26. Jangan Datang Lagi (Cinta)

11.2K 1.1K 244
                                    

Ketika aku memilih untuk mencintaimu maka aku harus siap untuk kehilanganmu, kapan saja.

• Ainur Syazani Albirru • 

• Ainur Syazani Albirru • 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Waktu menunjukan pukul dua dini hari, Akbar baru saja sampai di rumahnya dengan keadaan pakaian kerja yang masih basah. Rambutnya juga terlihat berantakan, tatapannya kosong, raganya ada di rumah namun pikirannya melayang entah di mana.

Akbar membuka pintu rumahnya, namun terasa berat saat akan mendorong dan ternyata.

“Mas Akbar?” Biru langsung membuka kedua bola matanya dan segera menyingkir dari pintu.

Sejak pukul sebelas malam Biru menunggu Akbar namun sang suami tak kunjung pulang, dia juga tidak bisa tidur, akhirnya Biru memutuskan untuk menunggu Akbar dengan cara duduk di depan pintu bagian dalam agar saat Akbar pulang, dia langsung menyambutnya. Niat untuk tetap terjaga hingga sang suami pulang harus pupus kala rasa kantuk datang dan akhirnya Biru tertidur di depan pintu.

“Bi?” Akbar sedikit terkejut kala mengetahui Biru yang menunggunya hingga selarut ini.

Akbar masuk dan menutup pintunya kembali, tak lupa dia juga menguncinya.

“Mas Akbar kenapa baru pulang?” tanya Biru.

“Maaf membuatmu menunggu,” jawab Akbar sambil membelai pipi Biru.

“Enggak masalah, Mas Akbar sudah makan? Apa terjadi sesuatu di kantor? Atau Mas Akbar kewalahan ikut mengurus bisnis Ayah? Kalau iya nanti aku bisa bantu bicara ke Ayah agar Mas Akbar bisa lebih santai,” ucap Biru panjang lebar, Akbar terdiam. Kedua bola mata laki-laki itu mengeluarkan cairan bening. Akbar menangis.

“Mas Akbar kok diam?” Biru maju beberapa langkah lalu menyentuh lengan kekar sang suami.

“Basah? Mas Akbar kehujanan?”
Akbar menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya pelan, dia berdehem sejenak sebelum menjawab, “Iya aku kehujanan.
Masalah kantor kamu gak usah khawatir.”  Detik berikutnya Akbar menarik tubuh Biru ke dalam dekapannya.

“Aku cinta kamu Bi, hanya kamu istriku, wanita yang aku cintai setelah Mama,” ucap Akbar pelan. Biru membalas pelukan sang suami. Dia merasakan detak jantung Akbar yang berpacu dengan cepat, dia juga merasa jika Akbar menahan tangis saat mengatakan itu.

Sebenarnya apa yang terjadi sama kamu Mas?”

***

Hujan masih saja turun hingga pukul enam pagi ini, dan kini Akbar dan Biru  masih meringkuk dalam satu selimut tebal. Setelah subuh tadi, Akbar meminta Biru untuk menemaninya berbaring, dia merasa jika tubuhnya sedang tidak sehat. Hatinya juga.

“Mas?” tangan Biru terulur untuk mengelus rambut Akbar.

“Ya?” jawab Akbar pelan.

“Ini jam berapa? Kamu gak kerja? Ayo bangun!” ajak Biru.

I am Your Eyes [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang