--Follow penulisnya, votement ceritanya
🌸🌸🌸
Camelia berjalan mondar-mandir dengan gelisah sambil menunggu kedatangan mang Ujang yang akan mengantarkan semua berkas yang Dimas-fuck-Angkasa minta. Permintaan mendadaknya itu disambut serbuan pertanyaan heran dari mama-nya. Dan kalian tahu apa yang dikatakan oleh Tuan Besar Wardana?
Memang begitu prosedur kerja.
Ah sialan. Tidak membantu sama sekali.
Bukannya Camelia ingin mendapatkan perlakuan khusus, hanya saja semua keribetan ini bisa diselesaikan dengan cara mudah. Papa-nya saja saat menyuruh dirinya bekerja disini tanpa prosedur kerja yang benar, dan sekarang beliau dengan cepatnya berlaku sok adil.
Bahkan sekarang waktu telah menunjukan pukul sepuluh malam dan belum ada tanda-tanda kehadiran supir yang telah mengabdi kepada keluarga Wardana sejak Camelia masih menjadi bayi merah.
Ia menggigiti kukunya cemas. Mungkin jika besok ia tidak membawa apa yang disuruh pria itu sudah pasti ia akan menerima omelan panjang yang dingin dan menusuk hati.
Omong-omong soal Dimas, ia tak percaya kalau pria itu bekerja di perhotelan, mulut tak sopan-nya malah menganggap Dimas adalah seorang dosen. Penampilannya luar biasa berbeda, pria di Jepang dengan style kasual dan agak dandy berbanding terbalik dengan seorang asisten manajer yang dingin, tegas dan kaku. Seperti dua kutub yang berseberangan, namun masih dengan satu ciri yang sama; sama-sama dingin, hanya level-nya yang ditingkatkan.
Ketukan di kamar hotel yang terdengar diantara keheningan malam membuat bayangan Dimas menguap seketika. Camelia dengan terburu-buru menghampiri pintu --karena menduga itu pasti mang Ujang.
"Mang." desahnya lega.
"Maaf non, mamang lupa nge-cas, jadi mati hape-nya."
Camelia mengangguk pelan dan meyakinkan mang Ujang agar tidak terlalu mencemaskannya. "Masuk dulu mang."
"Gak usah non, mamang istirahat di mobil aja sebentar, nanti langsung ke Jakarta lagi."
"Ya ampun mang! Jakarta-Bandung gak bisa ditempuh waktu 15 menit. Mamang pasti capek, ayo masuk dulu. Aku buatin minum." Camelia memaksa.
Mang Ujang menggaruk belakang kepalanya, "Aduh, non gak usah repot-repot. Biar mamang yang bikin sendiri aja."
"Ya sudah, aku mau telepon orang rumah dulu."
Pada deringan kedua, mama-nya mengangkat panggilan. "Mang Ujang udah sampai?"
"Udah. Mang Ujang biar nginep dulu di sini ya ma. Kasian kalo harus bolak-balik."
Mama-nya lekas menjawab, "Ya sudah kalau begitu."
Setelah menutup telepon, ia menghampiri mang Ujang dengan membawa bantal dan selimut baru dan menatanya di sofa panjang. "Mamang nginep aja di sini."
Mang Ujang setengah berdiri dari duduknya, "Gak papa non, mamang sebentar lagi otw pulang."
"Aku udah bilangin sama yang di rumah. Papa gak bakalan marah juga, jadi mamang istirahat saja. Aku mau ke kamar dulu."
"I-iya non. Makasih banyak non."
Camelia tersenyum simpul dan melenggang ke kamarnya dengan amplop berisi berkas-berkasnya.
Di atas meja rias, ia melemparkan amplop yang membuat ia kerepotan seperti ini. Kepalanya berdenyut dikala mengingat semua kejadian di hotel tadi. Semua ini salah Dimas-fuck-Angkasa, lihat saja nanti. Jangan harap ia akan ditaklukan lagi oleh pria tua bangka seperti dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Camelia Blooms [Completed]
Romance[PART LENGKAP] Berawal dari pertemuan tak sengaja di satu musim semi hingga takdir terus bergulir membawa rangkaian kisah rumit yang tak terduga, menghadirkan tawa dan tangis disertai taburan rasa yang perlahan memekarkan cinta diantara dua insan ya...