4 || Selamat Tinggal, Jepang. Halo, Indonesia!

5.6K 557 15
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

🌸🌸🌸

Selepas acara wisuda, Jasmine membawa adiknya ke hotel tempat ia menginap --karena tidak mungkin berkunjung ke apartemen Camelia yang kini terisi penuh oleh anggota keluarga Nayla.

Mamanya masih menyunggingkan senyum cerah sambil menggandeng lengan puteri-nya, benar-benar mengalihkan seluruh atensi tertuju pada si bungsu.

"Kapan kalian pulang?" tanya Camelia saat melihat koper milik mama dan kakaknya sudah bertengger manis di dekat sofa bundar.

"Besok. Penerbangan pertama." kata Jasmine sambil melepaskan scarf yang melilit leher indahnya.

Mamanya mendudukkan Camelia di sofa panjang, "Kamu juga harus segera pulang."

"A-aku gak bisa."

Mama-nya mulai melontarkan tatapan pilu. Mata Jasmine nyalang mendengar penolakan adiknya. Tatapan membunuh kakak-nya itu membuat Camelia buru-buru meralat ucapannya.

"Maksudnya, aku belum bisa pulang saat ini. Ada beberapa urusan yang harus diselesaikan."

Misalnya menjual barang-barang, mengakhiri kontrak sewa bangunan studionya, serta mengemasi anak-anaknya dan jangan sampai ada yang terlewat. Dan ia juga harus berpamitan dengan tim galeri.

"Yang jelas, kamu harus segera pulang. Mama gak mau kalau harus berjauhan sama kamu lagi."

Ia mengangguk kaku mengiyakan permintaan mama-nya. Seperti kata Nayla, ia sekarang tidak bisa lari lagi. Pekerjaannya di galeri tidak cukup kuat untuk menjadi alasan supaya ia tetap di sini.

"Mama, udah istirahat dulu. Mama pasti capek jauh-jauh kesini. Lagipula, Lia gak akan kabur kok."

Sarkasme kakaknya itu membuat ia ingin menyumpal bibir mulutnya. Ia berusaha tak terganggu akan sindiran tajam itu dan memilih berjalan ke dapur untuk mencari pengganjal perut.

Suara langkah kaki terdengar di belakang punggungnya. Camelia tak berniat berbalik meski suara kursi yang diseret dengan berisik mencemari pendengarannya. Ia menunggu sampai si pelaku membuka suaranya.

"Kakak gak nyangka kamu bisa menjadi lulusan terbaik dengan jurusan yang-- ya begitu."

Camelia membanting botol minumnya berlebihan. Lalu berbalik menatap langsung pada kakaknya. "Maaf sudah mengecewakan kakak. But, as you can see aku bisa berkembang dengan caraku sendiri."

"Mau bagaimanapun juga, lulusan seni ujung-ujungnya cuman jadi tukang lukis." jawabnya ringan sambil mengurai rambut hitam panjangnya.

Like father like daughter, Jasmine mengutarakan kembali sinisme papa-nya empat tahun lalu.

"Baguslah, karena aku pribadi gak berbakat menjadi seorang pebisnis. Menguntungkan banget 'kan, jadi kakak bisa menguasai perusahaan tanpa takut aku saingi."

Jasmine mencebik, dengan tatapan mencibir. "Kamu berkata begitu seolah-olah kakak ingin memiliki perusahaan papa seorang diri."

Sementara Camelia mengangkat bahunya acuh dengan tuduhan Jasmine, "Memang begitu yang aku lihat."

"Kamu hanya bocah egois yang tidak menghargai perjuangan papa mana berhak berkata begitu. Kakak hanya ingin menjaga hasil darah dan keringat papa sebaik mungkin."

Camelia mengangguk kecil, lalu perlahan mendekati kakaknya dan memegang bahunya, "Kalau begitu, jaga baik-baik ya. Jangan sampai aku yang melakukan tugas itu."

🌸🌸🌸

Setelah mengantar kepergian mama dan kakaknya, Camelia kembali ke studio untuk memberikan kembali kunci studio yang ia sewa selama kurang dari dua tahun ini. Dibantu Nando dan Haru --yang datang secara mengejutkan-- mereka pun mengemasi semua lukisan milik Camelia.

Camelia Blooms [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang