14 || Dijodohkan

4.2K 428 18
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

🌸🌸🌸

"Lia."

"Pa-pa?"

Camelia dan Dimas yang tengah berada di pinggiran kolam renang saat menjamu tamu VIP dikejutkan dengan panggilan di belakang punggung mereka. Dimas melirik gadis di sampingnya sudah membeku tak bergerak sama sekali.

Tuan besar Wardana berjalan tegap ke arah mereka berdua. Dimas menyambut kedatangan sang pemilik hotel.

"Pak." sapanya dengan sedikit menunduk.

Ia menjawab sembari menepuk bahu singkat, "Dimas."

"Saya tidak mendengar kabar kalau Anda akan datang berkunjung."

Papa Camelia membetulkan letak kacamata bulan separo-nya. "Kebetulan saja."

"Lia?!" Mamanya muncul diantara rombongan sang papa dengan pengawal serta eksekutif hotel Wardana.

"Ma?"

Sang mama memeluknya erat hingga Camelia tidak bisa berkutik, "Kamu bohong. Katanya bakalan sering ngunjungin mama, nyatanya?"

"Maaf ma, aku agak sibuk. Mama ngapain disini?"

Mama-nya melepaskan pelukan itu, "Kebetulan papa ada urusan ke Bandung, jadi mama maksa ikut sama papamu."

Camelia tak membalas, hanya terdiam melihat bagaimana Dimas bertingkah di depan papa-nya. Nampak seperti pelayan yang patuh pada majikannya. Loyalitas yang tinggi.

"Lia, ada yang harus papa bicarakan."

Sudah ia duga. Kedatangannya kesini bukan hanya iseng kunjungan semata. Pasti ada sesuatu yang akan dibahas. Ia patuh menuruti kemauan papanya.

"Kamu juga, Dimas."

Kenapa?

🌸🌸🌸

"Bagaimana pekerjaanmu?"

Camelia duduk berhadapan dengan Dimas yang nampak tenang tak terpengaruh aura intimidasi sang papa. Sementara ia sudah tak merasakan kakinya sendiri. Mereka kini berada di ruangan yang akan menjadi miliknya --ruangan general manager.

"Baik pa. Pak Dimas membantuku dengan baik." Dengan omelan, ceramah dan juga sedikit rasa baper.

"Menurutmu bagaimana, Dim?"

Dimas menegakkan duduknya, "Camelia cepat belajar. Hanya saja untuk menempatkannya di bangku general manager masih terlalu dini. Camelia masih harus belajar lebih banyak."

"Maksud saya, bagaimana Camelia menurutmu?"

Dimas mengerutkan dahinya, sempat kebingungan memilih kata-kata apalagi tatapan polos Camelia membuat pikirannya buyar. "Camelia baik."

Just... baik? Baik dalam hal apa?

"Posisi manajer umum harus segera diisi."

"Tapi, Camelia masih belum siap untuk menempatinya." sanggah Dimas dengan halus.

"Memang bukan dia yang akan naik, tapi kamu Dimas."

"Maaf, pak?"

"Pa?!"

Apa-apaan ini? Kalau papa-nya memilih Dimas untuk duduk di posisi itu kenapa juga harus memenjarakannya di tempat yang tak ia pahami sama sekali. Permainan konyol macam apa yang akan tuan besar itu mainkan.

Tuan besar Wardana membalikkan tubuhnya, ia berjalan lambat-lambat duduk di kursi single. Ia melesakkan dirinya dan menatap bergiliran antara Dimas dan Camelia.

Camelia Blooms [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang