga-Nya.

“Bi?” Akbar menautkan jemarinya pada jemarin Biru.

“Iya Mas?” Biru menoleh ke sumber suara. Akbar menatap lekat wajah Biru dan menghujani ciuman di wajah sang istri.

“Maaf jika sempat menyembunyikan ini dari kamu,” bisik Akbar tepat di telinga kanan Biru. Biru tersenyum.

“Yang penting kamu sudah jujur, terima kasih karena sudah jujur.”

“Aku yang seharusnya berterima kasih sama kamu, terima kasih telah memaafkan aku dan aku janji aku gak akan datang ke rumah sakit tanpa kamu ataupun yang lain. Dan aku juga takut jika Ghania berpikiran bahwa aku masih cinta sama Dia. Bi aku cintanya sama kamu! Kamu harus percaya sama aku.” Akbar langsung memeluk Biru dengan erat.

“Iya Mas Akbar, aku percaya. Besok kita temui Ghania ya, kamu juga harus kabari Ayah dan Ibu.”
Akbar mengangguk pelan.

“Siap istriku.”

Biru kembali tersenyum sambil mengelus lengan Akbar yang ada di atas permukaan perutnya.

Untukmu Imamku, kau tahu? Setiap detik cintaku bertambah untukmu dan setiap detik itu pula, rasa takut kehilanganmu menjadi semakin besar.

Aku tahu kita pasti akan dipisahkan oleh maut nantinya, namun jika maut itu datang sekarang ataupun besok. Sungguh! Aku tidak siap untuk kehilanganmu.

Wahai Imamku, meski aku tak dapat melihat rupamu, tak dapat melihat indahnya senyummu, namun aku mampu mencintaimu dengan segenap hati.

I am Your Eyes [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang