35 || Kembali Kepada Tempatnya

3.8K 383 26
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

🌸🌸🌸

Tanpa sepengetahuan Dimas beserta keluarga besarnya, Camelia memberanikan diri untuk menghadirkan Yulan di acara syukuran kecil-kecilan jelang hari pernikahannya dengan Dimas.

Alasannya? Ia hanya ingin klarifikasi dari pihak satunya.

Pernyataan Yulan kalau Dimas bukan ayah kandung Sabila membuat ulu hati nyeri. Karena sampai saat ini Dimas sama sekali belum menceritakan hal itu. Dan dirasanya momen ini tepat untuk meluruskan apa yang masih berkecamuk dalam hatinya.

Camelia baru saja mengirimkan pesan agar Yulan datang setelah acara syukuran selesai demi menghindari cibiran tetangga dan sanak keluarga. Ia terduduk di anak tangga teratas sambil menggigit kuku tangannya dan mengira-ngira akan se-fatal apa tindakan yang dilakukannya.

Diantara kegelisahannya, tiba-tiba Dimas muncul dari anak tangga. Ada sorot keterkejutan yang nyata sebelum pria itu menatap datar Camelia sambil membawa kotak besar. Ini pertama kalinya lagi Camelia bertemu dengan Dimas setelah acara marah-marahan tempo hari.

Dimas dengan wajah kalem menaiki anak tangga tak terpengaruh tatapan Camelia yang membidik dengan lekat. Ketika Dimas hampir mencapai tempanya, Camelia segera bangun dan menghadang jalan Dimas. Otomatis Dimas mengangkat wajahnya karena Camelia kini lebih tinggi dari dirinya.

"Mas."

Diam sejenak, lalu Dimas menjawab dengan nada ogah-ogahan. "Oh. Di sini rupanya."

Dimas hendak melewati Camelia, namun dengan gesit Camelia menghadang lagi. "Mas masih marah sama aku?"

"Tidak." jawabnya cepat dan datar.

"Bohong. Coba ngomong enggaknya dengan lembut."

Dimas tak tahan untuk memutar bola matanya. "Minggir Camelia, tangan saya pegal."

Mengerahkan segenap tenaga, Camelia merebut kotak besar --yang lumayan berat itu dan meletakkannya di bawah kakinya. Dimas hendak memprotes.

"Camelia--"

Camelia menghentikan ocehan Dimas dengan meraup pria itu dalam pelukannya. Kedua tangannya melilit di sekitar leher Dimas yang kaku namun selalu menyajikan aroma yang membuat mabuk kepayang.

"Aku kangen kamu, mas."

Dimas berusaha berontak, "Apa yang kamu lakukan--"

"Ssh... sebentar aja. Emang mas gak kangen sama aku?" bisik Camelia di cerukan leher Dimas.

Salut atas sandiwara-mu yang menyedihkan, Camelia.

Lama sekali waktu yang dibutuhkan Dimas untuk merespon pelukan Camelia. Tubuhnya masih kaku dan tegang. Namun lambat laun ia pun luluh karena hembusan panas dari Camelia yang menyapu leher serta bahunya di balik kaus putih tipis membuat hatinya menghangat. Dimas tak membalas pelukan Camelia --tidak pula mendorongnya. Ia hanya meletakkan sebelah tangan di pinggang ramping wanita yang harus ia akui sangat ia rindukan selama beberapa hari ke belakang.

"Kamu, sudah tidak marah lagi sama mas?"

"Aku duluan yang nanya itu. Jadi apa jawaban mas, yang bener!"

"Mas tidak marah sama kamu, sungguh. Hanya sedikit kesal saja."

Kali ini Camelia mendorong jauh tubuh Dimas dengan wajah merajuknya. "Itu sama aja marah."

Dimas mengatupkan bibir tipis manis manjanya, kalau bukan sedang berstrategi mungkin Camelia yang lemah iman sekarang ini sudah mengemut habis bibir yang menggetarkan jiwa perawannya.

Camelia Blooms [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang