23 || Ku Lepas, Kau Tarik

3.5K 451 57
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

🌸🌸🌸

"... andai kata waktu bisa diputar aku ingin menarik kembali perkataanku."

"Aku suka padamu, mas."

🌸

Camelia mencengkram gagang pintu hingga buku-buku tangannya memutih. Wajahnya kaku dengan sorot mata tak terbaca, hanya telinganya yang berdenging serta gemuruh di dalam hatinya yang kian bergejolak. Diantara celah kaca yang kecil, ia bisa melihat punggung Jasmine yang menutupi separuh tubuh Dimas --jadi ia tidak bisa melihat dengan benar bagaimana ekspresi pria itu setelah menerima ungkapan cinta dari bidadari selevel Jasmine.

Ia tak sanggup untuk menunggu jawaban Dimas. Meski kakinya terasa dirantai beton yang beratnya tak terhingga, ia tetap memaksakan diri untuk menyingkir dan membiarkan Dimas yang menentukan pilihannya, apapun keputusannya.

Memangnya aku sanggup menerima keputusan Dimas? Tanyanya pada diri sendiri.

Tapi, tidak ada salahnya jika Dimas bersanding dengan Jasmine. Banyak kelebihan yang bisa diberi Jasmine daripada dirinya sendiri yang banyak menyusahkannya. Dengan memilih Jasmine, Dimas akan terlepas dari bayang-bayang perceraian untuk ke-dua kalinya. Mereka berdua akan jadi partner berbisnis yang sempurna tanpa dihantui gugatan perceraian. Dan memang sedari awal, Jasmine yang harusnya bersama Dimas bukan dirinya. Selagi semuanya belum terlambat lebih baik semua kembali pada tempatnya masing-masing.

Tubuhnya remuk redam tanpa menyisakan sedikit bagian yang utuh. Semuanya telah sirna, hingga ia tak punya apapun lagi yang tersisa untuk dihancurkan.

🌸🌸🌸

"Lia--"

"Mau sampai kapan lo diem begini?"

Nayla dan Nando menyeret Camelia ke sebuah kedai kopi yang jaraknya dekat dengan rumah sakit. Setelah keduanya mengantar Camelia ke rumah sakit, keduanya dibuat heran melihat Camelia kembali dengan tatapan kosong seperti baru saja melihat kematiannya sendiri. Raganya bergerak lesu karena jiwanya terhisap oleh pusaran lubang hitam yang dalam dan tak terbatas. Dia benar-benar kehilangan pegangan.

"Lia... ngomong dong apa yang terjadi tadi?" Nayla kembali mencoba membujuk Camelia.

Namun yang diajak bicara hanya menatap hampa keluar jendela, menyaksikan dengan tatapan kosong hilir mudik dan kesibukan ala kota metropolitan di siang hari yang super terik tanpa setitik awan.

"Camelia! Ngomong dong, jangan bikin kita cemas." Kali ini Nando yang bersuara, dia rupanya mulai keki dengan sikap diam-diaman Camelia.

"Nay Nan, gue kayaknya mau nyerah aja." bisik Camelia setelah hening cukup lama.

"Nyerah akan hal apa? Jangan bilang menyerah atas hidup ini?" tuding Nando.

Camelia mendengus. "Sialan! Gue gak seputus asa begitu."

"Jadi?" Dua couple itu kompak mempertanyakan keputusan Camelia.

"Gue..." Ia menarik nafas panjang, "... mau ninggalin pak Dimas."

"Heh? Lo udah gila ya?!" pekik Nayla tuai tak persetujuan.

Camelia menggeleng pelan, "Memang dari awal pak Dimas emang buat kak Jasmine. Gue hanya sebagai opsional pemuas keinginan bokap."

Camelia Blooms [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang