2 || Pria Misterius Pembawa Musim Semi

10.2K 738 16
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

🌸🌸🌸

Sampai di studionya, ia meletakan peralatan lukis dan lukisan setengah jadinya yang gagal terselesaikan karena couple sengklek tadi. Di studionya yang sederhana dan tenang ia melemparkan tubuhnya di atas sofa abu hadiah dari Nando.

Lalu ia merogoh tasnya untuk memastikan ponselnya dimasukan saat kejadian mengejutkan tadi. Dan ia mendesah lega saat tangannya menyentuh benda pipih itu, namun kelegaannya tak bertahan lama saat tangannya tak merasakan sampul kulit yang tak pernah lepas ia bawa kemana-mana. Ia mengecek lagi untuk memastikan sampai ia mengeluarkan seluruh isi tasnya. Nahas, jimat kecilnya itu hilang entah kemana.

Pikirannya langsung melayang ke berbagai tempat yang ia singgahi, mengira-ngira apa ia meninggalkannya di suatu tempat. Namun ia tak mendapat hasil dari lamunan panjangnya. Dengan panik ia menelepon Nayla.

"Oh, Lia udah otw?"

"Nay, lo liat jurnal gue gak?"

"Eh? Kagak tuh, emang kenapa?"

Camelia berdecak sebal, "Ilang, gak tau kemana?"

"Lo gak lupa nyimpen 'kan?"

"Ish, lo tau sendiri gue kalau kemana-mana bawa dia. Ini di tas diobrak-abrik kok gak ada."

"Jatuh kali." timpal Nayla dengan ringan.

"Itulah masalahnya. Gue takut dia jatoh di tempat entah berantah."

Hening sejenak di seberang sana, "Oke oke Lia, gue bantu cari di kampus. Mumpung masih sekitaran sini. Lo kasih tahu tadi kemana aja, dan cari aja di studio sama apartemen siapa tau nyelip."

"He'em. Thanks, Nay."

"Yoo."

Camelia mengacak rambutnya frustasi. Kemana hilangnya jurnal resolusi masa depannya?

Studio sudah digeledah, apartemennya yang beberapa blok dari studio juga sudah digeledah dan hasilnya nihil. Buku tipis sepanjang 20 cm itu raib entah kemana. Nayla pun belum melaporkan perkembangan pencariannya. Camelia mulai gelisah.

Dan setengah jam kemudian, Nayla datang langsung membawa kabar bersama Nando. Gelengan lemah yang dilontarkan Nayla membuat wajah Camelia semakin suram.

"Gimana dong Lia?"

Meski berat ia harus mencoba menerimanya. "Ya gimana lagi, ilang lah."

"Mungkin takdir berkata lain, supaya lo melupakan your final dream."

Nayla mendelik tajam karena mulut ceriwis pacarnya. Teman sedang susah begini bukannya ditenangkan malah semakin memperkeruh suasana.

Keduanya tahu soal 'final dream' yang ingin Camelia raih. Semuanya dicatat dengan apik dalam buku usang itu.

"So easy to say it." desisnya tajam di sela-sela giginya.

Nando duduk di atas bangku kursi lukis Camelia. "Lia, dengerin gue. Dengan atau tanpa jurnal lo sekalipun, kalo Tuhan udah ngasih keajaiban percayalah, it will come true. Bisa aja besok lo bangun udah ada disana. Who's know, Lia."

Camelia menggigit bibir bawahnya, "Tapi jurnal gue..."

"Berdoalah jika jurnal lo jatuh, semoga jatuh di tangan yang tepat." ujar Nayla menenangkan.

🌸🌸🌸

"Lia-san, Lia-san!"

Camelia Blooms [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang